perfect family

812 60 3
                                    

Seorang pemuda mengadahkan wajahnya menatap langit, matanya berpendar mengelilingi cakrawala berwarna jingga penanda malam akan menyambut.

Hujan gerimis membasahi jalan kota Bangkok, lalu lalang orang berdesakan untuk menghindari tiap tetesan air hujan berlindung pada tas kecil yang tidak membuahkan apa-apa namun setidaknya mereka memiliki alternatif perlindungan daripada hanya pasrah diguyur hujan.

Berteduh pada halte yang lama tak terpakai dengan dudukan besi berkarat tak masalah buatnya, yang ia tahu menikmati gerimis senja di ruang terbuka dengan sebotol air mineral tidaklah seburuk yang ia bayangkan.

Hanya ia sendiri..

Siapa yang mau berteduh di tempat kotor berbau besi selain dirinya, stt.. dia melakukan ini bukan tanpa sebab kok.

Hanya ketenangan yang ia butuhkan, sebuah fasilitas umum hanya dia yang bisa menggunakannya.

Hingga sebuah Mustang biru menepi tak jauh dari tempat duduknya. Seorang pria tampan keluar dengan gagahnya. Berhiaskan cahaya putih tipis tipis mengelilingi dirinya saking menawan rupanya.

Payung hitam melindungi dirinya dari tusukan air hujan yang mulai menderas. Satu tangannya masuk ke dalam saku celana dan satunya lagi memegang gagang payung.

Melewati sebuah cafe kecil berisikan gadis gadis yang baru saja pulang sekolah dan berteduh disana memekik kaget selayaknya tak pernah melihat orang tampan sepertinya.

"Lain kali cari tempat yang lebih manusiawi" dengus si tampan yang bernama Ohm pawat, seseorang yang di ajak bicara hanya tersenyum manis hingga sebuah cekungan di pipinya terlihat.

Kalau begini lemah sudah hati Ohm, hanya diberi senyuman dirinya sudah mengelepak layaknya ikan tanpa air bagaimana jika ia diberikan hal lain oleh pemuda manis ini.

"Hujannya tadi ketika aku berada di depan sini, tidak mungkin kan aku berlari ke seberang hanya untuk berteduh"

Si tampan mendengus "alasan"

"Heii.. aku bukan peramal cuaca tau, jadinya turun hujan atau tidak bukan aku yang menentukan!"

"Setiap harinya selalu alasan itu yang kau pakai, bagaimana aku bisa percaya"

Pria satunya yang lebih berparas manis kecantikan bernama Nanon memukul lengan pria dihadapannya main-main.

"Khap khap.. ayo kita pulang, aku sudah kedinginan dari tadi" memilih memutuskan perdebatan sore mereka, nanon memilih untuk merangkul lengan kiri Ohm lalu menyandarkan kepalanya di sana.

Ohm menghela nafas, ia mencium pucuk kepala Nanon yang beraroma lavender menyegarkan. Kemudian mereka melangkah meninggalkan tempat kumuh yang sayangnya menjadi saksi bisu mereka bertemu di masa lalu.

Seperti drama picisan, berjalan di bawah hujan dengan pemain pria memayungi tubuh mereka berdua dan pemeran wanita bersandar manis di bahunya.

Meninggalkan kilasan kisah masa lampau yang penuh dengan bunga bunga.

Tatapan iri tak dipungkiri dari berbagai mata, beberapa pria maupun wanita submisiv menjerit iri. Tentang betapa manisnya perlakuan seseorang tersohor di tanah Bangkok memperlakukan Nanon Korapat yang notabenenya hanya seorang rakyat biasa.

Namun banyak dari mereka yang tersenyum melihatnya, setidaknya kisah asmara dua orang yang tengah jatuh cinta tak terhalangi oleh kasta.

...

Nanon melepas mantel birunya, lalu ia letakkan pada gantungan di belakang pintu. Tak lupa ia mengambil blazer panjang milik Ohm dan ia letakan di tempat yang sama.

OHMNON STORY'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang