02

939 121 27
                                    

Renjun memasuki rumah besarnya masih dengan kepala yang seolah mengepulkan asap. Dihiraukannya keberadaan dua orang pria dewasa yang menatapnya penuh tanya. Renjun sedang tak ingin bertemu siapapun termasuk dua pria itu, kedua orangtuanya.

BRAK

Suara bantingan pintu membuat beberapa orang berjengit kaget lalu menatap pintu yang baru saja ditutup kasar itu.

Sementara sang pelaku kini mendudukan dirinya diatas kasur. Masih dengan muka kesal dan bibir menggerutunya, Renjun meraih ponselnya hendak menghubungi sang kekasih.

Sekali hingga berkali-kali panggilan yang ia lakukan tak juga membuahkan hasil. Kekasihnya tak bisa dihubungi. Renjun mengacak rambutnya frustasi.

"Sialan! Awas saja Harvey susah dihubungi karena hal tidak masuk akal ini"

Renjun menghela nafas kuat lalu membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Memeluk boneka besar yang selama ini menjadi teman tidurnya lalu memejamkan mata. Membiarkan dirinya jatuh tertidur demi sedikit meredakan emosinya pada seorang pria yang akan menjadi suaminya.

"Lee Haechan brengsek!"

.

.

.

"Haechan!"

Haechan menoleh dan mendapati Jeno, teman satu kelompoknya yang berlari kearahnya dengan menggunakan kaus oblong tanpa jas dokternya. Haechan mendengus lalu melempar jaketnya pada Jeno.

"Pakai bodoh! Jaga wibamu sebagai dokter residen, malu dilihat para coass yang menggunakan pakaian rapi."

Jeno terkekeh hingga matanya menyipit, "Kemejaku dipakai Jaemin."

Haechan berdecih lalu melanjutkan langkahnya diikuti Jeno disampingnya, "Sedang residen tapi masih sempat mendekati perawat magang"

Jeno mendelik tak suka, "Hei kau bahkan akan menikah sebentar lagi! Itu lebih merepotkan"

Haechan menatap Jeno dengan pandangan tengilnya, "Mana lebih merepotkan dibanding menjadi bau?"

Jeno melotot, "Yak sialan!"

Haechan segera berlari diiringi tawanya yang berderai dan diikuti Jeno yang mengejarnya.

"LEE JENO!! LEE HAECHAN!! JANGAN BERLARIAN DIKORIDOR!!!"

"MAAFKAN KAMI SUS!!"

.

.

.

Haechan tengah membaca beberapa jurnal saat dering ponselnya memenuhi ruangan dimana ia dan kawan residen lainnya beristirahat. Nama Renjun yang tertera dilayar datarnya membuat senyum di bibirnya terbit.

Renjun

Kau sudah membatalkannya kan?

Halo Renjun, selamat malam.
Sudah menghabiskan makan malammu?

Aku bertanya padamu sialan!!

Oh, aku baru saja selesai makan malam.
Sekarang aku sedang membaca
beberapa jurnal untuk laporanku.

Aku bukan bertanya tentang itu bodoh!!
Kau sudah batalkan perjodohan tak jelas itukan?!

Maaf Renjun, aku ada panggilan darurat.
Nanti aku hubungi lagi.
Selamat malam.

H

aechan menghela nafas pelan. Sedikit berbohong pada Renjun tentang panggilan darurat yang nyatanya tak ada. Haechan hanya tak mau membahasnya.

"Maaf karena sudah egois tapi aku benar-benar ingin menikahimu."

.

.

.

Dan lusa pun datang begitu saja. Membuat Renjun tak bisa untuk tak menampakkan wajah tidak bersahabatnya sejak membuka mata dipagi hari.

Kedua orangtuanya hanya mendesah pelan melihat kelakuan putra mereka itu. Tapi tak ada niatan dari mereka sedikit pun untuk membatalkan perjodohan ini.

Tidak. Ini bukan karena harta atau keuntungan yang akan mereka dapatkan. Tapi karena mereka tau Lee Haechan adalah seorang pria seperti apa.

Mandiri dan bertanggung jawab. Jangan lupakan sopan santunnya yang sungguh membuat mereka tersanjung.

Belum lagi fakta kalau biaya pernikahan nanti sepenuhnya berasal dari tabungan pria itu. Itu sebabnya tak ada pesta mewah melainkan pesta sederhana dihalaman belakang rumah keluarga Lee yang luas.

Sungguh mereka tidak keberatan. Mendengar rencana pria muda itu tentang kehidupan pernikahan yang akan ia miliki sudah cukup menjadi modal ia mengantungi kepercayaan mereka sebagai orangtua Renjun.

Lucas terkekeh saat mendapati wajah merengut sang anak saat mereka berada diperjalanan menuju restoran keluarga ditengah kota, tempat mereka akan berkumpul malam ini.

"Nanti, jika di masa depan malah kau yang lebih mencintai Haechan dan bertekuk lutut pada calon suamimu itu, kau harus membiarkan kami memberikanmu adik, deal?"

Renjun berdecak kesal, "Tidak! Pokoknya tidak!!"

Lucas tersenyum lebar. Well kita lihat saja nanti.

*******
Haiiii -!!
Yuk bisa yuk 2022 -!!!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story of Our Life (From 0 to 100)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang