13/13

893 167 145
                                    

Satu minggu kemudian.

Setelah sekitar satu minggu tidak mendapat kabar dari Joanna, rumah Jeffrey tiba-tiba saja kedatangan Jani sekeluarga. Pada senin pagi, ketika semua orang sedang melangsungkan makan pagi.

"Langsung saja, aku tidak ingin basa-basi. Jani lumpuh seumur hidup dan Jeffrey harus bertanggungjawab penuh. Dengan cara menikahinya, tidak perlu dukungan finansial apapun. Karena aku masih bisa---"

"Oh, jadi karena ini Joanna pergi? Wijaya, aku tidak percaya kalau kau selicik ini. Demi Jani kamu sampai mengorbankan integritasmu sendiri! Joanna anak tirimu! Dia juga pacar anakku! Bisa-bisanya kau tega berkata seperti itu!"

Pekik Sandi sembari berdiri, dia tampak kecewa dengan sahabatnya ini. Sahabat yang sering dipuji karena sangat baik dan dermawan sekali. Karena masih menyumbangkan 20% gaji pada yayasan anak yatim. Sama seperti dirinya dan teman-temannya yang lain.

"Liana, aku yakin Joanna sudah tidak lagi pulang setelah kau memintanya berpisah dengan Jeffrey. Kamu adalah ibu paling buruk sedunia! Joanna anakmu! Anak kandungmu! Bisa-bisanya kau tega menghancurkan hatinya seperti itu! Aku tidak setuju! Sampai matipun aku tidak akan setuju Jeffrey kau jadikan kambing hitam untuk menikahi anak tirimu! Toh, secara hukum Jeffrey tidak bersalah apapun! Jani yang memaksa naik mobil karena rebutan kursi depan dengan Joanna. Ditambah, dia tidak memakai sabuk pengaman dan membuat tubuhnya ikut terguling berulang kali. Itu salahnya sendiri! Adaikan dia tidak serakah, dia pasti tidak akan seperti ini!"

Pekik Jessica menggebu, dia juga sudah berdiri dari kursi. Berkacak pinggang dan menunjuk wajah Liana dan Jani. Sebab, dia tidak habis pikir dengan pola pikir keluarga ini yang seperti tengah didoktrin saat ini.

Padahal, Jessica dan Sandi tahu jika Wijaya adalah orang yang pintar dan bijaksana. Tidak mungkin dia bertindak seperti ini jika tidak ada pemicunya.

Liana? Jelas tidak. Karena tidak mungkin ada ibu kandung yang secara sadar rela menyakiti putrinya. Satu-satunya pelaku utama adalah Jani tentu saja. Mengingat selemah apa kondisinya sekarang. Ditambah, dia cukup membanggakan Wijaya sejak kecil hingga dewasa. Tidak heran jika permintaan gilanya dituruti sekarang.

"Om, Tante---aku lumpuh. Tidak akan ada laki-laki yang mau denganku. Untuk itu aku mau Jeffrey yang menikahiku. Soal Joanna, aku yakin dia bisa menemukan laki-laki lain dengan mudah. Dia cantik, sehat dan tidak cacat. Aku tidak ingin berbicara soal hukum di sini. Aku hanya ingin meminta belas kasihan kalian di sini. Aku---"

"Baik, aku akan menikahimu! Tapi pastikan Joanna sudah menikah terlebih dahulu dan kita semua hadir di acara itu!"

Jeffrey langsung bangun dari duduknya. Berdiri tegak setelah berpegangan pada ujung meja. Kemudian berjalan pelan menaiki tangga. Karena dia muak melihat wajah Jani dan kedua orang tuanya.

Iya, pertemanan Jani dan Jeffrey tidak sedalam yang kalian kira. Karena Jeffrey mau bertahan hingga sekarang karena ada Joanna. Karena dia ingin mendekati Joanna yang sejak pertama kali berjumpa telah disuka meskipun dia tahu Jani dan kedua teman perempuannya sudah setoxic apa. Sebab mereka hanya membicarakan tentang image baik dan uang saja. Tidak ada ketulusan di dalamnya.

Jani dan kedua orang tuanya diusir dengan tidak terhormat oleh Sandi dan Jessica. Sebab merasa kasihan pada Joanna yang sudah dianggap sebagai anak. Bayangkan saja, selama dua tahun Joanna menemani Jeffrey. Selalu menemani terapi dan memberinya semangat setiap hari. Serta, mampu berubah Jeffrey yang dulu pendiam menjadi suka bercanda seperti kemarin-kemarin.

Di dalam mobil, Liana berdiam diri cukup lama. Dia memikirkan Joanna yang selama satu minggu tidak pulang. Serta, tidak juga memberi kabar. Membuat makannya tidak enak dan tidurnya tidak nyeyak setiap malam.

SORRY, BUT I'M NOT JANI! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang