Us

1.5K 209 10
                                    

-

Jaemin mengelus pelan perutnya, mencurahkan betapa ia sangat menyayangi buah hatinya. Ia tidak pernah menyesali ataupun merasa keberatan atas kehadiran anugerah Tuhan. Baginya titipan ini adalah sebuah harapan baru baginya, sebuah alasan mengapa ia harus tetap hidup dan berjuang.

Sebuah alasan mengapa Jaemin tidak harus melupakan masa lalu nya.

"Papa akan menjaga kalian, jangan takut karena kalian punya Paman Seungmin juga. Jika kalian beruntung kalian akan bertemu dengan Ayah. Tapi mungkin tidak sekarang Ne, kalian harus bersabar dan percaya Ayah akan datang."

Jaemin tertawa pelan. Ia tidak berharap banyak tentang Jeno yang akan datang mencarinya. Baginya selama ia dalam keadaan aman Jaemin tidak merasa takut. Jaemin cukup mengenal bagaimana keluarga Jung sejak dulu. Perbuatannya dengan Jeno memang tidak termaafkan, namun bukan berarti mereka tak layak menerima kesempatan kedua. Jaemin mengerti mengapa Jaehyun menempatkannya di tempat ini, semua di lakukan agar Jaemin tidak di sakiti siapapun, agar Jaemin aman dari perkataan buruk orang-orang tentangnya, agar Jaemin bisa memulai kehidupan barunya dengan tenang.

Tok

Tok

Tok

Gerak tangannya berhenti dan senyumnya perlahan memudar. Jaemin mengalihkan tatapan pada jam dinding di tengah ruangan. Masih jam sepuluh pagi. Sudah sangat jelas itu bukan Seungmin. Seungmin kembali pada jam dua siang. Dengan segala pertimbangan Jaemin berjalan menuju pintu ketika ketukan pada kayu jati itu tak kunjung berhenti.

Jaemin membuka pintu. Raut terkejutnya cukup membuat Jaemin mematung beberapa saat.

"Apa..... kabar Na?"

Jaemin tersenyum tipis, ia tidak menjawab pertanyaan namun Jaemin mempersilakan tamunya untuk masuk ke dalam kediamannya, sekaligus mempersilakan tamu itu kembali memasuki kehidupannya.

Memang benar, manusia hanya bisa berencana tetapi kita juga harus mengingat jika Tuhan adalah pemilik rencana yang sebenarnya.

-

Haechan berjalan cepat menuju pintu utama kediaman keluarga Jung dengan Renjun yang mengikuti langkahnya di belakang.
Jemarinya menggenggam kuat sebuah map coklat yang berada di dekapannya.

Gemerlap lampu hias bersinar memperindah interior di dalamnya, Haechan melangkah masuk tanpa keraguan. Di dalam sana masih ramai dengan banyak orang yang saat ini tengah menggelar sebuah acara pertunangan. Haechan tidak peduli apabila kehadirannya akan mengganggu para tamu atau bahkan tuan rumah. Baginya keadilan untuk sahabatnya harus Haechan dapatkan sebagai penebusan dosa.

Haechan berdiri beberapa langkah tepat di depan Taeyong, sebagai tuan rumah yang pertama kali di lihatnya Haechan membungkuk dalam ketika Taeyong menyadari kehadirannya.

"Selamat malam nyonya. Saya perlu berbicara dengan anda dan Pak Jaehyun. Saya harap anda tidak keberatan dengan permintaan saya."

Mengerutkan keningnya Taeyong menatap Haechan penuh tanda tanya. Karena tidak ingin membuat para tamunya tidak nyaman, Taeyong menggerakkan tangannya memberikan isyarat bila Haechan harus mengikuti langkahnya, Taeyong membawa mereka menuju sebuah ruangan setelah menyeret lengan suaminya untuk ikut bersama mereka.

-

"Nyonya saya minta maaf karena harus menemui anda pada saat seperti ini, ini kabar yang sangat mendesak dan sangat penting, sebelum semuanya terlambat anda harus segera mengetahuinya."

Haechan menyerahkan map coklat yang sedari tadi berada dalam dekapnya. Lalu kemudian Renjun menyerahkan sebuah flashdisk yang berada dalam saku celananya.

"Anda juga harus melihat isi di dalamnya nyonya." Renjun berkata.

Jaehyun beserta Taeyong menerima dua benda itu dalam kebingungan.

Pertama-tama mereka membuka sebuah amplop coklat yang di serahkan Haechan.

Jaehyun terkejut untuk pertama kali, tatapannya menatap Haechan tajam.

"Putraku yang mana lagi yang sedang kalian jebak?" Jaehyun bertanya.

Haechan menarik nafas lalu menghembuskannya pelan.

"Tolong anda baca dengan kembali atas nama siapa hasil pemeriksaan itu Pak Direktur."

Taeyong sebagai sorang yang mengambil berkas keterangan menutup mulutnya terkejut.

"Ya Nyonya. Itu benar. Sebelum anda bertanya lebih jauh, akan lebih baik anda melihat isi file di dalam sini." Renjun menunjuk flashdisk yang sempat terabaikan.

Jaehyun mengambil benda persegi itu lalu membukanya dengan menyambungkannya pada komputer yang berada di sana.

Terkadang, kau hanya cukup diam untuk membuat orang-orang tahu sebuah kebenaran. Karena lisan orang lain jauh lebih di percaya di banding untaian kata dari bibirmu.

***

"Maaf aku harus menemuimu dalam keadaan seperti ini." Jeno menunduk dalam. Merasa malu tidak mampu melakukan apapun untuk memperjuangkan mereka.

Jaemin terdiam. Cukup terkejut dengan kehadiran Jeno bersama dengan Sungchan. Tetapi Bungsu Jung itu memilih menunggu di luar karena ingin memberikan privasi untuk mereka.

"Sebuah kemajuan mengingat bagaimana pengecutnya kau saat kita harus bersembunyi dari semua orang. Itu semua hanyalah masa lalu Jeno. Saat ini kau harus mampu mengendalikan hidupmu." Jaemin menautkan jemarinya dengan perasaan gugup. Perkataannya memang terdengar tenang namun jantungnya berdebar dengan kencang.

Jeno terdiam saat mengingat betapa egois dirinya memaksa mempertahankan Jaemin di sisinya.

"Aku ingin kembali egois Na untuk kita, tetapi saat mengingat tidak ada kau di sisiku seperti semua usahaku akan berakhir sia-sia. Aku ingin tetap bersamamu, tetapi tatapan kecewa Papa membuat hatiku sakit. Mengapa tidak ada yang bersedia membantu kita? Mengapa kau harus pergi jauh?

Aku...

Aku tidak bisa melupakanmu. Bahkan ketika aku akan menikah dengan orang lain aku masih memikirkanmu.

Mengapa semua terasa sulit?

Mengapa harus berakhir seperti ini?"

Jaemin tersedu begitupun Jeno. Mereka menangis di posisi masing-masing. Jeno ingin merengkuhnya, memeluk tubuh itu, menghirup wangi alami dari Jaemin yang di rindukannya.

Sayangnya, Jeno tidak bisa melakukannya, Jeno punya batasan dan Jeno tidak ingin melukai harga diri Jaemin.

Biarlah mereka seperti ini.

Merekam afeksi masing-masing sebelum mereka benar-benar kehilangan.

"Aku mencintaimu Jaemin....

Aku mencintaimu....

...aku ingin kau tahu dari mulutku.

Aku ingin mengatakannya ratusan kali, setiap hari, sebelum kau tertidur dan setiap kali kau bangun...

Aku ingin kau tahu aku sangat mencintaimu melebihi diriku...."

Jaemin semakin tersedu. Tangisnya pecah lebih keras di banding sebelumnya. Mengapa mereka harus berakhir seperti ini?


Mestinya kutanya setiap pujangga
Mengapa tak mereka ciptakan lagi satu kata
Satu kata diatas cinta
Satu kata yang sebanding nyanyian dewa
Kau tau kenapa?
Karena sepatah kata cinta tidaklah cukup
Tak cukup menguraikan perasaanku padamu
Bahkan tak cukup mewakili pesonamu di sudut benakku

.

The Rainy Night [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang