satu

660 101 5
                                    

"Doyoung! Kim Doyoung!"

Teriak si tukang pembuat onar yang terkenal di penjuru sekolah itu, Yedam namanya. Yang dipanggil tidak menyahut, dan terus pada posisinya. Yedam berjalan riang ke arah meja Doyoung, dengan tas yang sudah ditentengnya itu.

"Hai hai, doyoung!" Sapa Yedam dengan sok akrab. Doyoung hanya tetap diam, duduk sambil membaca bukunya. Tidak menghiraukan kehadiran Yedam, yang berada di depannya.

"Doyoung~ gue ijin bolos yaaa!" Ujar Yedam dengan penuh semangat, dengan binar-binar dimatanya. Menatap Doyoung dengan wajah yang dibuat imut sedemikian rupa, mencoba untuk menarik perhatian si ketua kelas.

Doyoung melirik sekilas ke arah Yedam, dan kembali pada bukunya. "Mau kemana?" Tanya Doyoung cuek.

Yedam membalas dengan cengiran, "Hehe.. biasalah. Ada keperluan penting." Ujarnya sembari menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal itu.

Doyoung mengalihkan pandangan sepenuhnya ke arah Yedam, dengan matanya yang memicing. "Keperluan penting apa?" Yedam masih dengan menunjukkan deretan giginya yang berjajar rapi. Enggan menjawab pertanyaan Doyoung.

"Pokoknya, gue ijin bolos ya! boleh, kan?" Tanya Yedam sekali lagi. Berusaha mengalihkan topik pembicaraan, Doyoung mengerutkan dahinya. Mengapa anak ini pede sekali mendapat ijin dari Doyoung? Mana untuk membolos pula.

"Enggak." Tukas Doyoung cepat. Yedam mengerucutkan bibirnya, setelah mendengar itu. Dengan air mukanya, yang dibuat-buat sedih.

"Jahat banget. Boleh ya? Cuma bolos doang kok ini."

"Enggak, Bang Yedam. Balik ke tempat duduk lo, dan duduk diam disana. Ini udah mau masuk jam mata pelajaran lain." Ujar Doyoung dengan tegas, dan penuh penekanan.

"Cepet sana balik! Bakalan ada ulangan harian juga hari ini. Gausah kemana-mana." Tambah Doyoung lagi.

Yedam menundukkan kepalanya, bukan karena merasa cemberut atau apa. Hanya saja, handphonenya berdering. Menandakan ada panggilan masuk, dan itu berasal dari teman seperkumpulannya--- Jihoon.

Seketika itu Yedam kembali menatap Doyoung dengan serius, raut wajah yang semula hilang begitu saja.

"Gue bolos dulu ya, Doy. Kalo ada guru nanya, bilang aja ya gue lagi sakit. Bisa, kan?"

"Buat ulangan harian, nanti gue ikut susulannya aja deh. Gue pergi dulu,"

"Bye bye Doyoung~!"

Seiring dengan ucapannya, Yedam berjalan keluar menuju pintu. Bahkan, saat dia mengatakan kalimat terakhirnya itu, dia berbalik sebentar dan melayangkan kiss bye ke arah ketua kelasnya.

Sialan. Doyoung merinding melihat itu. Anak itu benar-benar sudah hilang akal.

Bahkan, bisa-bisanya dia meminta ijin bolos pada Doyoung, bahkan menyuruhnya untuk berbohong pada guru kalo misalkan anak itu sedang sakit, padahal tidak. Tentu, Doyoung tidak akan melakukannya. Doyoung akan melaporkan anak itu lagi dan lagi.

Biarlah Yedam mendapatkan surat panggilan BK untuk ke sekian kalinya. Itu urusan dia, bukan dengannya.

Sedangkan, si pemeran utama lainnya tengah berjalan di koridor sekolah, seusai dirinya keluar dari kelas.

Yedam dengan santainya berjalan disana, melewati kelas-kelas yang ada guru di dalam, maupun guru yang masih berlalu lalang di luar kelas. Sambil bersiul-siul kecil, dengan tampang tengilnya itu. Sekaligus juga, memasukan kedua tangan ke dalam saku celananya. Jangan lupa seragam kusut yang sengaja dikeluarkannya itu.

Benar-benar terlihat berandalan.

Bahkan, tidak ada yang berani untuk menegur anak itu. Semua orang sudah pasti tau akan tabiatnya. Siapa si yang tidak kenal akan Bang Yedam, dengan segala kenakalannya?

Ketua Kelas [Dodam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang