0

2.9K 241 22
                                    

Halo guys! Happy new year betewe!

oke kali ini aku bawain SUKUITA dan ini terdiri dari beberapa chapter--paling mentok 7 chapter, aku barus selesai nulis sampai 5 chapter. Ini aku publish dulu satu chapter siapa tau ada yang minat XD--nanti tak lanjutin.

Daaan disini adalah AU di mana Sukuna adalah ketua geng mafia--Gojo, Megumi, Nobara dll adalah bawahannya. Dan semua karakter di sini manusia biasa--gak ada kutukan dsb.

Yaah ini tema ceritanya rada dark gitu tapi gak juga pas akhir-akhirnya.

Peringatan:

Bahasa kasar/vulgar. Pemerkosaan. Perbudakan. Penculikan. Pelecehan. Sedikit Dom/Sub. Typo.

Dan tentu saja JJK bukan punya saya.

ENJOY!

-----

(PROLOG)

Tubuh Yuuji menggigil karena suara keras di luar. Apa yang terjadi? Apakah dia harus keluar? Dia tidak bisa, kakinya masih di rantai. Kenapa Mahito tidak membuka kuncinya jika dia ingin Yuuji keluar. Mungkin memang belum waktunya, mungkin mereka masih sibuk menawar harga dan kesepakatan. Yuuji sangat menyadari fantasi sakit dan permainan mereka. Itu membuatnya jijik, tetapi Yuuji masih ingin hidup, makanya dia hanya membiarkan dan tetap melanjutkan.

Ada suara tembakan dan itu membuat Yuuji tersentak. Dia meringkuk di sudut selnya, duduk di atas besi dingin dan menekan kakinya ke dada. Yuuji menyembunyikan wajahnya di lututnya, seluruh tubuhnya menggigil saat sesuatu menggedor keras pintu ruangan. Sel besinya bergetar, dan Yuuji menahan isak tangisnya. Apa pun fantasi sakit mereka hari ini, Yuuji takut. Dia tidak pernah menyukai permainan fantasi yang berisi senjata dan mereka akan sibuk menertawakan Yuuji karena terlihat menyedihkannya dan gemetar ketakutan.

Para brengsek itu menyukainya ketika Yuuji ketakutan, walaupun Yuuji sudah berusaha untuk tidak tertelan oleh rasa takut, dia tidak bisa menahannya, rasa takut akhirnya selalu menguasainya. Lagi pula siapa yang tidak takut jika ada seseorang menekan laras pistol ke pelipis mu? Tangan Yuuji gemetar hebat saat pintu ditendang hingga terbuka, serpihan kayu beterbangan ke dalam tempat selnya. Dia merintih.

Kenjaku tidak akan menyukainya. Yuuji mengira salah seorang yang mendobrak pintu tersebut harus sangat berani saat menghadapi Kenjaku. Ada sosok di pintu, tapi Yuuji tidak tahu siapa. Bayangannya terlihat berbeda dari orang-orang yang Yuuji kenal di tempat ini, tetapi dia terlalu takut untuk melihat ke atas. Suaranya juga tidak terdengar akrab saat Yuuji mendengarnya mengutuk.

"Apa-apaan ini." Pria itu berkata, lebih ke untuk dirinya sendiri. Huh, kenapa? Yuuji menolak untuk melihat ke atas meskipun dia penasaran. Rasa keingintahuan bisa membunuhnya, dan Yuuji tidak ingin itu. Walaupun dia sering disiksa cukup parah, bahkan sampai berpikir jika kematian akan jauh lebih baik, tapi di sinilah dia.

"Eh, teman-teman?"

"Apa, Fushiguro?" suara wanita terdengar, dan Yuuji agak lega. Wanita cenderung lebih lembut dari pada pria, tapi tetap saja itu tidak mengurangi rasa sakit. Mereka masih kejam, dan Yuuji paling tahu bahkan jika tangan kecil dan feminin menyentuhnya dengan lembut mereka akan berubah menjadi tamparan menyengat, dan Yuuji hanya bisa terisak saat mereka tertawa dengan nada tinggi, hinaan.

"Um, kita punya masalah di sini." Ada lebih banyak langkah kaki terdengar di depan ruangan, dan Yuuji menebak bahwa wanita itu ada di depat pintu karena terlihat bayangan dan terdengar kutukan kecil. Yuuji beringsut lebih jauh ke pojokan berharap dia untuk tidak terlihat, mencoba menjauh.

"Aku akan memanggil Gojo."

"Ya."

Yuuji menyandarkan kepalanya di jeruji besi. Siapa mereka? Di mana Mahito? Kenjaku? Atau siapa pun yang dia kenal? Apakah ancaman Kenjaku untuk menjualnya menjadi kenyataan? Yuuji takut akan nasibnya. Meskipun dia membenci Mahito dan Kenjaku, mereka setidaknya membiarkannya hidup. Bagaimana jika pembeli barunya membunuhnya atau menyiksanya lebih dari yang dilakukan Mahito? Yuuji menggigil lagi memikirkannya.

"Apa maksudmu-oh." Suara asing lainnya. Keheningan terjadi beberapa saat, dan Yuuji melihat bayangan seorang pria tinggi berjalan menuju pintu selnya. Oh tidak, pikir Yuuji, ini dia. Di lihat dari bayangannya saja, pria itu jelas jauh lebih besar dari pada Mahito atau Kenjaku, dan Yuuji takut dengan apa yang mungkin pria besar itu lakukan padanya.

"Halo?" suaranya lembut. "Um, kamu baik-baik saja?"

Yuuji tidak menjawab. Apa yang harus dia jawab? Baik Mahito ataupun Kenjaku tidak pernah mengajarinya permainan fantasi ini. Bagaimana jika dia salah menjawab? Apakah dia akan di hukum? Di pukul? Di cambuk? Bayangan darah berputar-putar di kepala Yuuji dan dia menggigil lagi.

"Sial, kau baik-baik saja? Jangan khawatir, oke? Kami akan mengeluarkanmu dari sini." Ada gesekan dan suara sesuatu yang patah sebelum benda berat jatuh ke lantai sel, membuat suara dentang keras. Yuuji takut, matanya melebar melihat kunci pintu selnya lepas.

Dia akhirnya mendongak dan melihat pria itu. Pria itu melempar kuncinya dan membuka pintu sel. Suara decitan berasal dari engsel memenuhi ruangan, dan mata Yuuji melebar ketakutan saat dia semakin memojokkan diri ke jeruji kandang. Pria itu sepertinya memperhatikan dan mengangkat tangannya ke atas.

"Maafkan aku, aku minta maaf." Suaranya melembut. "Aku tidak akan menyakitimu." Dia berkata dan perlahan melangkah maju.

Yuuji bingung. Apa yang harus dia jawab? "Bisakah kamu berbicara?" Dia bertanya dengan suara lembut itu lagi. Yuuji memiringkan kepalanya ke samping. Kenapa pria itu berbicara dengan nada lembut, padahal orang-orang itu-Kenjaku dan Mahito tidak pernah melakukannya.

Yuuji mengangguk.

"Namaku Gojo. Dan kamu...?" Apa Yuuji harus menjawab? Yuuji menggelengkan kepalanya dan menutup matanya. "Oke, oke, kamu tidak perlu memberitahuku. Bisakah aku mendekat?" dia bertanya lagi. Ini aneh, pikir Yuuji. Mengapa pria itu meminta izin? Apakah ini bagian dari permainan fantasi? Mengapa Kenjaku dan Mahito tidak memberitahunya apa-apa? Apakah mereka sengaja melakukannya agar punya alasan untuk menghukum Yuuji?

Tapi, Yuuji mengangguk lagi.

"Terima kasih," kata Gojo sambil tersenyum kecil. Dia perlahan melangkah maju, mengambil langkah kecil dan lambat. "Bisakah kamu memegang tangan ku? Bisakah kamu berdiri?"

Berdiri? Aneh, pikir Yuuji lagi. Pria itu tidak ingin dia merangkak? Permainan fantasi macam apa yang dia mainkan di sini? Haruskah Yuuji memberi tahu dia bahwa Yuuji tidak diizinkan berdiri? Pria itu mungkin tidak tahu aturan nya.

Yuuji menggelengkan kepalanya.

"Kakimu baik-baik saja? Apakah terluka?" Gojo mengerutkan alisnya dan mata Yuuji melebar. Oh tidak, dia salah bicara. Gojo akan marah. Apakah dia akan menghukum Yuuji? Apakah dia akan menyiraminya? Yuuji harus menggigil kedingan selama satu jam ketika dia salah bicara kemarin, dan dia benar-benar tidak ingin di siksa lagi. Tanpa sadar, Yuuji menangis, dan Gojo langsung menghampirinya.

"Sst, sst, hei, tidak apa-apa. Jangan menangis, tidak apa-apa." Pria itu memiliki wangi seperti bubuk mesiu dan pohon pinus. Dia mengenakan semacam pakaian dengan warna hitam. Gojo memperhatikan rantai yang mengikat Yuuji, dan mengutuk. "Kenjaku sialan. Bagaimana dia bisa?" Yuuji mendengar Gojo menghela nafas saat pria itu menarik rantainya. Dia keluar untuk mengambil pemotong besi dan dengan mudah memotong rantai yang tebal itu.

Yuuji tidak tahu harus berbuat apa. Biasanya orang-orang membuka dengan kunci, jadi mengapa Gojo tidak memiliki kuncinya? Mengapa dia harus memotong rantainya?

Dengan sentuhan kecil Gojo di bahunya, Yuuji menjadi panik.

Dia mulai meronta-ronta, mendorong dan menampar tangan Gojo. Dadanya terengah-engah saat pikirannya dibanjiri dengan gambar dirinya diikat ke kursi dan berulang kali dipukuli. Dia menangis dan menjerit, tetapi Kenjaku tertawa ketika Mahito dan beberapa pria sibuk memukulinya. Ada darah, dan ada rasa sakit, dan itu adalah kenangan terakhir Yuuji sebelum dia pingsan.

-----

TBC.

Guys minta pendapat dong gimana menurut kalian?

Thanks~~

Kelinci Kecil (SUKUITA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang