Rintik-rintik hujan membasahi ibu kota negara bagian Victoria itu. Tidak deras, namun cukup membuat Beomgyu basah kuyup.
Langit mulai menunjukkan lunar-nya. Lampu kota mulai dinyalakan, orang-orang mulai berteduh, berusaha menghindar dari rintikan hujan sang semesta.
Beomgyu menapakkan kakinya, ia ikut berteduh di ruko yang sepertinya sudah kosong. Ia melihat jam-nya. Sial! Sudah jam 7 malam.
Beomgyu menatap kosong ke arah jalanan yang dibasahi oleh air hujan, mereka bilang, Beomgyu akan dijemput untuk diantarkan ke asrama dengan segera.
Baiklah, Beomgyu akan bersabar.
Namun Beomgyu lapar, ia melihat toko roti di seberang tempat ia berteduh. Beomgyu langsung mengeluarkan payung hitamnya.
Saat ia sedang mencoba untuk membuka payungnya, tiba-tiba ada seseorang yang menyenggolnya.
Pria itu terlihat sepantaran dengannya, atau mungkin... 1 tahun lebih muda dari dirinya? Entahlah, dia terlihat lebih muda dari Beomgyu."I'm sorry." Ucap pria itu tanpa memalingkan wajahnya ke Beomgyu, ia terlihat buru-buru.
Dengan mantel hitamnya, tiba-tiba saja pria itu menjatuhkan dompetnya.
Belum sempat Beomgyu panggil, pria itu sudah masuk ke dalam mobilnya. Ia tidak sadar bahwa ia baru saja menjatuhkan dompetnya.
Beomgyu langsung mengambil dompet itu, dengan niatan untuk diamankan ke kantor polisi terdekat.
Dompet itu berwarna coklat kehitaman, sepertinya bahannya kulit. Entahlah. Beomgyu langsung memasukkan dompet itu ke dalam tasnya dan melanjutkan misinya; Membeli roti di toko roti seberang.
———
Kini Beomgyu sudah sampai di tujuan, ia langsung mengambil kopernya satu persatu. Total koper yang Beomgyu bawa adalah 3. Namun itu masih dalam batas wajar, apalagi setelah tahu ia akan menetap di negara ini hingga ia lulus.
Beomgyu memasuki asramanya, ternyata dalam satu kamar harus diisi 3 orang. Dan Beomgyu tidak tahu roommatesnya siapa dan ia sendiri pun tidak peduli.
"Welcome! Selamat datang! Kamu Beomgyu yang dapet beasiswa itu, ya?" Sambut seorang wanita paruh baya yang entah sejak kapan ia berada di situ.
"Iya, Kak."
"Tutututut! Jangan panggil saya Kak. Panggil saya The Most Beautiful, Madame Laurene!" Wanita berambut coklat itu menyambut Beomgyu dengan hangat, dihiasi dengan senyumannya yang manis. Beomgyu tertawa kecil dibuatnya.
"Mhm... I think it's too much... Okay! Saya Madame Laurene, yang ngurus asrama ini. Saya pernah tinggal di Indonesia, so I can understand Bahasa well. Oh iya, kamar kamu di sana ya!" Laurene menunjuk ke arah salah satu kamar.
"Oh, oke! Thanks for the information, Madame. Hope we can get along well," Beomgyu membalas masih sambil memegang kopernya.
"Siaaap! Be friendly with each other okay,"
"Santai, ke kamar dulu ya Madame!" Jawab Beomgyu, dibalas dengan anggukan Laurene.
———
Beomgyu masuk ke kamar yang ditunjuk Laurene. Ekspektasi Beomgyu kamarnya kecil, namun ternyata tidak sekecil yang Beomgyu kira.
Terdapat kasur tingkat 2 dan satu kasur biasa. Beomgyu memutuskan untuk memakai kasur tingkat yang bawah.
Di kamar itu hanya ada 1 meja belajar, karena katanya anak-anak asrama lebih suka belajar di perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
We meet in Melbourne; Taegyu.
FanfictionIni tentang Beomgyu yang dapat roommates sama saingannya sendiri. Choi Beomgyu dinyatakan lulus dan mendapatkan beasiswa kuliah ke University of Melbourne. Awalnya senang sih... Eh tapi gimana kalau semisalnya kamu dapat roommates yang ternyata di...