1

1.1K 89 17
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Gelap, bahkan tidak ada setitik cahaya yang aku lihat saat ini. Semuanya begitu kosong. Kegelapan ini terasa sangat panjang, terasa sangat tak berujung.

Hampa. Kata yang terus memenuhi relung hati dan pikiranku. Jika hampa di luar angkasa mengartikan keadaan yang tidak memiliki udara sama sekali, dan membuat seseorang menjadi sesak karena sulit bernapas, maka gambaran itu sama seperti yang aku alami saat ini.

Aku langkahkan kaki ini kembali ke dalam. Tidak perlu kugunakan white cane dalam kamar ini, karena kupastikan bahwa aku sangat hapal dengan tata letak kamar ini. Kamar ini tidak pernah berubah, dan tidak akan ada yang berani merubahnya.

Perkenalkan, namaku Agharna Rahagi. Nama yang indah dan unik bukan?

Agharna diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti sang bulan. Sedangkan Rahagi diambil dari bahasa Jawa yang berarti bersinar. Jika disambungkan menjadi sang bulan yang bersinar.

Rasanya aku selalu ingin tertawa memikirkan arti nama itu. Bagaimana bisa seorang Agharna Rahagi menjadi sang bulan yang bersinar jika dirinya saja hidup dalam kegelapan.

"Siri, tanggal berapa sekarang."

"Selamat pagi Agharna. Sekarang hari Kamis, 30 Desember 2021."

Perangkat lunak yang menemaniku selama ini berbicara, perangkat ini memudahkan diriku dalam menyelesaikan semua pekerjaan. Termasuk pekerjaan kantor, walaupun seorang Agharna kehilangan penglihatannya tapi aku masih mempunyai perusahaan yang tetap berkembang saat ini. Tentunya hal itu dibantu oleh beberapa orang kepercayaan dan segelintir anggota keluarga.

30 Desember, tepat sepuluh tahun mata ini sudah tidak berguna. Mengingatnya membuat luka yang lama tidak pernah menutup, penyesalan dan amarah selalu mengisi relung hati dan pikiran ini. Kecelakaan naas itu tidak hanya mengambil penglihatanku di umur tiga puluh tahun, tetapi juga mengambil kedua orangtuaku. Rasanya seperti orang yang tidak berguna.

Langkah pelan kembali aku lanjutkan, kali ini menuju kamar mandi besar yang ada di kamar ini. Tanganku menjulur ke depan, tidak berselang lama benda panjang yang terbuat dari keramik dingin berhasil kuraih.

Wastafel.

Lalu mulailah kegiatanku di pagi ini, membersihkan seluruh tubuh dan berpakaian rapi. Kali ini aku membutuhkan white cane, walaupun ini rumahku tetapi tidak semua benda kuingat peletakannya.

Aku tidak tinggal sendiri, disini aku tinggal dengan beberapa penjaga dan asisten rumah tangga. Dua tahun terakhir juga keponakanku datang kesini, dia bernama Kanya Putri Gunawan. Dia adalah anak dari kakak Perempuanku, dan tentunya satu - satunya saudara kandung yang aku punya.

"Pagi Tuan Agha. Kopinya sudah Mbok letakkan di meja." Kata Mbok Mirna, salah satu asisten rumah tangga di rumah ini, hanya Mbok Mirna yang aku perbolehkan membersihkan kamar milikku.

DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang