03. Good bye, our last piece.

40 9 3
                                    

"Beomgyu? Udah siap belum? Itu ditunggu temen kamu diluar nak, buruan sana," teriak Bunda dari bawah.

"Iya Bundaaa, sebentar lagi ini," jawab Beomgyu.

"Le, bantuin gue dong," ucap Beomgyu ke Chenle.

"Bantu apaan?" Chenle langsung menghampiri Beomgyu yang sibuk mengurus kopernya.

"Ini, sletingin koper gue terus bawa ke mobil Felix dong," suruh Beomgyu. Chenle hanya mengangguk iya.

Saat Chenle sedang mengurus koper Beomgyu, ia melihat benda asing di koper itu.

"Obat apaan dah ini, Gyu? Lo sakit?" Tanya Chenle ke Beomgyu.

Beomgyu langsung memasukan obat yang dipegang Chenle ke dalam koper lagi. Beomgyu terlihat sedikit panik, namun ia bisa mengatasinya.

"Kagak, cuma obat buat kalo misalnya masuk angin, atau mabok doang. Namanya juga mau pergi jauh Le," Sambung Beomgyu, "Udah ah, cepetan turunin koper gue!"

Chenle tidak ambil pusing, ia menuruti perintah Beomgyu, membawa koper Beomgyu ke bagasi mobil Felix.

Namun saat Chenle pikir-pikir lagi, kenapa obatnya kayak obat dari rumah sakit? Lalu kenapa ada tulisan 'Choi Beomgyu' dibungkus obat itu? Dan jumlahnya bisa terbilang cukup banyak. Bukankah biasanya obat-obatan yang dibawa jika bepergian hanya obat t*lak angin dan sebagainya? Ah.. sudahlah, Chenle tidak ingin ambil pusing.

Kini mereka sedang berada di bandara, penerbangan menuju Australia dimulai sebentar lagi.

Rasa senang karena beberapa saat lagi ia akan menginjak negara impiannya itu dipadu dengan rasa sedih karena akan berpisah dengan orang-orang tersayangnya, itu yang Beomgyu rasakan saat ini.

"Penerbangan dimulai 2 jam lagi..." Batin Beomgyu. Ia berbalik, terlihat jelas kedua orangtuanya, dan para sahabat-sahabatnya. Melihat itu membuat Beomgyu sedih.

Tak lama, Chenle mulai menghampiri Beomgyu, "Berapa lama lagi? Delay gak?"

"Gak delay sih, 2 jam lagi pesawat udah mau terbang,"

"Oh, gitu..."

Beomgyu mengangguk.

"Gyu," spontan Chenle memanggil Beomgyu, yang dipanggil langsung mendongakkan kepalanya sebagai tanda tanya.

"First of all, gue mau minta maaf karena selama ini gue ngajak ribut mulu sama lo. Gue selalu bikin lo kesel, marah, pengen nabok. Gue sadar, kok. Tapi selama 3 tahun kita temenan, gue tuh ngerasa bangga banget sama lo, Gyu! Sampe akhirnya sekarang, your dream come true. Australia, Gyu! Melbourne! Gue bangga banget sumpah bisa nemenin lo sampe sejauh ini. Gue cuma minta supaya kalo suatu saat lo udah sukses, jangan lupain gue. Thank you for being my best of the best, friend, Beomgyu," ucap Chenle panjang lebar tanpa membuang napas sedikitpun.

Chenle benar-benar tulus mengucapkan kalimat itu, kalimat indah sekaligus menenangkan yang tak pernah Beomgyu dengar dari Chenle sebelumnya.

Beomgyu yang mendengarnya langsung tertawa, jarang-jarang ia melihat Chenle seperti ini.

"Anjir, tumben banget lo Le? Kesambet apaan? Jurig gunung kidul? Ngomong-ngomong, thanks ya! Duh, gue jadi bingung mau respon gimana, soalnya udah biasa liat kelakuan lo yang kayak reog sih," balas Beomgyu.

We meet in Melbourne; Taegyu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang