Dear, Aku yang Ada di Masa Kecil

21 2 0
                                    

Pemalang, 3 Januari 2022


Dear, diriku

Apa kabar? Ini surat kedua yang aku tuliskan untukmu. Setelah melewati berbagai hal yang ada di surat sebelumnya, kamu berpindah ke Klaten lagi untuk bersekolah TK. Kamu dan ibumu berada di sana kecuali ayahmu, dia ada di Pemalang karena kontraknya sudah habis di Bogor. Sama seperti yang aku katakan, Pemalang adalah penghalang untukmu dan ayahmu, tapi mungkin rasa sayang ayahmu tidak akan pernah terhalang karena rasa itu sesuatu yang tidak bisa dilihat secara fisik dan ia bersifat bebas dan universal.

Kamu disekolahkan di salah satu TK yang ada di desa Kunden, namanya TK Aisyah. Aku tahu, kamu merasa aneh dan agak sulit bersosialisasi dengan bahasa yang ada di sana. Hari pertama sepertinya berjalan dengan lancar, waktu itu ibumu masih menunggumu di mushola depan sekolah bersama ibu-ibu yang lain. Kalian pulang menaiki sepeda. Sesampainya di rumah, ibumu memutuskan untuk bekerja menjahit baju pengantin. Kamu ikut untuk mengambilnya, ya pekerjaan yang itu bisa dibawa pulang ke rumah dan setelah selesai baru diserahkan untuk mendapatkan uang. Aku tidak tahu kenapa ibu ikut bekerja, mungkin karena tuntutan dan penghasilan ayah di Pemalang tidak seberapa. Kadang-kadang kamu juga ikut menjahit di bagian-bagian yang mudah. Lalu setelah selesai atau bosan kamu akan meninggalkannya dan bermain di halaman rumah.

Rumah kakekmu memiliki halaman depan yang cukup luas, mungkin bisa diisi satu mobil. Di sana banyak ditanami bunga-bunga kertas, pohon rambutan, pohon pepaya dan lainnya. Seringkali banyak kupu-kupu yang mampir untuk menghisap nektar yang ada di bunga itu dan kamu selalu menangkapnya. Sungguh kamu terlihat amat bahagia hanya karena kupu-kupu. Hingga pada suatu hari, sebulan sudah kamu bersekolah di TK, ibumu menyuruh untuk pergi ke sekolah sendiri. Memang tidak terlalu sulit karena jarak dari TK ke rumah kakekmu tidak terlalu jauh. Tentu saja hari itu kamu bersemangat, menggunakan sepatu warna pink yang sangat kamu sukai waktu itu kamu mulai berjalan. Banyak orang yang menyapamu dan rata-rata mereka bilang kamu pintar karena berangkat ke sekolah sendiri.

Pelajaran di sekolah berjalan seperti biasa, lalu kamu pulang ke rumah. Di tengah jalan ada seekor anjing yang menghalangimu. Kamu menangis tidak berani mengambil langkah lagi. Hingga akhirnya seorang anak laki-laki muncul, dia memakai seragam merah-putih. Dia menanyakan keadaanmu, lalu kamu menceritakannya. Dia bilang kalau dia punya jalan lain, lalu kamu diajaknya untuk melewati jalan itu. Dia tidak berbohong, dia membawamu sampai ke rumah. Setelah sampai kamu mengucapkan terimakasih padanya.

Setelahnya kamu lebih sering bertemu dengannya, dia ternyata 3 tahun lebih tua darimu. Setiap kali sekolahnya istirahat, dia menyempatkan untuk datang ke TK hanya untuk sekedar melihatmu dari jendela. Saat pulang sekolah pun dia selalu menemanimu. Lucu bukan, kenangan bahagia yang ini juga selalu terputar di hati kecilku. Sampai suatu hari kamu dan dia bermain di bawah bunga matahari, dia memberikanmu cincin bermotif not balok kunci G dan saat itu kamu tahu, namanya Guntur. Sungguh, sepertinya kamu mendapatkan pukulan cinta masa kecil. Menggemaskan bila diingat.

Kenangan-kenangan ini akan selalu hidup di dalammu. Kamu tidak akan bisa menghapusnya. Jika suatu saat kamu menghadapi kesulitan dan penghalang di jalanmu, kamu harus ambil jalan yang lain. Jalan lain yang sama-sama menuju ke arah yang kamu tuju.

Sekali lagi, aku menyayangimu, sangat. Sekian dari surat ke dua ini, mungkin lebih singkat dari pada yang kemarin, semoga kamu memahami pengajarannya.

Salam hangat,

Lia

The Letter To MyselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang