Chapter 3 - Keluarga

8 2 0
                                    

Pada akhirnya Jungwon tidak tahu apa yang dimaksud oleh teman-teman barunya. Bahkan dia sedikit kebingungan karena dari yang dia lihat tidak banyak hal aneh di tempat ini. Semuanya terlihat normal, kecuali tempat ini adalah tempat bagi para Vampir tinggal.

Namun, Jungwon kembali berpikir. Dia yang dulunya tidak peduli pada wabah Vampir itu menjadi sedikit penasaran. Rasanya seperti ada hal yang masih abu-abu baginya, hal yang membuat dirinya berpikir bahwa semua ini tidak masuk akal.

Sebenarnya apa alasan pemerintah membuat tempat sebagus ini hanya untuk para Vampir yang menjadi bentuk rasa takut para manusia?

Bukankah aneh, jika pemerintah melakukan hal ini dan juga semua manusia di sini begitu tenang berhadapan dengan mereka yang seorang Vampir. Seakan mereka bisa saja membunuh Vampir dengan mudah.

"Tidak masuk akal, bagaimana bisa aku berpikiran buruk," gumamnya menjatuhkan tubuhnya di atas rerumputan, menatap ke arah langit malam yang menjadi saksi atas semua kehidupan barunya saat ini.

Di saat malam tiba, para perawat khusus akan datang dan membebaskan mereka dari kamar lalu membiarkan mereka keluar dari lingkungan asrama selama tidak melewati batas tembok dari tempat ini.

Dan saat itulah Jungwon bisa menikmati dunia luar yang menjadi sebuah kenangan baginya. Walau hanya bisa keluar di saat malam hari, namun Jungwon merasa cukup puas dengan semua ini. Kecuali bahwa dia terlihat seperti hewan ternak sekarang.

"Jungwon-ah.."

Sebuah suara membuat Jungwon menoleh, menatap ke arah tiga pria yang tersenyum lebar menuju ke arahnya.

"Apa kau memang selalu suka sendiri!?" Jake bersuara, duduk di sebelah Jungwon dengan cepat.

Jungwon tidak menjawab, dia hanya tersenyum tipis dengan tatapan yang kembali fokus pada langit malam itu. Sudah biasa baginya mendengar sebuah pertanyaan dan juga saran dari mereka dan dia menyukai hal kecil seperti itu.

Karena dia jadi ingat sosok kakak perempuannya yang pasti khawatir padanya. Tidak pulang bahkan tidak memberi kabar sama sekali, pasti keluarganya benar-benar khawatir padanya. Tapi apa yang bisa dia lakukan, dia bukan manusia seperti dulu dan Jungwon berharap ayah, ibu dan kakak perempuannya tidak jadi seperti dirinya.

"Jangan suka sendiri, kami akan selalu ada untukmu," sahut Jay menatap penuh ke arah bola mata Jungwon dari sebelah pria muda itu.

"Seperti kau tidak saja Hyung!" Sunoo menyahut, merangkul bahu Jay dan Jungwon dengan tawa yang menghiasi wajah manisnya.

Jungwon menatap ke arah Sunoo dengan tatapan penasaran, merasa tertarik akan ucapan pria manis itu. Dia hanya tidak bisa percaya bahwa pria bersurai hitam itu adalah pria yang suka sendiri.

"Siapa juga yang suka menyendiri! Aku hanya perlu ketenangan, itu juga karena kau dan Sunghoon yang suka ribut!" kesal Jay mendengus akan ucapan Sunoo yang selalu saja membuatnya kesal.

"He.. he.. Jangan salahkan aku Hyung, semuanya juga tahu jika manusia es jadi-jadian itu selalu saja menggangguku!"

Sunoo tertawa, mengingat semua hal yang terjadi padanya dan Sunghoon yang memang selalu ribut dimana pun mereka berada tanpa mengenal waktu. Jika diingat keduanya memang tidak bisa akur, seperti air dan minyak yang tidak akan pernah bisa bersatu.

Dan Sunoo jadi malas mengingat semua itu sekarang.

"Siapa yang kau bilang manusia es jadi-jadian!" Sebuah suara membuat mereka menoleh, menatap ke arah Heeseung, Sunghoon dan Riki yang berjalan ke arah mereka.

Terlihat jelas pria dengan surai kelabu itu menunjukkan raut wajah marah, menatap tajam pada sosok pria manis yang terkejut akan kedatangan mereka.

Yang lainnya hanya bisa memaklumi mereka kecuali Jungwon yang terlihat penasaran akan apa yang dilakukan dua pria berbeda umur itu.

Tentu saja mereka semua sudah biasa akan pertengkaran dua orang itu dan entah kenapa Jungwon merasa bahwa sikap dan tindakan mereka sangat lucu. Seperti keluarga yang dia miliki dulu, dan dia ingin menjadi salah satu di antara mereka.

"Sudahlah, kalian ini selalu saja melakukan hal yang tidak berguna" sahut Riki, menatap malas ke arah dua Hyung-nya.

Sunghoon mendengus, memilih untuk berbaring di atas rerumputan mengabaikan Sunoo yang menunjukkan raut wajah merenggut padanya. Memang apa pedulinya, dengan melakukan hal itu tidak akan membuat dia peduli.

"Dasar tidak tahu terima kasih!" ucap Sunoo bersandar di punggung Jake yang tengah menatap langit malam itu.

Sunghoon tidak peduli, mengabaikan ucapan Sunoo yang terlihat marah padanya.

"Sepertinya kau punya sesuatu yang kau khawatirkan," ucap Heeseung mendekati Jungwon yang terlihat menatap penuh semangat pada mereka.

"Ah.. Hyung, apakah kau mendengarnya," kaget Jungwon menatap kedua bola mata Heeseung. "Maaf.. aku tidak bermaksud."

Heeseung tersenyum. "Tenanglah Jungwon," Tatapannya pria paling tua itu terlihat lembut. "Kau juga bagian dari kami" imbuhnya.

Jay merangkul Jungwon dengan cepat. "Apa yang di pikirkan pria muda ini."

Semua yang ada di sana langsung menatap ke arah Jungwon, tersenyum tulus pada pria muda itu. "Kau sudah menjadi bagian dari kami sejak awal Jungwon-ah.." ucap Heeseung lagi membuat yang lain mengangguk.

"Jadi jangan berpikiran buruk lagi, oke..!" sahut Jake tersenyum paling lebar menatap Jungwon yang terkejut akan ucapan mereka semua.

Rasanya seperti sebuah mimpi, dia pikir tidak akan mungkin baginya merasakan kebahagiaan di saat dia bukanlah manusia. Tapi sepertinya pemikiran itu salah, nyatanya dia mendapatkan sebuah kebahagiaan dari orang-orang asing yang sekarang berada di sampingnya.

Menganggapnya sebagai adik dan memperlakukannya dengan baik, bukankah ini seperti sebuah mimpi yang sempurna? Tapi itu adalah bentuk dari kenyataan dan kebahagiaan yang sekarang menjadi miliknya.

Dia bahagia, sangat bahagia hingga tidak bisa mengatakan apa pun selain membiarkan seluruh perasaannya meluruh. Air mata itu mulai menetes membuat semua yang ada di sana panik, namun semuanya langsung tenang saat melihat sebuah senyuman terukir di wajah Jungwon.

Senyuman yang menjadi sebuah tanda bahwa pria muda itu merasa bahagia. Mereka berpelukan, menunjukkan perasannya masing-masing.

Ini seperti sebuah takdir, takdir yang mengikat mereka satu sama lain tanpa mereka sadari. Atau Mungkin itu adalah takdir yang dibuat oleh orang yang berkuasa, seperti dia.

Pria yang tersenyum miring di balik wajah polosnya, melirik ke arah sosok lain yang terlihat menatap ke arah mereka dengan pandangan tanpa ekspresi di atas gedung itu.

Sekarang apa yang akan kalian lakukan.

TBC
Aku kembali.. apa ada yang mulai bisa menebak siapa yang bermuka dua di sini?
Ini masih terlalu awal untuk menunjukkan siapa orangnya jadi aku buat seperti ini dulu, mungkin setelah beberapa chapter ke depan akan terlihat siapa yang bermuka dua dan aku harap kalian terus menantikan cerita ini sampai selesai.

Kalau begitu sampai jumpa lagi..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Behind The Moon : Red & BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang