[📃]

1.1K 176 25
                                    


——————————


Kalau boleh jujur, tahun baru bagi seorang Jeno tidak lain dan tidak bukan adalah kerja keras. Pekerjaannya sebagai pramusaji pada salah satu restoran terkenal tentu membuat pria butuh duit ini lebih sibuk dibandingkan yang lain. Jika malam biasa penikmat makanan dapur mereka hanya sampai pada angka ratusan, malam tahun baru akan membuatnya jadi lima kali lipat.

Saat palang pada pintu restoran secara resmi berubah menjadi tulisan 'OPEN', Jeno seketika bereinkarnasi menjadi tokoh utama dalam film 'The Flash'. Kaki-kaki panjang yang akan bergerak cepat mengikuti keinginan pelanggan, dua tangan yang menjadi lebih sigap untuk segala urusan dari dapur sampai meja bundar istimewa, hingga sepasang mata yang meminjam kekuatan elang supaya peka terhadap keadaan sumber uangnya.

Terkadang kondisi-kondisi malam tahun baru memaksa Jeno mengeluarkan 101% dirinya. Ada banyak kejadian tidak terduga yang akan terjadi, seperti teriakan selamat ulang tahun, pernyataan cinta yang membuat riuh satu restoran, dan juga tak lupa dengan—

"GUE NGGAK MAU KITA PUTUS!"

—keributan.

Jeno menghela napas panjangnya. Ini sebenarnya juga terjadi di malam-malam lainnya, tetapi berbeda pada jumlah kapasitas jiwa yang terganggu akibatnya. Maka demi menjaga kenyamanan restoran, Jeno dengan cepat menghampiri sepasang kekasih (yang tentu sedang dalam ambang kehancuran) dan berdeham untuk mengingatkan mereka.

Namun memang pada dasarnya semua akan menjadi tuli disaat yang (tidak) tepat, pria berkulit sawo matang itu tetap memaki wanita di hadapannya dengan keras. Seakan lupa bahwa mereka adalah pusat tontonan paling menarik di restoran, sang tuan tak segan mengangkat jari telunjuknya dan menunjuk puan dengan amarah. Sampai tiba akhirnya kekesalan tidak terbendung, membuat gelas kaca terangkat, siap menerjang wajah si dara.

"Saya rasa mas cukup keterlaluan." Jeno menghalangi tangan yang terulur ke atas, tidak bersedia membiarkan kekerasan lebih lanjut terjadi.

"Who are you?" Mata asing adam tetap berkilat amarah, semakin kesal dengan Jeno yang bertindak seakan pahlawan kesiangan. "Mind your own business, the f-cking as-hole."

Ah, Jeno benci sekali.

"Mas bisa tenang sekarang? Kita sekarang jadi tontonan umum ka—" Jeno tidak lagi melanjutkan kalimatnya ketika gelas kaca yang tadi tidak menargetkan dirinya malah mengenai pipi kanannya. Gelas tersebut pecah, juga mengakibatkan goresan merah pada wajah Jeno seorang. Jeno muak.

Sudah cukup muak hingga kepalan tangannya meninju perut teruna.

"LEE JENO, TEMUI SAYA DI RUANGAN."

Dan teriakan penuh tegas itu mengakhiri malam Jeno sebagai pramusaji pada restoran bintang empat.

——————————

Jeno dipecat.

Yah, seharusnya Jeno tidak perlu terlalu kaget karena ini kali pertama dimana ia membalas pertengkaran (mantan) kostumernya. Jelas tindakan heroiknya hanya mengagumkan sampai bagian menghalang saja, setelah tinjunya ikut turun sudah tidak ada harapan lagi.

Dua kaki Jeno melangkah penuh berat untuk meninggalkan tempat penghasilannya. Masih banyak yang harus ia hasilkan, sebab utang tak pernah ragu untuk melahap ketika Jeno bersantai ria. Kini kepalanya penuh dengan pemikiran, dimana tempat yang ingin menerimanya?

Lima setapak, Jeno berhenti. Bahunya terasa ditoel oleh sesuatu, dan ternyata si pelaku adalah perempuan yang menjadi salah satu sumber kesengsaraannya malam ini. Jeno menghela napas, harusnya wajahnya masih mulus andaikata gelas itu tetap menghantam target pertamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cuento; Jeno & GiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang