Apa Kabar?

39 0 1
                                    

"Lo umur berapa sih, ngedate doang ditemenin?" omel Taksa begitu masuk ke mobil Melvin.

Dipaksa untuk menemani sahabatnya kencan buta, Taksa mulai melirik pakaian yang Melvin kenakan.

"ppftt-"

"Apaan? Ada yang salah?" mata Melvin menatap tajam karena Taksa seakan menertawai pakaiannya.

"Lo mau ngedate? Apa mau meeting, Pak Bos? Hahahaha"

"Ngedate apaan sih?! Ini tuh kerjaan nyokap. Pake acara ngenalin cewe. Kaya ga bisa nyari sendiri aja." jawab Melvin sambil menjalankan mobilnya dengan kesal.

Hari ini Melvin dipaksa oleh ibunya untuk bertemu seseorang. Tentu saja dengan tujuan tertentu. Namun Melvin tidak sepolos itu. Sebelumnya Melvin dan perempuan itu sudah bertukar nomor handphone agar mereka bisa bertemu dan merencanakan untuk membatalkan perjodohan mereka.

Melvin memang sangat profesional dalam pekerjaannya walaupun umurnya masih 27 tahun. Lihat saja penampilannya, hampir 24 jam terlihat formal. Tapi dalam urusan percintaan?

Bahkan dia baru satu kali berpacaran, itupun saat di Sekolah Menengah Pertama. Dia terlalu fokus belajar agar menjadi pebisnis sebagai penerus ayahnya.

"Makanya jangan kebanyakan kerja. Sekali-sekali ikut nongkrong sama kita." kata Taksa dan hanya dibalas gumaman oleh Melvin.

Sesampainya di cafe, mereka pun duduk dan memesan minuman terlebih dahulu. Sepertinya perempuan itu belum datang.

Belum bertemu saja sudah membuat Melvin tidak tertarik. Dia benci orang-orang yang membuang-buang waktu.

"Hai. Melvin bukan?"

Mereka berdua pun menoleh ke asal suara lembut itu. Melvin dan Taksa tercengang melihat perempuan yang sedang berdiri canggung didepan mereka. Tapi sepertinya alasan mereka tercengang berbeda.

"Ata?" pikir Taksa.

"Hanasta?" ucap Melvin membuat Taksa menoleh kearah Melvin, namun dengan cepat kembali lagi melihat Hana.

Hana yang sebelumnya hanya melihat Melvin, mulai menyadari sekelilingnya. Dia menoleh kearah seseorang yang berada di sebelah Melvin dan kini bertatapan dengan Taksa. Sekarang giliran Hana yang terkejut. Bola matanya melebar, tidak percaya bahwa dia bertemu lagi dengan orang ini sekarang.

Taksa.

Ya, Taksa Tanaka.

"Ha-hana. Panggil aja Hana." Hana berusaha untuk kembali tenang sambil menarik kursi yang berada diantara kedua laki-laki ini.

"Sorry ya telat."

"Oh iya gak apa-apa kok. Mau pesan apa?" tanya Melvin lalu memanggil pelayan dan membacakan pesanan Hana.

Setelah selesai memesan minuman, Hana masih berusaha menutupi rasa gugupnya. Dia meremas tangannya yang berada diatas pahanya untuk menutupi rasa gugupnya.

Kenapa Taksa bisa ada disini?

Taksa masih menatap Hana membuat Hana semakin gugup. Sedangkan Melvin bahkan sama sekali tidak memperhatikan teman disebelahnya karena terlalu fokus mencari topik pembicaraan dengan Hana.

*flashback*

Hana masuk kedalam mobil dengan wajah cemberut. Dia duduk sambil melihat ke arah jendela, tidak ingin melihat wajah orang yang sudah membuatnya menunggu lebih dari satu jam dikampus.

"Ciee ngambek." Goda Taksa mencoba membujuk Hana. Dia tahu pasti Hana sangat kesal karena sudah menunggu lama. Hana masih tetap diam sambil menyilangkan tangan didadanya.

Caught in A LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang