MUHASABAH CINTA NADIA || 01

6 4 5
                                    

Assalamualaikum

Selamat membaca

Jangan lupa vote, komen dan saranya :)

🕊🕊🕊

Terlihat seorang gadis cantik yang tengah di make up lengkap dengan pakaian pengantin yang amat sangat cocok ditubuhnya.

Ia tidak sabar, sedari tadi ritme jantung nya bergerak tidak teratur. Akibat rasa gugup yang semakin membuncah pada dirinya.

Sebentar lagi, impianya akan terwujud, segala rencana yang sudah ia susun semantang mungkin mulai terlihat lancar satu persatu. Bahkan hanya tinggal beberapa jam lagi maka impian mimpi terbesarnya akan segera terkabul.

Bahkan sang penata rias juga sudah memperingati sedari tadi, bahwa jangan terlalu gugup dan tetap rileks. Agar make up yang sedari tadi tertata tidak akan hancur berantakan hanya karna kegugupan sang mempelai wanita.

'Cklek'

Terlihat pintu yang sedari tadi tertutup pun akhirnya terbuka juga. Menampilkan sesosok gadis lainnya yang memiliki rupa hampir serupa tak kalah menawan dari sang mempelai wanita.

Yang dirias membuka matanya dan menatap pantulan dirinya melalului kaca rias yang terpampang jelas dihadapnya.

Ia tersenyum begitu melihat persepsi sang adik kembaran memasuki kamar tempatnya dirias.

Gadis tersebut perlahan mulai mendekat kearah sang mempelai wanita yang sudah memberikan senyuman tulus dan pandangan teduh kearahnya.

"Kak Nadia, cantik banget!" Puji gadis tersebut tidak bohong begitu melihat dan menilai penampilan sang kakak kembaran.

Sang kakak yang dipuji hanya tersenyum menanggapi ucapan sang adik. "Mama papa, dimana Dila?" Tanya sang kakak mengubah topik pembicaraan.

Sang adik yang diketahui bernama Dila tersebut langsung melunturkan senyumanya
dan mengarahkan pandanganya kebawah, menghindari tatapan kontak mata sang kakak melalui pantulan cermin rias.

Ia tentu tahu betul apa arti tatapan, senyuman bahkan pertanyaan dari sang kakak. Pandangan mata yang tersirat jelas penuh kekecewaan. Air muka yang awalnya memerah karena gugup kini terganti dengan memerah menahan sesuatu yang sedari tadi dicoba ditahan.

Perlahan Dila mengangkat pandangannya kearah pandang mata sang kakak melalui pantul kaca rias. Karena ia merasa sedari tadi ia terus ditatap intens oleh sang kakak.

"Mama papa uda jalan duluan kegedung acaranya kak," Ucap Dila. Yang langsung dibalas dengan sorot mata penuh kekecewaan lebih dalam lagi.

"Tapi, mama uda siapin mobil sama supir untuk kakak berangkat, sendiri ketempat acara." Ucap Dila dengan lirihan diakhir kalimatnya.

"Kamu?" Balas Nadia lagi lagi dengan nada tenang dan senyum yang dipaksakan kearah sang adik kembaran.

"Aku juga berangkat sendiri. Mama yang suruh. Maaf aku nggak bisa berangkat bareng kakak. Nggak dibolehin mama, maaf nggak bisa dampingi kak-" Ucapanya terpotong dengan dagu yang diangkat agar sang lawan berbicara menatap kearahnya.

Dengan pandangan mata yang menenangkan serta senyum tulus yang selalu terpancar Nadia mengatakan. "Nggak papa, mama kan yang suruh."

"Jangan nangis dong, nanti make up nya luntur loh! Masak kembarannya mau nikah kembaran satunya jelek sih, kan nggak lucu." Lanjut Nadia lagi dengan kekehan lirih dan tangan yang mengusap lembut air mata yang mengalir dikedua pipi sang adik.

Muhasabah Cinta NadiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang