bab XII

504 84 12
                                    

"Ji.......daaattt!!!!" gadis dengan manik aquamarine itu berkacak pinggang sambil meneriakan nama panggilan sahabat merah mudanya, "kau menyuruhku menunggu di kantin. Tapi, sampai bel masuk berbunyi kau tidak datang juga!"

Gadis yang dipanggil jidat itu pun menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Maaf, pig. Ternyata, urusanku dengan Kurenai sensei lebih lama dari dugaanku."

Ino membuang nafas kasar, "baiklah. Kali ini ku maaf kan. Tapi ingat!" Gadis itu mengangkat satu jari telunjuknya, "kau mempunyai satu hutang cerita padaku."

"Cerita apa?"

"Jangan pura-pura lupa, zheyenk, " Ino menarik sudut bibirnya, "kau belum cerita tentang hubunganmu dengan Chifuyu senpai."

Gadis dengan surai merah muda sepinggul itu pun menduduki kursi kelasnya, "sudah berapa kali kuu katakan, pig. Kami tidak mempunyai hubungan yang spesial."

"Masa?"

Sakura menoleh, lalu menatap serius wajah sahabatnya, "apa kau ingin merasakan tinju ku dulu, baru setelah itu kau akan percaya?"

Ino pun langsung tersenyum kikuk, "Dasar kau ini!! Aku kan hanya ingin tahu, sudah sejauh mana hubungan kalian," gadis itu kemudian melipat kedua tangannya di dada, "lagi pula, kalian berdua terlihat serasi."

"Kau selalu bicara seperti itu saat aku sedang dekat dengan Laki-laki!" Protes Sakura.

Sementara itu, Ino hanya bisa terkekeh.



●○●○●○●

"Kakak!" Gadis dengan surai merah muda itu, menatap kedua Kakaknya, "bolehkah akhir pekan ini, aku pergi ke taman hiburan bersama temanku?"

"Aku ikut!" Ujar Rindou dan langsung mendapat tatapan tajam dari anak sulung keluarga tersebut.

"Dengan siapa kau pergi?" Tanya Ran kepada sang adik bungsu mereka.

"Teman sekolahku." Jawab Sakura.

"Laki-laki?"

Gadis itu menganggukan kepalanya.

"Ti..." ucapan Rindou terputus, saat Ran mengisyaratkan padanya untuk tidak melanjutkan kalimatnya.

"Siapa nama teman mu itu? Kelas berapa dia? Dan bagaimana kalian bisa kenal?" Ran pun memberikan pertanyaan beruntun untuk Sakura.

Gadis itu menarik nafas panjang, dan mau tak mau menjawab semua pertanyaan dari sang Kakak.

Setelah beberapa pertanyaan kembali dilontarkan dan juga adanya sedikit drama dari Rindou yang tak rela membiarkan Sakura pergi dengan laki-laki lain, akhirnya ijin pun didapatkan dari kedua Kakaknya itu. Gadis itu pun kini bisa bernafas lega sekarang.

°

"Sakura!" Saat ini, Rindou sudah berada di ambang pintu kamar sang adik yang masih terbuka.

"Ada apa, Rin?" Tanya gadis tersebut, tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang ia pelajari.

"Kau tega sekali menyakiti hatiku dengan pergi bersama laki-laki lain," Rindou berjalan kearah Sakura.

"Aku hanya pergi jalan-jalan, bukannya menikah. Lagi pula, kita adalah Saudara."

Ucapan Sakura, membuat Rindou langsung memutar kursi belajar gadis tersebut agar menghadap kearahnya. Pria itupun mencondongkan tubuhnya kearah sang gadis, "kita baru bertemu setelah kita berdua sama-sama dewasa. Dan itu membuat perasaan sayangku tumbuh padamu bukan seperti rasa kasih sayang kakak kepada adiknya. Melainkan, rasa kasih sayang seorang pria terhadap pasangannya," Rin semakin mencondongkan tubuhnya. Ia kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga sang gadis, "lagi pula, bukankah kau berkata jika akan memikirkan tentang perasaanku? Aku tidak suka melihat mu jalan dengan laki-laki lain!"

Sakura mendorong tubuh Rin agar menjauh darinya, "kenapa kau jadi egois seperti ini, Rin?" Gadis itu menatap wajah pria dihadapannya tersebut, "bukankah kau juga bilang, bahwa kau akan menunggu jawaban ku dengan sabar? Tetapi, kenapa kau malah seperti memaksakan perasaanmu padaku?"

"Bukan begitu maksudku. Aku...."

"Sudahlah!!" Ucapan Rindou langsung terputus karena Sakura bangkit dan mendorong punggung pria tersebut agar keluar dari kamar nya, "lebih baik kau keluar. Aku masih harus mengerjakan tugas sekolah ku," ujar Sakura sebelum menutup pintu kamar nya.

Sementara, Rindou hanya bisa mengacak surainya frustasi.


●○●○●○●




"Sepertinya, hari ini kau sedang senang?" Sedari tadi, Kazutora memperhatikan tingkah temannya tersebut, "apa ini ada hubungannya dengan gadis yang dibicarakan Ibuku?"

"Kepo sekali kau!" Jawab Chifuyu, namun tidak menghilangkan rona berseri diwajahnya.

"Sepertinya benar, kalau kau saat ini sedang jatuh cinta."

"Kalau iya, memangnya kenapa?"

"Hah! Kau serius?" Kazutora menatap tak percaya.

"Cih! Tadi kau bertanya. Tetapi ketika aku menjawab, kau malah tidak percaya."

"Apa ini benar kau, Matsuno Chifuyu?" Pria dengan surai sebahu itu memegang kedua pundak temannya itu, sambil menatap dari atas sampai bawah pemuda yang ada dihadapannya.

Chifuyu pun langsung menepis tangan temannya itu, "Apa-apaan kau ini?" Protes nya.

"Ternyata benar! Cinta bisa membuat orang menjadi gila."

"KAU YANG GILA!!!" Geram Chifuyu, lalu berbalik dan pergi meninggalkan Kazutora.

"Hei!!! Kau mau kemana?" Tanya pemuda tersebut, sebelum ikut melangkahkan kakinya mengikuti sang teman.

●○●○●

"Kau habis dari mana?" Koko menatap Sanzu yang baru saja tiba di markas.

Pria dengan surai merah muda itu pun mengeluarkan dua lembar kertas dari saku celana nya, "aku habis membeli tiket nonton VIP untukku berikan pada Sakura. Aku ingin mengajaknya akhir pekan ini," jawabnya dengan wajah sumringah.

"Sayang sekali, tetapi Sakura tidak akan bisa pergi dengan mu," Ujar Ran.

"Kenapa?" Wajah Sanzu pun langsung berubah suram.

"Ia sudah mempunyai janji dengan seseorang, dan aku sudah memberikannya ijin."

"Hee!!! Jadi ini alasan Rin dari tadi terlihat murung?" Timpal Kakucho.

"Tenang saja, Sanzu. Aku bersedia menemani mu menonton film itu," Ujar Mochi.

Sanzu langsung menoleh kearah pria tersebut, "lebih baik aku menjual kembali tiket ini, dari pada harus menontonnya berdua dengan pria tua seperti mu."

Koko terkekeh mendengar ucapan Sanzu. Namun, setelah itu ia pun menoleh kearah Ran, "omong-omong, siapa yang akan pergi bersama Sakura?"

Mereka yang ada disana pun langsung ikut menoleh kearah Ran, menanti jawaban dari pria tersebut.

"Ah, itu. Dia akan pergi bersama...."

●○●○●

Hembusan angin, menerbangkan helaian surai pria yang saat ini sedang berada di balkon mansionnya. Tatapan kosong dari manik segelap malam itu pun menerawang jauh ke depan.

"Mikey-sama"

Pria itu pun menoleh kearah sumber suara, yang telah berhasil mengusik atensi nya.

"apa tidak sebaiknya anda jujur saja, dengan perasaan anda? Karena ada semakin banyak pria yang menginginkannya. Jika kau ingin, aku bisa membantu mu. Aku akan melakukan apapun yang engkau perintahkan."

Mikey mengangkat wajah, menatap orang tersebut, "aku ingin kau terus mengawasinya. Dan....."



To be continued...



Gadis milik geng Mafia ( Fanfiction  )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang