11/11

729 154 238
                                    


5. 10 PM

Joanna sedang duduk di gazebo taman. Bersama Jeffrey yang kini sedang memainkan ponselnya. Tidak sedang mengurusi pekerjaan. Namun sedang membuat caption untuk status WhatsApp yang diisi dengan fotonya. Karena pria itu juga sama seperti Joanna. Sama-sama sedang jatuh cinta dan tergila-gila dengan pasangan.

Jangankan tidak bertemu sehari, ditinggal Joanna buang air kecil saja Jeffrey mencari. Sangking tidak inginnya dijauhkan barang sedetik. Mengingat selama dua tahun ini Joanna juga kerja bersama Jeffrey. Menjadi asisenten dosen Jeffrey, sekaligus merangkap menjadi asisten pribadi. Mengingat segala kebutuhan Jeffrey pasti selalu Joanna yang penuhi.

Soal Jani, tentu saja sudah ada lebih banyak orang lagi yang menemani. Clara, Nirina, Liana dan Wijaya. Ditambah, salah mahasiswa S2 bernama Tiana yang kini selalu datang ke rumah untuk menjadi asistennya. Menggantikan Joanna.

Sebenernya, hal itu pula yang membuat Liana kurang suka pada Jeffrey karena telah merebut Joanna dari Jani. Mengingat sejak awal, Joanna yang seharusnya menjadi asisten Jani.

Jani baru saja melihat status WhatsApp Jeffrey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jani baru saja melihat status WhatsApp Jeffrey. Hatinya terasa terbakar sekali. Sebab, tidak terima karena telah dibuat menderita selama dua tahun ini. Dibuat lumpuh dan kesepian setiap hari. Ditambah, harus menahan cemburu karena Jeffrey terus memuja Joanna yang menurutnya tidak lebih baik dari dirinya sendiri.

Bagi Jani, Joanna hanya adik tiri yang manis. Namun tidak baik. Bahkan, jauh dari kata baik. Karena dia selalu membangkang dan pemalas sekali. Tidak bodoh, karena Jani tahu jika Joanna cukup cerdas namun kurang motivasi sehingga lulus terlambat kemarin.

"Mama..."

Panggil Jani pada Liana yang sedang menyiapkan makan malam. Karena saat ini dia sedang duduk pada kursi roda di ruang makan. Tentu saja dibantu Wijaya, karena kamarnya ada di lantai dua.

"Iya, Sayang? Perlu apa?"

Tanya Liana sembari mencuci tangan, lalu berjalan cepat menuju Jani yang baru saja meletakkan ponsel di atas meja makan.

"Soal yang tadi. Mama susah membicarakan hal tadi pada Papa?"

"Sudah, Papa juga sudah meminta sekretarisnya untuk membuat rincian biaya yang harus Jeffrey---"

"Ma, aku tidak mau uang. Kalau hanya uang, Papa juga ada."

"Lalu, kamu mau apa? Dinikahi Jeffrey dan memisahkan dia dengan adikmu sendiri?"

Tanya Wijaya tiba-tiba, dia baru saja datang dari tangga. Wajahnya tampak marah. Karena dia memang berusaha bersikap netral di rumah. Mengingat dia begitu mencintai Liana berikut anaknya. Jika Jani berulah dan merugikan Joanna, tentu dia tidak boleh diam saja, kan?

"Jani, Papa kecewa padamu kalau sampai kamu berpikir seperti itu. Keadaanmu sekarang, itu murni kecelakaan. Pengendara mobil sedan itu yang bersalah. Karena menabrak mobil Jeffrey yang sedang terparkir di depan Universitas. Ditambah, kamu tidak memakai sabuk pengaman dan---"

SORRY, BUT I'M NOT JANI! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang