the night they spent together

1.6K 440 50
                                    

kalau lisa tidak salah hitung, setidaknya ada dua jam perjalanan yang mereka lalui untuk sampai ke bukit pinggir kota tempat mereka berada sekarang. jauh di ujung pandang sana, terlihat jalanan tol yang ramai karena kendaraan roda empat dan delapan, berlalu lalang untuk melintas antarkota. 

lisa berdiri di tepian pembatas jurang, menunggu jaehyun yang tengah berbincang melalui sambungan ponsel di dalam mobil untuk menghampiri. setelah berdiskusi cukup panjang, menentukan apapun yang ingin dilakukan, mereka menepi. 

jaket kulit hitam milik jaehyun masih membalut tubuh atas lisa, sementara kaki jenjangnya tertutup selimut flanel yang jaehyun simpan di mobil si lelaki. 'lo duluan aja, selimutnya jangan dilepas. angin malem di dataran tinggi tuh dingin parah.' begitu ucap si lelaki saat mobil jaehyun baru menepi, mempersilahkan lisa untuk keluar terlebih dahulu dengan syarat yang diberikannya dan lisa tidak punya pilihan lain selain menurut. after all, jaehyun sudah menyewanya, kan?

tidak kunjung mendapati keberadaan jaehyun, lisa memilih untuk menduduki kap depan mobil, memperhatikan sorot lampu kendaraan di jalan tol sana yang tampak begitu indah dari jauh. netra hazelnya dimanjakan, pun angin malam yang bermain dengan anak rambutnya membuat lisa begitu tenang. 

selama beberapa saat, dia melupakan semua permasalahan hidup yang belakangan membuat kewarasannya hampir terenggut. juga insiden di karaoke tadi yang membawa dirinya menemani jaehyun, laki-laki yang sudah sejak lama dia taksir, semalaman ini. at this moment, rasanya lisa ingin waktu berhenti agar tidak ada hari esok, tidak ada lain waktu yang membuatnya harus menerima kenyataan hidup yang begitu pait. 

jujur saja, hari ini berjalan begitu buruk baginya. mulai dari urusan tugas kuliah yang berakhir kacau karena datanya hilang, ibu kos yang menagih uang sewa selama tiga bulan dan mengancam akan mengusir jika tidak dibayar, sampai insidennya dipergoki jaehyun. kepalanya benar-benar penat, ingin pecah saja rasanya.

maka saat jaehyun membawa pergi lisa jauh dari kota tempat mereka tinggal, kabur dari suasana ramai yang begitu menyesakkan untuk sekedar mencari angin, lisa benar-benar merasa berterima kasih pada si lelaki. dan meskipun lisa tidak tahu pasti motif jaehyun padanya, saat ini lisa hanya ingin menikmati waktu menenangkan yang sangat sulit dimilikinya.

lagipula jaehyun bukan lelaki asing di hidup lisa. keduanya sudah kenal sejak memiliki kelas yang sama di semester tiga hingga lima, beberapa kali berada di kelompok diskusi yang sama dan setidaknya lisa mengenal tabiat jaehyun. si lelaki bermarga jung itu merupakan salah satu mahasiswa beken di kampus mereka, tampan dan sangat kaya raya. 

awalnya lisa pikir, jaehyun adalah orang yang sombong. tapi nyatanya, sikap jaehyun sangat bertolak belakang. jaehyun sopan, ramah dan pandai membuat temannya merasa nyaman dengan kehadiran si lelaki di ruangan. dia juga mengerti cara menghormati dosen, pun teman perempuan mereka di kelas. benar-benar campus crush yang tidak akan pernah bisa lisa gapai.

pemikiran terakhir itu yang membuat lisa selama satu tahun sekelas, tidak berani berbicara lebih bahkan mendekati jaehyun. baginya, jaehyun terlalu sempurna dan baik untuk perempuan sepertinya. dan sampai mereka berada di semester tujuh pun, lisa masih mempunyai pemikiran yang sama. 


"sorry, ya. agak lama." suara bariton yang sedikit serak itu membuat lisa berbalik, tersenyum pada jaehyun sebagai balasan. masih dengan turtle neck putih polosnya, tampilan si lelaki sejak tadi, jaehyun menduduki bagian kosong di samping lisa. obsidian kelamnya menatap ke arah pandang lisa, mendapati pemandangan yang sejak tadi tersuguh di hadapan si perempuan.

"nanti kalo laper bilang ya, kita cari makan." lagi-lagi, lisa mengangguk sebagai balasan, enggan mengucapkan satu kata pun. tentunya, reaksi itu tidak lolos dari jaehyun yang kini tampak sedikit menimang. "lo emang irit banget ngomong ya dari dulu."

kalimat si lelaki menarik atensi lisa, memecah kekehan merdu khas si perempuan yang membuat jaehyun terdiam cukup lama. "sorry," cicit lisa yang kini menatap ke arah jaehyun. "gue cuma agak bingung, after all the things happened between us in the past hours."

jaehyun tampak berpikir, berusaha mencerna ucapan lisa sampai akhirnya tersadar akan apa yang dimaksud. si pemuda jung tersenyum tipis setelahnya. "lo bisa addressed gue senyaman lo aja, sa. as a client or a college friend, i don't know, you choose that."

lisa mengangguk, mengerti. dia lebih suka pilihan kedua. "okay, then."

setelahnya, mereka kembali terdiam. lisa masih sibuk dengan pikirannya, sementara jaehyun tidak memiliki niat untuk mengganggu. tujuannya sejak awal hanya ingin membawa kabur lisa dari bar dan karaoke tempat si perempuan bekerja, juga ingin ditemani. 

jaehyun juga sedang tidak baik-baik saja, makanya dia pergi ke tempat lisa bekerja, mencari hiburan yang nyatanya tidak didapatkan disana. dan saat dia memutuskan untuk 'menyewa' lisa, yang jaehyun butuhkan sebenarnya hanya presensi seseorang untuk menghilangkan rasa kesepian yang menggerogoti dirinya sejak sore tadi.



"lisa, boleh nanya?"

lisa menoleh, mengangguk pada jaehyun untuk memberikan izin. "lo boleh ngapain aja kok, ask me questions or ask me to do something, apapun yang lo mau- asal jangan having sex sih ga ada di kontrak kerja gue soalnya, paling bisa sebatas ciuman doang."

jangan tanya bagaimana reaksi jaehyun saat mendengar kalimat kelewat frontal lisa barusan, karena sungguh si lelaki tidak menyangkanya. jaehyun hanya ingin bertanya perihal pekerjaan lisa, hal sederhana yang sedikit meram bah ke ranah privasi.

"kerjaan lo emang ngapain aja sih?" jaehyun benar-benar bingung, kaget karena tidak tahu perihal pekerjaan seperti ini. in fact, jaehyun bukan lelaki yang familiar dengan 'kehidupan malam'. 

"well, I entertain guys who visited the karaoke." 

"semuanya?" lisa menggeleng pelan, meremat kedua tangannya untuk menyembunyikan rasa gelisah yang dirasakan. 

"cuma yang afford it aja sih."

"and by entertain you mean?"

"lo mau gue peraga-"

"NO!"

lisa tertawa puas, mendapati wajah jaehyun yang tiba-tiba panik. sementara si lelaki bersumpah, jantungnya hampir saja melesat keluar. jaehyun hanya ingin tahu, tapi lisa benar-benar tidak bisa menahan kalimat frontalnya dan membuat jaehyun mati kutu. 


"trus kenapa lo kerja kayak gini? i mean, gue tau lo butuh uang cuma..."  kalimat jaehyun menggantung di udara, sadar kalau diteruskan mungkin akan menyakiti atau menyinggung perasaan si perempuan. 

kali ini lisa tidak langsung menjawab, tidak asal berbicara seperti tadi. si perempuan menghabiskan banyak waktu untuk berpikir, refleks matanya menyendu. "gue- apa, ya? dibuang?" lisa terkekeh, mengasihani nasibnya sendiri. "nyokap bokap buang gue gitu aja, mereka nikah lagi trus ga kasih biaya so i need to work buat bisa makan dan tidur. kerja disana karena cuma mereka yang nerima mahasiswi sebagai pekerja."

gantian jaehyun yang terdiam, mencerna kalimat lisa dengan perasaan bersalah karena menyinggung hal buruk yang mungkin saja lisa tutup rapat-rapat. "sorry..." ucap jaehyun pada akhirnya.

"don't be..."


setelah percakapan singkat yang cukup sensitif itu, keduanya memilih untuk kembali tidak berbicara. jaehyun tidak ingin membuat lisa semakin terpuruk karena pertanyaan-pertanyaannya, sementara lisa berusaha keras untuk terlihat baik-baik saja.

"lo mau ini, ga, hmm... tinggal bareng gue. i have a vaccant room di apartemen gue, gue juga masak tiap hari jadi selalu ada stok makanan." lisa menatap jaehyun, tersenyum tipis mendengar tawaran si lelaki. namun dia menggeleng pelan.

"jangan kasihanin gue," balasnya pelan yang mengundang gelengan ribut dari jaehyun.

"engga, tuh. gue juga butuh temen, ga mungkin kan gue sewa lo tiap malem selama satu tahun?" lisa terkekeh, kali ini tulus karena tingkah lucu jaehyun. "nah, makanya. biar gue ga kesepian banget, mending lo tinggal di apartemen gue. ga perlu bayar. in exchange jasa lo nemenin gue."

to be continued



truth (lmb.jjh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang