Blacklist || 02

16 0 0
                                    

Disclaimer!
Typo bertebaran~

K

inantiara, Aurel dan Agnes (Mama Aurel) sedang sibuk di dapur milik keluarga Aurel. Kinan dan Agnes sedang sibuk berkutat dengan tepung, oven dan juga perlengkapan memasak lainnya. Sementara Aurel juga tidak kalah sibuk, ia sangat sibuk mengelap setiap tetes peluh yang Kinan keluarkan saat sedang bergulat dengan tepung-tepung itu.

Mama Agnes berhenti sejenak dan menatap anak gadis semata wayangnya dengan sinis. Tatapan itu disadari oleh Aurel yang kemudian berdeham.

“Ekkhhmm, Ma, natapnya jangan tajem gitu kali. Nanti kepala Aurel bolong lo...” ujar Aurel dengan berani.

“Uughh, lagian kamu ini, berguna dikit kek. Kayak Kinan tuh, pinter masak.” Omel Mama Agnes sembari mentoyor kepala anaknya kesal.

“Aduuhhh Ma, rambut Aurel kotor kan. Ihhh…” celoteh Aurel tidak terima mamanya mentoyor kepalanya dengan tangan berlumuran tepung.

“Rambut mulu yang diurusin, belajar nih sama sahabat kamu. Biar ga sia-sia Mama ngeluarin duit puluhan juta cuma buat rambut.” Ujar Mama Agnes dengan nada mengomel lagi pada Aurel.

Tidak menyerah menjawab mamanya, Aurel dengan berani membocorkan rahasianya sendiri pada Mama Agnes.

“Yang penting Deo suka sama Aurell…..” ungkap Aurel yang kemudian mengecup pipi mamanya dan berlari sambil tertawa keras.

Mata Mama Agnes membulat mendengar pengakuan anak gadisnya.

“Ehhh, Deo siapa! Kamu punya pacar Aurel? Berani beraninya kamu ya. Papa, Aurel punya pacar, Pa!!” Teriak lantang Mama Agnes dari dapur.

Kinan yang melihat interaksi ibu dan anak itu hanya bisa terkekeh dan tetap melanjutkan aktivitasnya. Siang itu mereka membuat cookies resep rahasia Kinan atas paksaan Mama Agnes. Awalnya Kinan menolak tetapi karena dirinya sudah menginap disana, terpaksa ia menyetujui permintaan mama sahabatnya itu.

Sejenak Kinan berhenti dan menatap adonan yang tengah ia uleni. Pikirannya melayang dan potongan-potongan kejadian masa lalu kembali berputar di kepalanya seperti kaset rusak.

Kinan memejam kemudian menggeleng. Ia menyadarkan diri dan kembali melanjutkan aktivitas yang tadi sempat tertunda.

Itu semua sudah berlalu! Ia tidak boleh lagi terpengaruh. Karena sekarang semuanya sudah baik-baik saja. Ya, baik-baik saja.

Sejam kemudian cookies yang mereka masak telah matang, Mama Agnes membawa senampan cookies dengan asap yang masih mengebul. Terlihat dengan jelas bahwa kue kering tersebut baru saja matang.

Aurel dan papanya menatap tumpukan kue tersebut dengan mata berbinar. Sementara Kinan hanya tersenyum dan tertawa seadanya ketika orang tua Aurel memujinya habis-habisan.

******

Kini Kinan dan Aurel tengah berada di depan gedung apartement Kinan. Tentu saja gadis itu ingin menengok keadaan laki-laki yang telah dibawanya semalam.

Sampai di lift Kinan berulang kali menghembuskan nafas kasar, ia berulang kali merutuki keputusannya untuk membawa orang asing ke kediaman pribadinya. Jujur saja gadis itu gugup dan sedikit takut.

TING!

Pintu lift terbuka, mereka sampai di lantai unit apartement Kinan. Aurel yang mengetahui sahabatnya gugup menenangkan Kinan dengan mengelus pundak sahabatnya.

“Tenang aja, aku udah call Deo kok. Bentar lagi dia sampe” ujar Aurel.

Kinan hanya mengangguk menjawab sambil menatap sahabatnya. Mereka kemudian melangkah perlahan. Semakin dekat, semakin guguplah Kinan. Debaran jantungnya kini sudah marathon. Ia berulang kali meremas tangannya.

Apa yang Kinan takutkan?

Tentu saja berbagai macam kemungkinan. Salah satunya “apa mungkin laki-laki itu adalah penjahat?”, “Jangan-jangan dia buronan? Atau mungkin lebih parahnya lagi mafia” dan banyak lagi.

Bilang saja Kinan overthinking, dan memang benar! Ia hanya takut apabila berbuat kesalahan karena menyelamatkan penjahat.

Sampai di depan unit apartment Kinan, kedua gadis itu terkejut dan membatu beberapa saat. Kinan dan Aurel kemudian saling pandang karena pintu apartment Kinan saat ini tengah terbuka.

Sesaat kemudian Kinan masuk yang disusul Aurel. Dengan panik Kinan mengamati sekeliling dan segera mengecek kamar tidur. Ia  sedikit lega ketika tidak ada tanda-tanda barang yang hilang dari kamarnya. Ketika akan keluar kamar ia mendapati setumpuk uang tunai dan secarik kertas yang bertuliskan  pesan.

Siapapun lo, ini imbalan dari gw. Bilang aja kalo kurang

Membaca isi pesan tersebut membuat amarahnya memuncak. Tanpa Kinan sadari matanya memanas karena kesal kemudian setetes air mata pun lolos dari pelupuk matanya.

PRAANKKK

“Aaaaaaaaaa…..” sedetik kemudian terdengar suara gelas pecah diikuti teriakan dari Aurel mengalihkan pandangan Kinan.

Kinan segera menghapus air matanya dan berlari keluar menghampiri Aurel.

Jantungnya serasa mau copot ketika matanya tak kunjung melihat sosok sahabatnya itu. Kinan mulai sangat panik, ia mencari di tempat yang tidak terlalu besar itu dan kemudian perhatiannya menuju ke dapur.

Kinan berlari dan membuka pintu dapur. DEG! Jantungnya mencelos dan matanya membulat. Pemandangan depan matanya kini benar-benar membuat seluruh tubuhnya kaku tak bisa digerakkan.

To be continued…..

Suka ga suka jangan lupa tekan bintangnya guys. And i hope u enjoy the story :)

Happy reading!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebelum Matahari TerbenamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang