tiga

506 94 19
                                    

Menatap malas Yedam yang kini ada di UKS, dengan keadaan babak belur. Tidak lain dan tidak mungkin, ini gara-gara tawuran.

Dan sebagai ketua kelas yang baik hati dan bertanggung jawab, Doyoung menyempatkan waktu untuk menengoknya. Anak itu sedang diobati. Luka-luka nya tidak sedikit, badannya bertanda biru dan merah dimana-mana.

Bahkan, darah yang keluar dari badannya juga tidak sedikit.

"Sampe kapan lo begini? Sampe maut menghampiri, dan cabut nyawa lo?" Seru Doyoung, yang mendapat perhatian dari Yedam. Dia menoleh kearah Doyoung yang berada didepan sana. Sedang menatap kearah dirinya.

Yedam tersenyum, "Segitu khawatirnya lo sama gue?"

Doyoung memutar bola matanya malas mendengar kata-kata itu dari Yedam. "Bukan khawatir. Cuma males aja, gue harus relain duit gue buat nyumbang di kematian lo."

Mulutnya tajem banget ya.

"Padahal, diri sendiri yang nyari mati. Malesin banget yang kayak gitu." Lanjut Doyoung dengan mulut pedasnya.

Hati Yedam agak sedikit nyes sih, pas denger itu. Tapi, gapapa udah biasa. Yedam memakluminya, tidak terlalu bawa perasaan juga. Dia dan Doyoung memang sudah sering berkelahi tidak jelas.

"Yaudah, gausah nyumbang. Ribet amat jadi manusia."

"Gue ketua kelasnya, kalo lo lupa. Ofc, gue harus jaga image kalo di kelas. Dan otomatis gue juga harus rela pura-pura berbela sungkawa atas kematian lo, dan juga nyumbang duit." Doyoung membalasnya lagi dengan tak kalah pedas dari sebelumnya.

"Keluar deh lo, sana. Ganggu banget. Gue mau beristirahat dengan tenang disini." Ucap Yedam yang kini sudah selesai diobati, dia disuruh beristirahat sama anggota PMR yang mengobatinya.

"Lagak lo beristirahat dengan tenang. Udah kayak orang meninggal aja." 

Yedam menatap malas ke arah Doyoung, "Iye-iye, serah lo dah! Sana pergi dari sini, gue eneg denger suara lo." Ujar Yedam sembari membaringkan tubuhnya di ranjang yang ada di ruang UKS itu.

Doyoung tidak beranjak sama sekali, malahan dia berjalan maju ke arah Yedam, dan duduk di kursi di sebelahnya.

"Anak anjing. Kenapa lo mah disini? Budek ya lo? Gue kan ud---"

"Aww! Sakit bego!"

Ucapan Yedam yang tadi terhenti, waktu Doyoung yang tiba-tiba saja memencet sebuah tanda biru di wajahnya itu dengan kuat.

"Makanya, diem. Cerewet banget si dari tadi, ngusir-ngusir gue."

"Tidur aja, napa sih?!" Kesal Doyoung, yang mendapat tatapan aneh dari Yedam. Apa-apaan nih orang, kok malah dianya yang jadi mengkesal? Seharusnya kan Yedam, ya?

"Dih? Kenapa jadi lo yang ngatur-ngatur? Sinting ya, lo?!" Ucap Yedam dengan lantangnya. Doyoung tidak memperdulikannya, melainkan dia fokus pada handphone-nya itu. Yedam menatap anak itu dengan sinis sekaligus bingung.

"Gue ketua kelas lo, kalo lupa." Ucapnya singkat.

"Gak jelas banget nih bocah." Tandas Yedam, dan setelah itu dia berpindah posisi tidur, membelakangi Doyoung yang sedang duduk di kursi samping ranjang itu.

Doyoung menatap Yedam sekilas, dan kembali fokus ke handphone-nya lagi.

Dia akan berada disini untuk menemani Yedam sementara. Memang, wali kelas tidak menyuruhnya atau siapapun juga tidak. Ini hanya inisiatifnya sebagai seorang ketua kelas saja, tidak lebih. Hanya semacam formalitas katanya, walaupun sebenarnya itu sama sekali tidak dibutuhkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketua Kelas [Dodam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang