chapter 2 - Teman

20 3 0
                                    

Siang berganti malam, semua Vampir di tempat itu mulai keluar dari kamarnya. Melirik ke arah kamar lain yang menunjukkan sang pemilik. Hanya sebentar, sebelum mereka pergi meninggalkan lorong panjang yang akan membawanya ke ruang makan.

Cukup mengejutkan jika ada ruang makan di tempat ini, dia pikir semuanya tidak lebih dari kamar dan kamar. Tapi, saat melihat sebuah ruangan besar dengan meja yang tertata rapi membuatnya sedikit kagum. Sedikit tidak percaya akan apa yang baru saja dia lihat, sebelum tatapan kagum itu mulai pudar digantikan dengan sebuah tatapan tanpa minat.

Tempat itu memang cantik, semuanya bergaya jaman Yunani. Bahkan setiap hiasan dan juga alat makan di sana mengikuti pada jaman itu. Tapi semua itu tidak berguna, dia bahkan tidak akan bisa makan-makanan yang biasanya dia makan.

"Hei..!"

Dia terkejut, tersadar dari lamunan tidak pentingnya, lalu menatap ke arah seorang pria berambut merah yang terlihat tersenyum padanya.

"Kau anak baru ya... Tidak apa, kami tidak jahat ko. Mau makan bersama kami?"

Pria itu kembali bersuara hingga dia menyadari bahwa pria itu tidak sendiri, namun bersama lima orang yang dia tidak kenal.

"Lee Heeseung," ucap pria itu lagi, mengulurkan tangannya berharap dia mau menerimanya.

"Yang Jungwon," Jungwon menyahut, merasa tidak ada gunanya dia curiga karena mereka juga sama.

Pria bernama Heeseung itu tersenyum lebar, menarik tangan Jungwon yang diikuti ke-lima temannya. Mereka duduk di sebuah meja besar yang kosong, saling diam hingga seorang wanita paruh baya masuk. Berjalan lewati mereka dengan tatapan penuh ketajaman.

"Siapkan sekarang!" Suara wanita itu menggema, membiarkan beberapa bawahannya menaruh gelas berisi darah segar dengan satu pil putih yang diberikan pada mereka.

Setelahnya wanita itu pergi, meninggalkan puluhan Vampir yang masih saja diam di tempatnya. Menatap kosong pada pil dan gelas berisi darah sebelum mereka mendengar pintu tertutup rapat. Para Vampir dari meja sebelah langsung memakan pil itu, menelannya begitu saja membuat Jungwon terkejut.

Sedikit meringis, merasa ngilu akan tindakan yang mereka lakukan. Namun, sebuah tangan yang menyentuh bahunya membuat Jungwon terkejut. Menatap ke arah seorang pria merah muda yang memiliki wajah manis, bahkan senyuman pria itu terlihat begitu cantik untuk ukuran seorang pria.

"Sepertinya kau belum tahu karena kau anak baru, tapi lebih baik lakukan seperti apa yang kami lakukan." Pria itu bersuara, mengambil pil itu lalu meminumnya begitu saja hingga dia melihat hal yang sama.

Suara teriakan menyakitkan dari pria itu yang membuatnya takut, sebenarnya pil apa itu?

"Jangan takut, itu hanya efek samping pil itu," sahut seorang pria dengan rambut kelabu yang duduk di depannya.

"Benar, pil itu ada untuk menekan perubahan wujud Vampir kita. Itu sih yang aku dengar dari mereka." Heeseung menyahut, menatap Jungwon sebelum melirik ke arah pria kelabu di sebelahnya.

Sedangkan Jungwon hanya diam, membiarkan mereka semua memakan pil itu dengan tubuhnya yang bergetar takut. Apa dia harus memakannya? Dan bagaimana bisa mereka memakan pil itu saat tahu efek sampingnya begitu menyakitkan?

Aku tidak mau! Jungwon membatin, berniat bangkit sebelum dirinya dikejutkan oleh rantai yang mengikat kedua kakinya dari meja itu.

Kedua matanya membulat, sadar akan peringatan dari pria merah muda di sebelahnya. Apakah ini maksud ucapan pria itu, kenapa tidak dikatakan secara langsung saja dari pada mengatakannya seperti itu. Sungguh menyebalkan. Dia pasrah, mengambil pil itu dan memakannya sama seperti yang lain.

Tubuhnya mulai merasa panas, tapi rasanya berbeda seperti tubuhnya tengah terbakar dengan rasa sakit di tenggorokannya. Kedua tangannya mencekik lehernya sendiri, mencoba menghentikan rasa sakit yang semakin mencekiknya.

"Akh...!!!"

Sekarang ruangan itu penuh akan suara teriakan mereka, saling bersahutan dengan tatapan yang tajam. Ada beberapa yang tidak sadarkan diri bahkan ada yang masih bertahan di antara semua orang di sana. Rasa sakitnya tadi hanyalah sebuah kepura-puraan, dia hanya ingin terlihat seperti mereka yang terlihat tidak berdaya.

Sebuah senyuman miring mulai terlihat, mengambil gelas berisi darah yang menjadi miliknya. Mulai meminum darah itu hingga tandas sebelum dirinya terkekeh kecil. "Sepertinya aktingku sudah cukup," gumamnya lalu mulai menjatuhkan kepalanya di atas meja dan mulai menutup kedua matanya hanya untuk membuat semua orang percaya bahwa dia juga sama.

Cukup lama hingga mereka tersadar, awalnya mereka terlihat bingung hingga mereka mulai meminum darah yang ada di gelas masing-masing. Meminumnya hingga tandas sebelum Jungwon mengikutinya, dia hanya perlu mengikuti apa yang mereka lakukan jika tidak ingin ada hal buruk yang terjadi padanya.

"Bagaimana? Apa kau baik-baik saja?" Pria bersurai hitam itu menatap ke arah Jungwon dengan sedikit tersenyum.

Jungwon mengangguk merasa bingung karena tidak tahu nama mereka, hanya pria bersurai merah itu saja yang sudah memperkenalkan diri. Tapi tidak dengan yang lainnya.

"ah.. Maafkan aku, namaku Jay. Panggil saja Jay hyung." Jungwon terkejut, jadi merasa bersalah karena pria bersurai hitam itu memperkenalkan dirinya setelah dia abaikan.

"Kalau aku Park Sunghoon dan kau juga harus memanggilku hyung." Pria bersurai kelabu di depannya menyahut, menatap Jungwon dengan sebuah senyuman.

Dia sedikit kagum pada wajah tampan pria itu, bahkan dia yakin pria itu pasti menjadi pria populer saat masih manusia dulu dan mungkin sekarang juga masih.

"Aku Kim Sunoo, dan sepertinya aku masih lebih tua darimu?" Jungwon menoleh, menatap ke arah pria bersurai merah muda yang memperkenalkan dirinya dengan santai.

"Dan aku Jake, aku dari Australia dan tentunya aku lebih tua darimu." Seorang pria dengan wajah tampan itu bersuara, menatap Jungwon yang langsung menatapnya.

"Lalu aku Nishimura Riki." suara dari sebelah kirinya membuat Jungwon menoleh, ternyata pria bersurai pirang itu berasal dari Jepang.

"Karena kalian sudah berkenalan, jadi mau ke jalan-jalan bersama!?" Heeseung menyahut, menatap ke arah mereka secara bergantian.

Sunoo menghembus napas panjang, menatap ke arah Heeseung yang masih menunggu jawaban mereka. "sepertinya itu ide bagus hyung, tapi mungkin juga tidak," jawabnya dengan tatapan penuh ketenangan, bahkan Jungwon yakin tidak ada ekspresi di wajah pria itu.

"Apa yang dikatakan Sunoo ada benarnya hyung, bagaimana jika para wanita itu melakukan sesuatu pada Jungwon. Dia masih anak baru, tidak seperti kita."

Itu Jake, dia sangat tahu bagaimana tempat ini bekerja karena dia sudah ada di sana sejak dua tahun lebih.

"Melakukan sesuatu? Apa?"

TBC

Akhirnya aku kembali dengan cerita ini. Bagaimana kelanjutannya? Apa semakin menarik atau malah membosankan? Aku tidak yakin sih karena ini baru pertama kalinya aku mengambil genre politik walau ada fantasinya tapi ini sedikit membuatku tertantang dan aku menyukainya.

Tapi mungkin saja tidak akan sebagus mereka yang sering membuat cerita dengan genre politik. Tapi aku akan berusaha sebaik mungkin, sampai jumpa...

Behind The Moon : Red & BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang