1/1

1.9K 189 134
                                    


Jani adalah kakak tiri Joanna, dia tiga tahun lebih tua dari adiknya dan tentu saja lebih unggul dalam banyak hal darinya. Kepintaran, kebaikan, tinggi badan hingga kecantikan. Tidak heran jika dia sering mendapat tawaran menjadi bintang iklan meskipun profesinya adalah seorang pengajar.

Iya, Jani seorang dosen muda di Unijaya, universitas swasta milik Wijaya, ayahnya. Universitas yang bekerjasama dengan beberapa orang ternama seperti Sandi Iskandar. Salah satu professor di universitas negeri ternama dan sekaligus ayah dari salah satu teman baik Jani juga.

"Anak-anak sudah datang, Ma?"

Tanya Jani pada Liana yang sedang mengukus dimsum dalam wadah berukuran besar. Karena dia memang hobi memasak. Apalagi jika teman-teman Jani datang, sudah pasti dia akan membuat banyak makanan seperti sekarang.

"Baru Jeffrey dan Jonathan, Clara dan Nirina belum datang."

Jani mengangguk singkat, lalu membawa dua toples nastar bersamanya. Kemudian berjalan menuju ruang keluarga tempat dirinya biasa berkumpul bersama mereka. Teman-temannya ketika masih sekolah dasar. Mereka memang memiliki usia yang berbeda, namun bisa berteman baik karena orang tua mereka bersahabat hingga sekarang.

"Gila! Tahun baru sih tahun baru! Tapi tidak perlu 'lah norak begitu!"

Pekik Clara yang baru saja datang dan langsung duduk di atas sofa. Di tengah-tengah Jeffrey dan Jonathan yang kini sedang menatap fokus televisi di depan. Karena mereka masih memilih film apa yang akan mereka tonton sekarang.

"Ada apa memang?"

Tanya Jani sembari meletakkan nastar di atas meja yang kemudian disambar oleh Jeffrey dan Clara. Karena keduanya memang pecandu nastar buatan Liana. Iya, hanya mereka berdua yang habiskan. Jonathan, Jani dan Nirina, mereka pasti hanya kebagian satu atau dua biji saja.

"Biasa, di depan macet. Banyak pengendara motor yang blayer-blayer."

Jelas Nirina sembari duduk di bawah sofa. Lesehan di atas karpet motif macan. Dengan tangan kanan yang sudah diangkat. Karena ingin mengambil nastar dari Jeffrey dan Clara.

BRUK...

Tidak lama kemudian terdengar suara debuman kencang di luar. Membuat mereka berhenti berbicara, namun masih membeku di tempat. Hingga Jani keluar ruangan dan melihat akan apa yang sedang terjadi di luar.

"MASUK! MAMA BILANG MASUK! INI TAHUN BARU! ORANG LAIN SENGAJA JAUH-JAUH PULANG KAMPUNG DEMI MERAYAKAN TAHUN BARU DI RUMAH! DENGAN KELUARGA! TAPI KAMU JUSTRU MAU KABUR SEKARANG!"

Liana menjewer telinga Joanna yang baru saja jatuh dari motornya. Motor hitam berbodi besar yang biasa dia gunakan untuk balapan. Motor yang diberikan Wijaya sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke sembilan belas.

"MASUK! GANTI BAJU DAN IKUT BERKUMPUL DENGAN TEMAN-TEMAN KAKAKMU!"

Jani hanya terkekeh pelan ketika melihat Joanna yang kini sudah merenggut kesal ketika dibawa Liana memasuki rumah. Karena Joanna benar-benar sudah siap untuk bersenang-senang dengan teman-temannya di luar. Memakai sepatu boots hitam setinggi 10 cm, celana dan jaket kulit berwarna hitam legam, sama seperti rambut panjang yang kini sudah dikuncir sedang.

"Mau keluar lagi dia?"

Tanya Jeffrey yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang Jani, ikut menatap Joanna yang sedang dimarahi. Dengan satu telinga yang sedang dijewer Liana kencang sekali. Membuat anak itu hanya bisa meringis sakit dan mengikuti si ibu yang kini sudah membawanya menuju rumah kembali. Melewati Jeffrey dan Jani yang kini sudah menatapnya saat ini.

"Anak nakal!"

Seru Jani sembari menepuk pantat Joanna kencang sekali. Karena dia dan Joanna memang terpaut tiga tahun. Cukup dekat dan cukup jauh. Itu sebabnya mereka tidak terlalu dekat dan hanya berinteraksi jika perlu. Hanya ketika Joanna kehabisan paket data dan ingin check out barang tapi tidak punya uang. Karena dia memang baru saja lulus kuliah dan belum kerja meskipun usianya sudah menginjak dua puluh tiga.

SORRY, BUT I'M NOT JANI! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang