***
Sasuke kembali ke kediamannya dengan suasana hati yang cukup buruk.
Pertemuannya dengan Hinata dan juga Naruto memang selalu membuat dirinya merasa tidak karuan. Seperti yang pernah terjadi 300 tahun yang lalu; dimana Sasuke kembali menemukan wajah yang sama dengan Hinata dan juga Naruto. Saat itu mereka berdua kembali menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.
Sasuke bertemu dengan keduanya di tempat yang sama seperti sekarang.
Naruto yang pada saat itu hidup sebagai pemuda sebatang kara dengan pekerjaannya yang tidak tetap (serabutan) bertemu dengan Hinata; seorang pelacur cantik yang berasal dari distrik merah.
Keduanya jatuh cinta satu sama lain.
Pertemuan keduanya berawal saat Naruto mengantarkan stok persediaan sake ke salah satu rumah bordil dimana Hinata bekerja.
Cinta pada pandangan pertama.
Klise. Tapi memang seperti itu kenyataannya.
Dan Sasuke menyaksikan semua itu dengan mata kepalanya sendiri.
Saat itu Sasuke menahan dirinya agar tidak menghampiri Hinata. Hanya melihat dari kejauhan, hanya sebatas penonton yang menikmati pertunjukan shamisen yang dimainkan oleh Hinata atas permintaan khusus darinya.
Sasuke bahkan menahan dirinya dengan sekuat tenaga saat Hinata menggoda dan menawarkan satu malam panas yang menggairahkan. Namun bayang-bayang Naruto yang selalu melintas dalam pikirannya dan juga fakta bahwa Hinata kembali memilih Naruto di era yang berbeda membuat dirinya merasa menjadi pecundang.
Pecundang yang selalu kalah dari Uzumaki Naruto, dan pecundang yang tidak bisa mendapatkan hati bahkan atensi dari Hinata.
Sasuke tahu hal itu, ia menyadarinya dengan jelas.
Bahwa Hinata tidak akan pernah memilih dan memihak pada dirinya.
Sasuke selalu merasa iri atas apa yang didapatkan oleh Naruto selama ini.
Dan puncak rasa iri yang dirasakannya adalah saat Naruto menyadari perasaan cintanya pada Hinata dan memutuskan untuk mengklaim wanita Hyuuga itu sepenuhnya.
Jika saja waktu itu Sasuke berada di Konoha saat insiden penyerangan dan penculikan yang dilakukan oleh Ootsutsuki Toneri, mungkin dirinya akan melakukan hal yang paling egois dalam hidupnya.
Rasa sakit dan nyeri yang dirasakan oleh Sasuke saat Naruto merengkuh dan mencium Hinata ketika kembali dari bulan masih terasa sampai saat ini.
Rasa sesak yang menyarang di dada saat dirinya sengaja menyaksikan keduanya bercumbu di bawah pohon ginko karena Naruto yang notabennya seorang pemuda miskin tidak bisa menyambangi Hinata di dalam rumah bordil.
Rasa perih yang menyayat hati ketika melihat tubuh Hinata bermandikan peluh dengan kimono acak-acakan sambil menggumamkan nama Naruto seiring dengan sensasi nikmat yang jelas dirasakan oleh Hinata.
Mereka berciuman dan bercumbu di bawah sinar bulan yang tampak cantik. Mereka berpelukan di sisi sungai sambil menunggu ikan memakan umpan di kail pancing yang dipasang oleh Naruto. Mereka berpegangan tangan saat berjalan menikmati udara segar di malam hari. Mereka tertawa ketika menikmati satu mangkuk kuah ramen panas buatan paman Teuchi.
Dan mereka memiliki dua anak kandung dan satu anak angkat yang tidak pernah Sasuke miliki sampai saat ini.
Naruto selalu memiliki apa yang ingin Sasuke miliki selama ini.
"Hinata ..."
Sasuke duduk di depan perapian. Memeluk kedua lutut sambil menenggelamkan kepalanya. Beberapa botol minuman berserakan di sekitarnya. Hawa dingin merasuk ke tubuh Sasuke yang masih terbalut oleh mantel tebal. Bahkan tungku perapian tidak cukup untuk menghangatkan tubuh Sasuke yang kini menggigil kedinginan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANY TIMES
FantasyAnother fic for #HinataBazar Menjalani hidup memang tidak mudah Ujian dan cobaan kerap kali diberikan oleh Kami-sama Tidak memandang jenis kelamin Tidak memandang kaya atau miskin, Juga tidak memandang ia seorang manusia suci atau penuh dosa. . . Na...