dua

506 91 13
                                    

Sialan.

Jihoon menatap Yedam dengan tajam, "Tolol, udah ditungguin juga. Ngeselin banget bocah." Serunya, seraya mendorong Yedam pelan. Dan menjauhkan diri dari Yedam.

Yedam langsung tertawa keras. Sedangkan Jihoon, menatapnya dengan datar. "Lagian, kepo amat bang." Ujar Yedam di sela-sela tawanya, yang akan berakhir itu.

Memandang Jihoon yang masih marah padanya, Yedam kembali membuka pembicaraan. "Gue beneran gak ada, bang." Celetuknya, dan mengundang tatapan tak percaya-nya Jihoon.

"Beneran?" Yedam mengangguk.

"Tapi, tampang lo kenapa kayak buaya ya." Lanjut Jihoon. Yedam menatapnya bingung, "Tampang buaya darimana? Yang ada cuma tampang kegantengan gue."

Jihoon menatap Yedam jijik, "Tai. Jijik banget gue ama lo."

Yedam kembali bersuara setelah lama mereka berdua terdiam, "Tapi, gue ada tertarik sama satu orang sih." Jihoon seketika langsung memfokuskan pandangan ke arah Yedam. Menatapnya dengan penuh keseriusan.

"Ganteng, pinter, lumayan baik. Dia idaman semua orang." Ujar Yedam yang entah menjelaskan sosok siapa. Jihoon masih menunggu kata-kata lanjutan dari Yedam, "Tapi, rada ngeselin juga tuh orang. Eh tapi-- dia tuh attractive juga , sih. Oke banget menurut gue."

"Lo suka sama dia?"

Yedam menggeleng, "Enggak. Gue cuma tertarik aja sih. Males banget kalo suka sama tuh orang, ngeselin."

"Masa?"

Yedam mengangguk mantap, "Iya. Gue harap--"

Bruk!

Ucapan Yedam terhenti seketika. Tiba-tiba saja, ada orang yang entah darimana asalnya datang ke arah mereka berdua, lebih tepatnya ke Yedam.

Ada sekitar 5 orang disana, yang tidak diketahui siapa dan apa maksud mereka datang ke mari.

"Sini lo!"

Orang yang telah menendang meja itu, berteriak seraya jari telunjuknya mengarah ke Yedam. Yang ditunjuk, berdiri dan menatapnya bingung. "Gue?" Ucapnya, dengan menunjuk pada dirinya sendiri.

Salah satu dari mereka langsung saja menarik Yedam keluar dari warung itu, Yedam pasrah-pasrah saja.

Sekarang mereka berenam berada di tanah kosong, di samping warung itu. "Ada masalah apa sama gue?" Tanya Yedam bingung. Memandang lima orang yang kini terlihat ingin menghabisi nya secara bersamaan.

"Mau berantem?" Yedam menatap lima orang itu satu-satu, mereka semua terlihat sudah mengambil ancang-ancang untuk memukulinya.

Yedam menatap remeh ke arah mereka. Kemudian menunjukkan wajah tengilnya, dan menyeringai kecil. Tak lupa memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Lima lawan satu nih? Lo pada takut by one sama gue, apa gimana dah?"

"Banyak bacot, anjing." Salah satu dari mereka maju, meraih kerah Yedam dan mencengkramnya dengan kuat. Yedam melirik sedikit ke arah bagian kanan orang yang baru saja mencengkramnya ini, terpampang nama Jay Park disana.

"Babi, pelan-pelan dong. Gue kecekek anjing." Ucap Yedam dengan susah payah, dia mencoba untuk melepaskan cengkraman Jay dari kerahnya itu. Rasanya dia mau mati kalo digituin.

Dengan cepat Yedam berhasil melepaskan cengkraman Jay, dan langsung menghempaskan tangannya begitu saja. Lalu, dia tersenyum remeh menatap kelimanya lagi.

"Lemah banget, tai. Laki kok mainnya lima vs satu gini? by one dong kalo berani." Ujar Yedam yang tentu mendatangkan kekesalan dari kelimanya.

Ketua Kelas [Dodam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang