Derap kaki melangkah, mengusik ketentraman penghuni tempat tersebut. Belum ada tanda-tanda, perlahan ketukan pada tangan menyentuh sebuah pintu.
Dipanggilnya nama seseorang, hingga akhirnya menampilkan batang hidung milik dia. "Ya ampun," gumamnya singkat. Namun, dengan jelas gumaman itu terdengar ke telinga figur gadis itu.
Menghela napas frustasi, bagaimana bisa pemuda satu ini, tak teralihkan perhatian terhadap dirinya? Mendecak sebal, yang sebelumnya duduk di samping pemuda surai lumut itu, kini berdiri kembali menuju kawasan pinggiran kediaman.
Karena pada umumnya, bisa duduk di sana juga. Tidak ada salah bila gadis itu, mencoba duduk tersebut, dibandingkan hanya mengoceh tidak jelas. Bersamaan dengan melihat lukisan yang belum jadi punya dia.
Sebagai mahasiswa seni, gerak-geriknya pasti akan ketebak dengan jelas. Benar, kegiatan yang dilakukan olehnya berupa melukis sesuatu. Sepertinya, dia belum memiliki tema untuk hal tersebut.
Bahkan terdapat beberapa lukisan yang belum jadi di sana. Kemudian, berakhir melampiaskan tangan penuh keanggunan. Serta, torehan pelan di atas sebuah kanvas. Menggambarkan sesuatu, mencoba melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
Melirik sekilas, ke arah pemuda tadi. Alisnya sedikit berkedut. Lantas, akhirnya ia pun mengajukan pertanyaan singkat. "Shunso-san, bagaimana dengan lukisan musim dingin?"
Sedikit tak mempercayainya ataupun bahkan memperdulikannya. Entah mengapa perkataan si gadis itu, membuat diri terdiam sejenak. Memikirkan bahwa tak ada yang salah dari ucapan tersebut.
Dikarenakan diri tidak tahu, apa yang harus ia lukiskan pada musim dingin kali ini. Berpikir apakah ada saran untuk hal itu. Lantas, seorang pemuda bernama Hishida Shunso saat ini, mulai menentukan pilihannya.
Dia menoleh ke arah sang gadis, [Full Name]. Sedangkan [Name] sendiri, memiringkan kepalanya. Kemudian berkata lagi, "Bagaimana? Saran yang menarik, bukan?" cakapnya.
Membuang wajah ke arah lain. Membuat si gadis mengembungkan pipinya, kesal. Bagaimana bisa, pemuda itu terus-terus saja mengalihkan pandangannya? Menurutnya itu tidak sopan!
Tapi, mau apa dikata. Hanya bisa meninggalkan pemuda itu sendiri di sana. Sebab, tahu kalau diri masih belum diterima di kediaman ini. Hal tersebut, membuat [Name] menghela napas panjang, kemudian beranjak keluar ruangan.
Namun, sebelum keluar dari ruangan tersebut. Telinganya menangkap suara dari Shunso. "Saranmu tidak buruk juga," ujarnya. Benar saja, hal itu menambah terdiamnya [Name], hingga berakhir melongo di tempat.
Dia tak percaya dengan apa yang didengar. Meskipun, hal itulah yang memang ditunggu oleh indra pendengarnya. Shunso tanpa menoleh, kembali berkata, "Jangan keluar-masuk, tetaplah di sini."
Ah, [Name] dibuat kebingungan saat ini. Memiringkan kepalanya, ide jahil mulai terlintas diotaknya. "Aha? Shunso-san, menerima saranku dan mungkin merindukanku, sekarang?" tanyanya mulai memperdengarkan suara jahil dan menggoda.
"... Kalau begitu, aku tarik ucapanku."
Mendelik kaget, disertai mendecak kesal. "Hah? Sudahlah. Sia-sia saja, aku menyarankan." Tertegun mendengar perkataan tersebut. Padahal saat itu, wajahnya sedikit menampilkan kemerahan.
Lansung sirna ketika, diri mendengarkan perkataan tersebut. Ternyata akan kembali pada figurnya saat ini. [Name] benar-benar meninggalkan ruangan tersebut.
Menunduk dalam diam, dia merasa tak sanggup lagi untuk melanjutkan lukisannya. Merasa tak mampu, berbicara pada dia kedepannya. Sejenak melihat ke arah luar.
Salju mulai memenuhi halaman. Sensasi dingin menyeruak masuk kedalam ruangan. Oh? [Name] tidak menutup kembali pintunya. Jadi, berakhirlah udara dingin menusuk tubuh.
Berdiri sebentar, beranjak kedepan sana. Mulai menutup pintu, tidak membiarkan udara dingin masuk semua. Setidaknya, penghangat di ruangan ini telah menyala.
Embusan napas kecil, Shunso masih memikirkannya. Otaknya mulai memberikan pemikiran yang aneh-aneh, namun dengan cepat menepisnya. Berakhir ia tersenyum kecil di sana.
Tepat di ruangannya, "Mungkin, hal itu benar ...." Dia berkata demikian. Dengan tangan seraya menutupi wajah yang telah memerah. Shunso merasakan jantungnya berdetak lebih sering akhir-akhir ini.
Mungkin benar, terjadi sesuatu itu?
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
WINTER PAINTING! Hishida Shunso. ✓
FanfictionLelaki dengan surai lumut itu terkadang, melampiaskan tangan yang penuh keanggunan dengan torehan pelan di atas sebuah kanvas. Menggambarkan sesuatu yang disarankan oleh si gadis penyarannya itu. "Shunso-san, bagaimana dengan lukisan musim dingin?" ...