[01] Interpretasi

80 13 3
                                    

Happy reading

.

.

.

~•○●○•~

Disclimer : onframe

Di dunia ini tak ada yang namanya kebetulan. Hanya takdir.

.

.

.


"Tim forensik curiga ini pembunuhan terencana alih-alih kasus bunuh diri. Anda hanya tinggal mengubah status kasusnya dan lakukan penyelidikan ulang."

"Forensik menemukan tanda tanda kekerasan?"

"Tidak juga"

"Jadi ini hanya sebuah dugaan?"

"Aku menemukan sesuatu yang ganjil-"

"Kau membuang waktu kami, nona."

"Dan anda tidak memberikanku kesempatan untuk bicara, tuan Inspektur. Haruskah aku menuntutmu?" Luanè mendesis.

Sorot mata keduanya tajam. Tidak ingin mengalah.

Dalam hati Inspektur Hanse mengumpat, jam bertugasnya sudah habis lima belas menit yang lalu, dan gadis ini adalah kucing liar menghalangi jalan pulangnya.

"Dengar, minggu ini kami sangat sibuk, dan ada kasus kekerasan senjata yang harus kami tangani. Jika semua kasus didasarkan pada sebuah dugaan, maka dua puluh empat jam saja tidak akan cukup. Sekarang pulanglah dan kerjakan laporanmu! kau sudah banyak mengganggu."

Dan sepertinya kata 'mengganggu' menyakiti harga dirinya lebih dari yang ia sadari. "Kau seorang polisi, dan masih begitu oportunis? kau tidak malu? Ini sama saja menjatuhkan bom di negaramu sendiri."

Dan Hanse memejamkan mata, meresapi setiap hinaan yang dilontarkan gadis setengah dewasa di depannya. Wajahnya sudah membiru menahan amarah saat matanya kembali terbuka, "Dengar amatiran! tugas mu disini bukan berkomentar. Kau datang bersama tim forensik untuk autopsi, bukan? Dan kau sudah melakukannya... sekarang, aku akan menghubungi Komisaris Hatton dan dia akan mengantarmu pulang-"

"Bisakah kalian berhenti berdebat?"

Berat. Otoriter. Namun terselip nada jenaka disana.

"Sheriff?"

Pria yang dipanggil sheriff menoleh, mengangguk tanpa minat. Kemudian alisnya terangkat saat matanya mengamati -yang ia duga sebagai- si memicu keributan, ada riak cemooh dalam iris gelapnya. Membawa kedua tangannya ke dalam saku samping lalu melangkah mendekat.

Sadar jika pria ini terhormat, Luanè tidak mau menjebak mereka dalam keheningan. Ia memasang postur tegak.

"Ah- Luanè Grace, aku datang bersama tim forensik. Ada lubang pada laporan kasusmu, Sheriff. Tapi anak buahmu ini sepertinya ingin cepat-cepat pulang-"

"Kau!!"

Pria yang baru datang mengangkat tangan, mengisyaratkan Hanse untuk tidak melanjutkan dan menyuruhnya pergi.

"French?"

"Apa-oh. Iya benar, bagaimana anda tahu?" ucapnya kikuk.

Bahu diangkat, "Sesama warga asing. Kuharap kau lebih observatif lagi, Miss."

ANOMALI || (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang