Happy Ending

1.6K 159 4
                                    



"Mengapa tidak mengatakannya padaku?" Jeno menangis tersedu sambil memeluk perut membesar Jaemin. Usapan lembut Jaemin pada rambutnya membuat Jeno semakin merasa bersalah.

Betapa pengecut dirinya saat tak berusaha memperjuangkan Jaemin, meninggalkan Jaemin berjuang sendirian.

Jeno mungkin tidak akan mampu memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu pada Jaemin.

"Aku ingin, tapi tak bisa." Jaemin menjawab.

"Kenapa?" Jeno mengangkat wajah.

"Karena kau akan menikah."  Jeno menatapmya dalam kesedihan. Semua masalah ini memang berawal dari nya.

"Jaemin aku akan bertanggung jawab. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi, kita akan bersama-sama dengan anak-anak kita."

Jaemin tersenyum teduh.

"Aku percaya padamu."

Mereka berpelukan, melampiaskan rasa rindu yang begitu besar. Jeno mencintai Jaemin begitupun sebaliknya. Jika dunia kembali menentang mereka, maka Jeno siap akan melindungi keluarga kecilnya.

-



Seperti sebuah cerita dongeng dimana kebahagiaan selalu menjadi harapan di setiap akhir cerita. Jeno berharap dia memiliki keberuntungan itu, berakhir bahagia bersama dengan orang yang di cintainya.

Hubungan mereka memang berawal dari sebuah dosa, dosa yang menjadi candu untuk keduanya hingga melupakan bagaimana perasaan orang-orang yang mereka sayangi. Mereka tidak peduli. Perasaan mereka tulus dan mereka tidak merasa jika itu salah.

Pernikahan Jeno batal dan Jeno lebih memilih untuk menghabiskan waktunya demi Jaemin. Menemani masa kehamilan yang begitu berat dengan perasaan khawatir.

Jaemin mengandung tiga bayi kembar. Jeno bahkan hampir pingsan ketika mengetahuinya.  Dia di beri kepercayaan oleh Tuhan untuk menjaga tiga malaikat kecilnya.

Jeno merasa senang sekaligus di bayangi rasa khawatir yang juga menghantuinya.

Jaemin terlihat menikmatinya, meski kedua kakinya kesulitan berjalan atau dia yang sering merasa kekenyangan padahal baru saja memakan lima sendok bubur. Jeno terus mendampingi Jaemin, mengaturkan jadwal makannya agar nutrisi Jaemin terpenuhi. Ada tiga nyawa yang sedang Jaemin bawa dan Jeno tidak ingin Jaemin merasa kesulitan.

"Aku bisa melakukannya sendiri Jeno."

"Tidak Tidak. Biar aku yang ambilkan. Kau tidak perlu berjongkok. Aku takut anak kita keluar sebelum waktunya."

Jaemin tertawa.

Sungguh kehadiran Jeno sangat menghiburnya.

-


"Bagaimana ini! Kenapa lama sekali!!" Jeno berjalan kesana kemari dengan perasaan gelisah. Di dalam sana Jaemin tengah di operasi karena anak-anaknya akan lahir.

"Pak Direktur bisa diam tidak? Melihat Bapak mondar-mandir seperti itu membuat saya ikut tidak tenang." Haechan berkata kesal. Di remasnya ujung celana pendek yang di kenakannya melampiaskan rasa khawatir Haechan. Renjun sibuk menggigiti ujung kukunya sedangkan Seungmin duduk dengan mata tertutup dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, tidak merasa terganggu dengan sekitarnya.

Pintu ruangan terbuka menampilkan seorang dokter yang memberikan sebuah senyum lebar.

"Selamat Jeno. Operasinya berjalan lancar dan mereka baik-baik saja. Kami akan segera memindahkan Jaemin dan si kembar pada ruangan lain."

Jeno beserta tiga orang yang berada di sana serentak menghembuskan nafas setelah menahannya beberapa detik lalu, mereka tak lupa mengucap kata syukur setelah mendapatkan kabar baik.

"Aku akan masuk melihat Jaemin."

Seungmin, Haechan dan Renjun mengangguk bersama. Memang siapa lagi yang bisa masuk ke dalam kecuali orang yang begitu penting bagi Jaemin?

Mereka penting juga sih, tapi tetap saja berbeda.


-


"Cucu pertamaku!" Taeyong tidak menutupi perasaan kagumnya. Ia sudah tidak sabar menggendong Jisung, Jihwan, dan Jihan. Betapa beruntungnya mereka mendapat kepercayaan yang begitu besar. Taeyong bersyukur mereka masih sempat memperbaiki segalanya. Terlambat sedikit saja mungkin mereka akan kehilangan kebahagiaan ini.

"Mereka semua tampan seperti kedua orang tuanya." Komentar Jaehyun saat memandangi ketiga Cucunya.

"Beruntung sekali ya Jeno..." Mark menimpali. Sedangkan Sungchan masih syok melihat ke tiga keponakannya yang baru lahir. Tatapan penuh kekaguman Sungchan cukup untuk membuktikan jika Bungsu keluarga Jung itu akan sangat menyayangi the triplets.

"Aku ingin menyumbang nama, tapi aku juga menyukai nama mereka yang sekarang. Aahh..." Sungchan dalam kebingungannya.



-



-



"Jaemin.... terima kasih..."

Jaemin tersenyum tipis. Di balasnya genggaman Jeno di salah satu telapak tangannya, walau terasa lemah tetapi Jeno bisa merasakannya.

"Aku berjanji, setelah ini tidak ada lagi yang akan memisahkan kita."

Jaemin mengangguk. Perjalan hubungannya dengan Jeno memang berawal dari sebuah kesepakatan.
Setelah Ibunya meninggal ia tidak pernah mengharapkan apapun dari hubungan terlarangnya dengan Jeno. Uang lelaki itu tidak pernah Jaemin gunakan setelah mereka berpisah. Ia hanya menggunakan uang yang Jeno berikan saat lelaki itu membutuhkannya. Jaemin selalu mengembalikan uang lebihan yang selalu Jeno berikan padanya tanpa Jeno ketahui, ia menaruhnya di dalam laci di ruangan tersembunyi yang berada dalam kantor lelaki itu.
Mengapa Jaemin mengetahuinya?
Tentu saja karena ia sering menginap di sana bersama sang atasan.

"Jen... maaf membuatmu harus terjebak bersamaku..."

"Tidak apa... aku menyukainya. Aku tidak akan menyesal. Terima kasih untuk tidak menyerah. Aku mencintaimu...."

Di kecupnya kening Jaemin begitu dalam. Ia sudah sangat jatuh dalam pesona Jaemin. Meski cara yang ia lakukan salah Jeno tidak menyesalinya.

"Kita akan menikah..."

"Kau serius?"

"Tentu saja. Setelah kondisimu membaik kita akan menikah."

"Jeno..."

"Ya?"

"Aku mencintaimu...."

Jeno tak bisa menghentikan garis bibirnya yang melengkung.

Di kecupnya lagi kening Jaemin lalu beralih ke bibir si manis.

"Aku ingin kita berbulan madu ke Paris."

Jaemin mengalihkan wajahnya yang tersipu.

"Mengapa Paris?"

Jeno terkekeh.

"Hanya ingin mengingat tempat di mana kita membuat si kembar."

Telinga Jaemin sukses memerah.

"Jeno!"

"Aah... sebentar, Sepertinya aku harus menghitung waktunya. Paris atau saat kita lembur lalu terjebak badai salju?"

"Jeno sudah!"

"Sepetinya saat terjebak badai salju."

"Hentikan!"


Jeno tertawa kencang. Di bawanya Jaemin ke dalam pelukan. Di ciumnya puncak kepala Jaemin terus menerus.
Betapa beruntungnya Jeno mendapatkan lelaki ini. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini dan Jeno akan melakukan yang terbaik.







-





-END-
(Kalau ada yg mau baca part mereka pas di Paris ada di akun trakteerku ya, part pas badai salju nanti ku upload di sini, masih dalam proses.)
Terima kasih sudah mampir di lapak kecil-ku ini 🙏🏻

See you~

The Rainy Night [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang