No, i'm single

902 43 7
                                    

Rana menatapi kakaknya itu baik baik, mencoba membaca fikirannya dalam dalam. andaisaja, ia memiliki kekuatan seperti scarlett witch dalam cerita The Avengers, mungkin hal itu akan lebih memudahkan misinya.

"kakak" adik laki laki Lydera Savara itu memanggil kakaknya dengan suara manja.


"hey, Rana, adik ku sayang, dengerin kakak ya, kamu kan laki laki, seharusnya kamu ga usah sok kemanja manjaan begitu. nanti kamu melambai, nggak kakak akui loh, sebagai adik! rasain!"

 Lyde bicara terus terang karena terus terang juga ia sudah mulai bete dengan keberadaan adiknya di situ semenjak 1 jam yang lalu. bocah laki-laki itu sedikit bermuram durja, lalu kembali mendapat ide di otak cerdasnya.

"kakak udah punya pacar ya?" celotehan Rana kali ini membuat kepala Lyde berputar, mengarahkan kepalanya dengan mata melotot ke wajah tengil adiknya yang sedang senyum-senyum stres.

Lyde mendengus, tapi terlanjur, wajahnya sudah mirip sapi. hidungnya membesar, karena membutuhkan suplay oksigen lebih banyak akibat ulah usil pertaanyaan Rana. Rana hanya mencoba ikut, mengembang kempiskan hidungnya dengan cepat seperti seekor kelinci, dan hal itu membuat Lyde mau muntah setengah mati. Lyde menutup bukunya, lalu beranjak dari meja belajarnya dan duduk di pinggiran ranjang sambil menyubiti pipi Rana. laki-laki muda dan tampan itu hanya bisa tersenyum penuh arti, walaupun cubitan gemas Lyde begitu menyiksa batin.

tapi apa mau dikata, praduga Rana salah. Lyde malah menjitaknya, lalu menyilangkan tangan di depan dada. rambut ikal dan panjang Lyde kini dikebelakangkan, seakan akan Lyde tahu, kalau Rana ingin menjambak rambutnya.

tapi yang namanya rencana harus tetap berjalan! gimanapun caranya, di otak Rana saat ini adalah bagaimana bisa membuat Lyde jujur, kalau ia memang punya hubungan khusus dengan Ishaq.

"kak, aku nanya baikbaik loh. tapi kakak malah jitak Rana. di laporin ke Abi nanti biar dibalas ya!" Lyde yang dari tadi bungkam langsung membekap mulut adiknya yang mulai menggeserkan tubuh dari Ranjang.

jelas saja Lyde takut. peraturan di rumah keluarga dr.Rahman As-Syafiq,Sp.Bp-RE, kalau ada yang berlaku kekerasan antara kaka beradik atau suami-istri maka yang jadi pelaku bakal dapat hukuman, yaitu uang jajan atau gajinya dikasih ke korban penyiksaan.

bisa bisa, habis uang jajan dan tabungan Lyde, mengingat adiknya itu suka minta yang aneh aneh.

Rana tersenyum senang dibalik bekaman Lyde, lalu perlahan lahan melepaskan diri dari kakaknya.

"gitu dong kak" ujar bocah tengil itu sambil tersenyum penuh kemenangan, lalu bertanya hal yang sama pada kakaknya, dan berhasil membuat Lyde memutar kedua bola matanya malas.

"rana, kakak kan udah bilang, kakak gak punya pacar, jadi ya udah, gak usah bawel deh, Ran. lagian kata Abi kan pacaran itu dosa, gimana bisa kakak mau ngelakuin sesuatu yang jelas mudharatnya? bodoh banget dong" ujar Lyde mulai melembut, membuat Rana manggut manggut seperti marmut.

tapi ide usil kembali keluar di otak Rana. sebuah pertanyaan kembali lolos dari bibirnya.

"berarti kakak lebih setuju sama pernikahan dari pada pacaran?" Rana mulai mencungkil isi kepala kakaknya, dan tanpa disangka, Lyde hanya mengangguk pasti.

"yakin banget kak" goda Rana sambil terkekeh kecil, dan Lyde makin memantapkan anggukannya.

"untuk yang pasti halal, gak mungkin gak yakin kan?" ujar Lyde, lalu mengambil Puspinyan, kucing persia miliknya yang dari tadi lalu lalang di bawah ranjang. sambil melihat Puspinyan yang ada di pangkuan Lyde, Rana mendapatkan ide lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The forensicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang