"Untuk Justin."

165 8 0
                                    

Alexandra Terryona pov

Aku terbangun dengan keadaan kepala ku yang sungguh pusing. Aku melihat keadaan sekitar.. Tunggu, aku dimana?!! Apakah aku dihotel? Haah? Aku dihotel? Untuk apa?
Aku mencoba mengingat-ngingat kejadian kemarin. Yang aku ingat hanyalah ketika Justin memergoki aku dan Joan sedang berpelukan. Sungguh aku sangat terpaksa melakukannya, dan aku tidak tau mengapa mau menerima tawaran Si pria gila itu -Joan-

-flashback-

Aku sedang distudio pemotretan sekarang, aku ada pemotretan untuk salah satu brand ternama di New York ini. Tadi, Justin menelfonku untuk sekedar bertanya mau di jemput atau tidak, ya aku jawab tidak. Aku tidak mau merepotkannya, aku tau Justin sedang banyak pekerjaan akhir-akhir ini. Apalagi dengan karir menyanyinya, tentunya dengan perusahaanya juga.

Tadi aku tak sengaja menutup sambungan telefon ku dengan Justin karena seseorang datang menghampiri ku. Sosok yang pernah bertemu denganku tapi aku tidak tau namanya. Yang aku ingat hanya waktu itu aku bertemunya dengan Justin, di salah stu acara. Ah aku tidak begitu memingatnya.

Pria itu menghampiri ku dan menyapaku, aku menyapanya balik dan tersenyum canggung. Tentu saja, aku tak mengenalinya.

"Ah, pasti kau sudah melupakanku ya, Alexa?" Apa? Dia tau namaku? Hah darimana? Jujur dari tampilannya ia tampan, mata hitam pekatnya, hidung lancip nya, dan rambut hitam nya. Melengkapi keindahan nya. Tapi tetap ko, Justin juaranya!

"Siapa kau?" Aku berusaha untuk tidak takut dihadapannya, jujur aku takut. Takut akan tatapan si pria ini. Sorot matanya begitu tajam.

"Ah kan benar dugaanku. Aku Joan nona. Teman Justin." Aaah aku lega begitu mendengar jika ia teman Justin. Pastinya ia orang yang baik kan?

"Untuk apa kau kemari?" Kali ini aku bertanya dengan menyungging kan senyuman. Joan hanya membalas dengan senyuman misteriusnya, ah dia kenapa?

Joan membelai lembut pipi ku, ia berkata hanya ingin mengunjungi Justin. Ia kira Justin sedang bersamaku, menemaniku. Tapi nyatanya tidak. Aku terus memundurkan langkahku sampai aku terpojok di pojokan ruangan. Tuhan tolong aku.

"Bibirmu menggoda." Ucap genit Joan. Sungguh aku melihatnya sangt jijik! Aku pun mendorong kasar dada Joan dengan kedua tanganku. Aku mencoba lari menuju pintu keluar tetapi hasilnya nihil. Joan menari tanganku keras sehingga aku berada didekapannya.

"Bisakah kau diam? Atau kau ingin ku bunuh?!" Ancam Joan. Aku hanya menunduk takut. Aku harap Justin ada disini. Harusnya aku tidak menolak tawaran Justin. Ah tuhan mengapa..

Joan memegang kedua pipiku, sorotan matanya masih tertuju kepada bibirku, aku tak tau apa yang ia pikirkan. Tapi sepertinya ia berpikiran macam macam. Joan memiringkan wajahnya sehingga nafasnya bisa tercium olehku. Alkohol? Tidak. Tidak ada bau alkohol. Jadi tidak mungkin Joan mabuk. Ia mendekatkan terus wajahnya padaku, dan ia mencium bibirku dengan kasar. Sungguh kasar! Aku membeku, mataku membulat. Apa yang sedang ia lakukan?! Aku mencoba memberontak dengan memukul dada Joan, tapi tangan Joan dengan cepat mempelintir tanganku kebelakang. Sekarang posisinya Joan mendekapku erat. Aku ingin sekali melepaskan ciuman ini, tapi ketika aku mencobanya justru Joan memperdalam ciuman itu.

Setelah 10 menit kita berciuman, Joan melepaskan ciumannya.

"Manis, tapi kau tak mahir." Ejeknya

"Ya terus mengapa? Lagian aku tidak mau membalas ciumanmu. Aku hanya membalas ciuman Justin." Joan tertawa keras, suara tawanya sungguh menyeramkan. Membuat bulu kuduk ku berdiri.

"Apa kau mahir dikasur?" Goda Joan. Hah? Apa maksudnya!? Jangan bilang ia akan mengajakku..?!!!

"Apa maksudmu?! Jaga bicaramu tuan!" Aku mencoba menyingkirkan Joan dari hadapanku, tapi hasilnya tetap nihil. Ia kembali meraih tanganku dengan keras.

"Jangan coba kau kabur atau kau akan menerima hukuman!" Kecam Joan.

"Maumu apasih?! Kau sudah menciumku terus apalagi!?" Kesalku.

"Aku hanya ingin kau menjadi pacarku."

"Aku sudah mempunyai Justin, apa kau tidak tau itu?"

"Aku tau. Tapi aku akan membuat mu putus darinya! Hahahaha!" Gelak tawa itu terdengar lagi. Bahkan ini lebih menyeramkan dari yang tadi.

"Crazy! Fuck!" Aku berlari sekuat tenaga ke pintu yang terkunci, aku terus berusaha membuka pintu ini tapi tak bisa.

Tiba-tiba, Joan berjalan ke arahku dan membekapku dengan tangannya. Aku masih sadar, sangat sadar sampai terdengar kata-kata ditelingaku

"Kau harus berpura-pura pacaran denganku. Atau kau ingin perusahaan Justin bangkrut? Seperti apa yang ia lakukan pada perusahaan keluargaku?!!"

Aku tak bisa berontak. Aku tak bisa berbicara, yang ku anehkan aku dengan cepatnya mengangguk setuju.

"Good girl. Sekarang, mari kita ke taman." Ajaknya sambil menarik tanganku, tapi sekarang dengan halus.

Sekarang kita sedang berada ditaman dekat dengan tempat pemotretanku, Joan terus saja merangkul ku erat seperti aku ini pacarnya, tapi hey! Jika bukan untuk Justin aku tidak akan sudi seperti ini.

Joan terus saja mendesakku untuk menceritakan apa yang aku lakukan hari ini. Awalnya aku terdiam mengacuhkan ia dengan kecerewetannya, tapi aku sudah tidak tahan! Akhirnya aku menjawab nya dengan menceritakan semua kegiatan ku hari ini. Tiba tiba..

"Lex.." Ada yang memanggilku dari belakang, sontak aku langsung melihat kebelakang dan ternyata Justin. Justin sedang berada disini. Dibelakangku. Melihatku berdua dengan pria licik ini! Aku hanya diam tertunduk, terlalu takut untuk melihat mata hazel Justin.

"Hey just. Mengapa kau tau kita ada disini?" Joan menyapa Justin dengan nada mengejek. Ah apa-apaan sih dia! Fuck!

Aku lihat Justin sudah mengepalkan tangannya erat-erat sampai kukunya menjadi putih. Oh god. Dia. Sedang. Emosi. Sekarang.

"Hey mengapa kau diam saja lexa sayang? Ayo lanjutkan lagi ceritamu tadi." Joan mencoba memelukku. Aku tak bisa menghindar karna pelukannya terlalu erat. Sampai tulang-tulangku merasa sakit.

"Lex, we done" kata itu begitu terdengar jelas ditelinga ku. Aku mencoba melihat kearah Justin tapi BUGH! Justin Memukul keras rahang Joan dan terlihat Joan sedang kesakitan sekarang. Aku kembali menatap Justin yang sekarang pergi dari hadapanku.

"Justin! We need to talk baby. Kita harus!! Justin!!!" Aku berteriak kencang sekencang-kencangnya. Tapi Justin tidak mau berbalik melihatku lagi. Aku tau Justin kecewa denganku sekarang, tapi mau bagaimana lagi? Aku seperti ini karena ingin menyelamatkan Justin juga. Aku masih terpaku berdiri didekat kursi taman, kulihat Joan tersenyum licik kepadaku.

Aku mencoba mengejar Justin tapi Joan menahanku. Ia memberiku ancaman jika aku terus memberontak. Tapi aku tidak mau! Aku harus menjelaskan pada Justin bahwa yang ia lihat tidak benar! Aku terus memberontak sampai tangan Joan membekapku dengan sapu tangan. Tercium jelas bau alkohol yang sangat tinggi. Setelah itu semuanya gelap.

-flashback end-

Oh jadi Joan membawaku kesini? Ah Tuhan! Apa yang ia lakukan! Aku melihat ke balik selimut yang menutupi tubuhku. Ah untungnya, baju yang kemarin kupakai masih melekat ditubuhku. Aku pun berjalan keluar dari kamar tidur menuju ke dapur. Oh ini apartement? Sepertinya milik Joan. Oh jadi Joan tinggal di apartement? Gumamku lagi.

Aku ingin meminum segelas air putih karena sepertinya tenggorokanku sangat kering. Ketika aku ingin mengambil gelas, terdapat sebuah kertas putih ditempelkan dimeja makan yang menarik perhatian untuk dibaca. Setelah kubuka..

----hayoo apa yaa yang ada disurat nya?? Umm, aku butuh saran, kritik atau mungkin pujian(?) haha untuk ceritaku ini. Gimana sih menurut kalian cerita YOU ini? Menarik atau gimana? Silahkan kalian lontarkan di comments yah😘 thankyou💜
-nadhira

You (Justin Bieber Love Story)Where stories live. Discover now