3

168 28 4
                                    

Diruang tengah, tiga orang yang masih tersenyum bahagia, karena peningkatan toko butik sang eomma, melupakan seseorang yang sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja dikamarnya, lebih tepatnya hanya appa dan eomma, karena Joe masih memikirkan Sunwoo, dia punya perasaan yang tidak enak terhadap adiknya itu.

"Appa, eomma aku kekamar dulu." izin Joe ditengah-tengah percakapan orangtuanya.

Sang eomma menoleh, "Baiklah, jangan lupa mandi dan nanti turunlah untuk makan malam." Joe tidak menjawab dia berdiri langsung terburu-buru naik kelantai atas.

Saat membuka pintu, Joe terkejut melihat Sunwoo yang pingsan dilantai, dia buru-buru menghampirinya dan memangku kepala Sunwoo dengan tangan bergetar.

"Sunwoo-ya, bangun, jangan membuatku khawatir." Dia terus menepuk pipi Sunwoo dan memanggil namanya terus menerus berharap Sunwoo bangun.

Lantas dia berdiri dan turun lagi ke lantai bawah, melihat appa dan eommanya masih duduk disofa, dia menghampirinya, "appa, eomma, bantu Sunwoo kerumah sakit dia pingsan dikamar."

"Ck, menyusahkan." Appanya berdiri dari duduknya, dan berjalan menuju lantai atas. Meskipun kedua orangtuanya membenci anak bungsunya itu, mereka tetap membiayai pengobatan Sunwoo dan menyekolahkannya.

"Anak itu." Eomma berdiri menyusul sang suami dari belakang, diikuti oleh Joe.

Setelah sampai didepan kamar sikembar, sang appa membuka pintu dan menghampiri anaknya yang pingsan dilantai, lantas menggendongnya dari belakang. Mereka turun kebawah dengan sedikit berlari menuju mobil yang berada di garasi, setelah semuanya masuk ke dalam mobil. Joe selalu menggenggam tangan Sunwoo dengan erat, sembari berdoa agar adik kembarnya tidak kenapa-napa.

Setelah sampai dirumah sakit, Sunwoo ditidurkan dibrankar dan segera menuju ruang IGD, Joe sedikit berlari menyusulnya, sedangkan orang tua mereka berjalan santai dibelakang.

Saat Sunwoo sudah masuk kedalam ruang IGD, Joe duduk di kursi yang disediakan, lalu menunduk sambil menyatukan tangan untuk merapalkan doa agar adiknya baik-baik saja. Dia sangat khawatir, karena sudah lama adiknya tidak pingsan seperti ini.

Kedua orangtuanya berjalan menghampiri Joe dan duduk disampingnya, "kapan anak itu tidak menyusahkan kita." Appa berkata sambil menatap pintu ruang IGD dengan datar.

"Dia akan terus menyusahkan." Eomma mengatakan itu sambil mengusap punggung Joe yang menunduk. Dan Joe yang mendengar perkataan orangtuanya hanya diam dan merasa sakit hati dengan omongan itu meskipun tidak ditujukan kepadanya, kenapa mereka begitu tega terhadap adik kembarnya, Joe ingin sekali menggantikan posisi Sunwoo.

Cukup lama, dokter pun keluar dari ruangan IGD dan menghampiri keluarga pasiennya. Joe yang melihat dokter yang sudah keluar, segera berdiri meminta penjelasan tentang kondisi adiknya.

"Anak anda mengalami stress yang berat, terlebih anak anda memiliki riwayat penyakit kanker otak yang sudah berada di stadium 3 dan tentu saja akan memicu dan memparah kondisinya. Anak anda perlu kemoterapi setidaknya untuk mencegah penyebaran sel kanker, sebelumnya izin terlebih dahulu apakah dia mau menjalankan kemoterapi. Saya pamit, dia akan segera dipindahkan keruang rawat." Setelah dokter pergi dari hadapan mereka, keheningan yang tercipta, Joe terdiam, dia tidak tau harus merespon apa, terlalu kaget bahkan tidak mampu berkata-kata. Orangtuanya? Sama seperti Joe, hanya diam tidak bereaksi apa-apa.

Sunwoo sudah dipindahkan keruang rawat, ada Joe yang menemaninya dengan kepala yang tertunduk sembari menggenggam tangan Sunwoo tanpa mengatakan apapun, orangtuanya pulang, sebenarnya Joe diajak pulang, tetapi dia menolak dengan keras, mana mau dia meninggalkan adik kembarnya dengan keadaan yang seperti ini.

Pergerakan tangan terasa ditangan Joe, dia langsung mendongakkan kepalanya dan menatap Sunwoo yang sudah membuka matanya, "Sunwoo-ya." Dan Sunwoo hanya tersenyum lalu melihat sekeliling, padahal dia berharap orangtuanya ada disana menunggunya, namun tidak ada, sepertinya dia terlalu berharap.

"Sunwoo, ada yang sakit? Ingin ku panggilkan dokter?"

Sunwoo menatap Joe dan menggeleng, "tidak."

"Aku sangat khawatir, kau membuatku takut." Ucapan Joe membuat Sunwoo merasa bersalah.

"Maaf, aku selalu membuatmu khawatir." Kepala Sunwoo menunduk.

"Sttt, aku ingin bercerita." Joe mengubah topik dari percakapan yang sensitif itu, dan Joe mulai bercerita banyak hal.

Cukup lama Joe bercerita dan sekarang Sunwoo sudah terlelap, mungkin mendengar cerita Joe yang panjang lebar seperti mendongeng itu membuatnya mengantuk.

Joe tersenyum, lalu mengusak rambut adiknya. Dia berjalan menuju sofa, dan menidurkan badannya sambil memejamkan mata, sepertinya Joe juga tampak kelelahan.



23.46

Sunwoo terbangun karena merasakan perutnya sakit seperti dililit, dia ingin muntah. Dia buru-buru turun dari tempat tidur, dan mendorong tiang infus menuju toilet. Dia memuntahkan cairan bening lumayan banyak, dan sekarang kepalanya mendadak pusing. Dia berjongkok dan memegang kepalanya yang seperti ditusuk ratusan jarum.

Joe terbangun karena mendengar suara yang cukup keras, dia tidak melihat Sunwoo ditempat tidurnya, melihat pintu kamar mandi yang terbuka, dia berjalan dan melihat Sunwoo yang berjongkok sambil memegang kepalanya.

"Sunwoo-ya, kau kenapa?" Dia ikut berjongkok memegang pundak adiknya.

Sunwoo hanya menggeleng.

Lantas Joe segera membopong Sunwoo untuk kembali ketempat tidurnya, dan membaringkannya, "aku panggilkan dokter ya?"

"Jangan, tadi hanya sedikit pusing, sekarang sudah tidak apa-apa. Aku ingin tidur." Sunwoo membenarkan selimut dan memejamkan mata.

Joe yang melihat itu menghela nafas panjang, dia kembali ke sofa dan menidurkan badannya untuk tidur kembali.








































Part ini aku buat pendek, happy reading, and sorry if it doesn't fit.

Treat it differently || Sunwoo Twins (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang