Jika mendengar namamu saja sudah membuatku luka, lebih baik kita tidak dipertemukan saja.
-Biyan Eldian-
Sirine mobil milik salah satu guru berbunyi nyaring hingga kantin sekolah, semua siswa terganggu dengan suara mobil yang terus berbunyi. Mobil itu tak akan berhenti jika pemiliknya tidak mematikan sirinenya, masalahnya semua guru sedang rapat dengan pimpinan sekolah terkait perkembangan siswa.
"Liat noh siapa yangberantem." Ujar Krisna si penghuni primdavan.
"Adek lo tuh," tunjuk Rafli.
Biyan melirik ke arah parkiran tanpa menoleh, pantas saja sirine mobil berbunyi, hal ini karena badan Zeyan menghantam mobil guru, Biyan mendengus kesal akibat menyaksikan momen riuh adiknya yang menjadi jagoan.
Tidak heran bila ada keributan disitulah Zeyan berada, Biyan sudah tidak tahu lagi bagaimana harus menghadapi Zeyan yang kelewat bader.
Sudah diberi ancaman oleh ayah pun Zeyan masih membantah apalagi hanya ditegur oleh bunda, paling hanya menjawab "iya" saja agar bunda lega.
Padahal di sekolah kelakuannya masih sama, belum lagi jika sudah di tempat tongkrongan entah seperti apa kelakuannya, mungkin sudah seperti om- om pedo yang kesana kemari suka menggoda perempuan di bawah umurnya.
Biyan tak mau menahan malu terlalu lama, bisa gawat jika guru pemilik mobil keluar dan melihat Zeyan lah sumber dari segala kekacauan ini. Dia menghampiri Zeyan yang sedang asik tinju sampai dasi di leher hampir mencekiknya.
Tangan panjang Biyan meraih baju seragam Zeyan dari belakang dan menyeret adiknya keluar dari zona sengit.
"Bikin malu gue lo!" Tegas Biyan.
"Dia dulu mancing emosi!" Jawab Zeyan dengan penekanan.
"Gak ganteng lo!" Balas Biyan penuh penekanan.
Semua orang di sekolah itu menonton aksi cek-cok kakak beradik setelah menonton Zeyan berkelahi, teman-teman Biyan hanya menggelengkan kepala kepada Zeyan, sedangkan teman-teman Zeyan bergidik ngeri melihat kelakuan Biyan yang tanpa berkelahi pun sudah terlihat sangar dan ganas.
Beda lagi jika yang menonton para wanita, mereka seolah sedang memanjakan mata melihat dua lelaki tampan beradu argumen konyol.
"ZEYAN GANTENG ZEYAN SABAAARRR!!" Teriak Zeyan sambil meronta-ronta.
"Berisik! Putus urat malu lo?!" Biyan beralih menyeret di leher diantara lengan dan siku. Zeyan sedikit tercekik.
"Lo masih numpang pake marga gue." Biyan masih berkacak pinggang melihat kelakuan Zeyan.
"Bokap kita sama woi!!" Teriak Zeyan lagi.
"Iya!tapi gue pinter lo gebleg, gue mandiri lo nyusahin, gue kalem lo royal, gue dewasa lo bocah!" Jelas Biyan sedikit merendahkan Zeyan.
"Tapi lo setress gue waras!" Sahut Zeyan melipat tangan didepan dada.
"Terserah!" Biyan makin gusar dengan Zeyan jika dinasehati selalu menjawab.
Tangan Biyan lepas dari leher Zeyan, Biyan pergi dengan memompa kesabarannya, niat Biyan ingin melerai adiknya malah jadi beradu argumen seperti ini, dia selalu menahan tangannya agar tidak memukul Zeyan, selalu begitu. Bukan karena dia tidak berani melawan tenaga Zeyan, yang ada di fikiran Biyan kepada Zeyan hanya satu.
"Sehebat apapun kita berantem, jangan sampai tangan gue ngelukai adik sendiri."
Biyan lebih memilih mampir ke kantin dengan dua temannya, Krisna dan Rafli memang hobi mengekori Biyan karena kebiasaannya yang suka mentraktir teman-teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eretabiyan
Teen Fiction|FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA!| Hi guys! mungkin kalian akan dibuat bingung saat membaca di part tertentu. ____________________________________ "Gak masalah kalau gue liat banyak pohon disitu, namanya juga hutan. Tapi, coba pikir kalau lo berdiri d...