Prolog

21 1 0
                                    

Peringatan!

"Konten hanya untuk 17 tahun ke atas! Remaja dibawah umur mohon pengertiannya karena terdapat beberapa adegan dan dialog yang kurang pantas."

Langit bergemuruh dan hujan turun deras pada sore hari itu. Baru saja matahari tenggelam, tapi langit sudah sangat hitam. Kilat tak henti-hentinya berkelebat menunjukkan citranya. Hari itu entah mengapa langit seolah sedang marah dan bersedih. Seolah mewakili perasaan seorang gadis yang tengah menangis dan memberontak sekuat tenaga dibawah kungkungan beberapa pria dewasa.

"Jangaaannn! Kumohon, jangan lakukan itu! hiks" Teriak Kinan dengan wajah yang sudah basah dengan air mata.

Di sebuah rumah kosong, empat pria dewasa tengah mengelilingi Kinan. Pria-pria tersebut sedang dalam pengaruh alkohol yang hendak memaksa Kinan untuk memuaskan nafsu bejatnya.

Kinan terus berontak dan berteriak, tapi semuanya sia-sia. Tenaganya tidak sebanding dengan empat pria dewasa yang bertubuh gempal dan berperut buncit. Sementara dua pria sedang memegangi masing-masing tangannya, satu pria tengah melepas paksa pakaian kinan bagian bawah.

Kinan menangis tanpa henti, petir dan hujan yang mengamuk seakan meredam seluruh suaranya. Tempat itu sangat sepi, apalagi keadaan rumah yang menyeramkan karena sudah lama kosong membuat harapan Kinan makin ciut. Sudah lelah ia berdoa dan berontak, tetap tidak ada keajaiban yang terjadi. Tidak ada Gio yang menyelamatkannya, ataupun para pria itu yang melepaskannya. Sekarang malah pria diantara kedua kakinya tengah merobek kain satu-satunya yang tersisa di tubuh bagian bawahnya.

"Tidaakkk! Jangan, kumohon tolong lepaskan aku..." teriakan Kinan seolah nyanyian merdu bagi pria-pria tersebut. Keempatnya malah tertawa dan semakin mempercepat aksinya.

"Diam gadis bodoh!"

Plakkk

Sebuah tamparan mendarat di pipi cantik Kinan, rasanya panas dan berdenyut sakit. Air matanya kembali luruh membasahi wajah Kinan.

"Cepat lah bang, gw gak tahan" ujar salah satu pria yang memegangi lengan kanan Kinan.

"Diam setan! gw yang pertama." ketus pria yang sedang menarik celana dalam Kinan. Mata pria itu mengkilap melihat aset paling berharga milik Kinan yang selama ini belum pernah disentuh laki-laki manapun.

"Anjiiirrr, mulus banget.."

"Jackpot bang"

Baru saja Kinan ingin berteriak, tetapi mulutnya sudah disumpal dengan baju salah satu pria tersebut. Kinan menggeleng dan berteriak dalam diam ketika benda asing akan memasuki kewanitaannya.

"AAAARRKKKKHHH"

Benda itu dimasukkan secara paksa hingga merobek sesuatu di dalam kewanitaan Kinan. Rasanya sangat perih dan menyakitkan. Kinan benar-benar hancur. Semuanya terjadi begitu saja pada sore itu. Tepat setelah senja yang disukainya menghilang dan tepat setelah Gio yang dinantikannya tidak kunjung datang.

Takdirnya sangat buruk. Para pria itu tertawa dan berteriak keenakan disaat Kinan begitu tersiksa. Mereka bertindak sangat kasar dan tanpa ampun, tidak peduli seberapa keras Kinan berteriak dan menangis. Hingga saat terakhir kesadarannya hampir habis, Kinan hanya bisa mengingat matahari tenggelam yang terakhir dilihatnya. Mulai saat itu, Kinan membenci senja. Senja yang menjadi perantara takdir buruknya.

"Senja yang kusukai menghancurkanku, sama seperti kamu"

Kinanti Anjasmara

To be continued.....

Sebelum Matahari TerbenamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang