PROLOG-00.00

6 3 0
                                    

K

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


K.A : Hallo.

K.A : wellcom my first story / So jangan lupa beri
          dukunganya. Thnkyou

From K.A : "let things take their course 📌 "

PROLOG — KARSA LANGIT 00.00

"Aslinya cape!" hebusan asap rokok keluar dari mulut Langit, berbaur dengan angin, lalu perlahan menghilang.

"Dunia saja tau, kalo gue gak pantas bahagia, lantas bisa-bisanya gue masih ngarepin lo buat jadi alasan gue bahagia."

Langit, sekali lagi menghembuskan asap rokoknya.

Pikiran Langit menerawang jauh, menatap Langit malam tanpa bintang, membiarkan angin menerpa kulitnya di atas rootof rumah sakit.

"LANGIT!" pekik seseorang dari belakang cowok itu. Awan mendengar semua yang di ucapkan Langit.

Sial! Pemilik suara yang membuat Langit candu ini, mengapa datang saat Langit ingin bertekad melupakan.

"Langit, jangan lakuin hal bodoh lagi. Lo menjauh dari tepi rootof itu." nafas Awan tidak beraturan, dia panik? Dia khawatir? Tentu saja.

Awan panik, bagaimana tidak netra nya menangkap Langit yang sedang berdiri di tepi rootof tanpa ada pembatas apapun, dengan melamun.

Awan khawatir, bisa-bisanya Langit masih merokok di saat dirinya masih berstatus pasien. Takutnya bukan membuat keadaan membaik namun malah sebaliknya.

Langit berbalik menghadap Awan.

Mata Langit sendu menatap mata indah milik dirinya yang sedang panik itu. Langit, sekali lagi ingin menyelam sebentar ke dalam netra coklat yang membu Langit terpikat itu. Awan, dirinya tentu terdiam, ia paham apa yang sedang di lakukan Langit.

Tatapan Langit padanya seolah mengatakan, selamat tinggal, Awan takut, Awan semakin kalut. Dirinya sungguh takut.

Awan maju selangkah mendekati Langit. "Langit, pegang tangan gue, ayo." ajak Awan, matanya sudah berkaca-kaca.

"Stop di situ." Langit memperingati Awan.

"Langit, aku mohon." lirih Awan, untuk pertama kalinya ia berkata menggunakan kata 'aku' bukan 'gue' kepada Langit. Kakinya kembali maju selangkah mendekati Langit.

"AWAN STOP DISITU!" untuk pertama kalinya juga, pendengarannya menangkap suara Langit yang membentak dirinya.

Seketika ia terdiam.

"Huftt"

Langit membuang rokonya ke sembarang tempat, mendongak sesaat, sebelum akhirnya ia melempar senyum pada dirinya, Awan.

"Aluna Awan Gelexia." Langit bergumam.

"Selamat tinggal, walau gue pergi. Ingat Langit itu selalu ada untuk Awan."

"G-ood b-yee."

"Langit, tidak. Lo jangan ngaco." Awan sudah menangis. Ia benar-benar takut, tubuhnya sudah bergetar, pikiranya sudah kemana-mana, membiarkan setiap argumen yang berkemungkinan buruk bertarung dalam pikirnya.

Cukup selangkah Langit mundur. Langit sudah terjun bebas ke bawah.

"TIDAKKK"

"LANGITT" Awan menjerit histeris. Dirinya menjerit histeris, kakinya tidak mampu lagi menompang tubuhnya, ia terduduk bersimpuh.

Detik itu juga, dunianya benar-benar hancur, hatinya mencolos, dirinya tidak tau akan berbuat apa lagi. Dia Awan, dirinya sendiri menyatakan telah kehilangan Langit.

"LANGIT!!"

———

Klik Tanda bintang yuk, biar jejak nya dapat di kenang.

Jangan lupa spam komen, buat bikin seseorang senang.

Maacihh

Maacihh✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KARSA LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang