Finish

1.7K 216 15
                                    

-

-



"Jaehyun...."

"Ya."

"Lepaskan mereka. Mereka berhak mendapatkannya."

"Tentu. Tentu saja dear."



-




-




"Sampai kapan kita berada di sini? Ayo! Ikuti aku, kau ingin mendapatkan maaf apa tidak?"

"Tunggu dulu Jun. Dia terlihat bahagia. Mengapa kita harus datang dan membuat senyum itu menghilang. Dia sudah bahagia tanpa kita."

"Tapi ini tidak benar. Kita harus meminta maaf."

Renjun menarik lengan Haechan dengan kekuatan penuh.

Mendapatkan maaf ataupun tidak, Renjun tidak ingin terus bersembunyi. Ia ingin bertemu Jaemin, melepaskan rindu sekaligus menebus segala dosanya.


-


-


Seungmin menaruh dua gelas cokelat panas buatannya. Di pandanginya dua orang yang duduk di depannya dengan tatapan tajam. Setelah mendengar penjelasan dua tamu tak di undangnya ini ia cukup merasa kesal, namun mau bagaimanapun bukan hak Seungmin untuk menghakimi.

Ia menarik nafas kasar kemudian berdiri.

"Tunggu sebentar, aku akan panggilkan Jaemin."

Haechan dan Renjun saling berpandangan. Perasaan gugup menyerang keduanya. Kesalahan mereka memang fatal, itulah mengapa Haechan seperti tak memiliki nyali bertemu dengan Jaemin.


"Haechan? Renjun?"


Keduanya mengalihkan wajah. Tatapan mereka saling bertemu. Perasaan rindu ketiganya yang begitu besar saling terpancar. Seungmin meninggalkan ketiganya setelah membantu Jaemin duduk di sofa berseberangan dengan Haechan Renjun.


"Apa kabar kalian?"

Haechan rasanya ingin menangis begitupun Renjun.

"Na... maaf."

Jaemin tersenyum, senyum teduhnya membuat Haechan dan Renjun berpindah duduk mengapit Jaemin di kedua sisinya.

"Kau bisa menghukum kami. Jangan hanya tersenyum seperti itu." Kalimat Renjun membuat tangis Haechan pecah.

"Aku sudah memaafkan kalian. Di sini aku juga bersalah. Aku tidak jujur dan membohongi kalian."

"Harusnya kami mendengarkan penjelasanmu, kami tidak seharusnya menghakimimu. Kami bahkan tidak tahu kau dalam kesulitan."

Jaemin menunduk, menyatukan jemarinya di atas perutnya yang telah membesar.
"Semua telah terjadi, aku sudah menerima hukuman dari perbuatanku. Dan aku tidak menyesalinya karena Tuhan memberikanku anugerah sebagai gantinya."

Haechan tidak bisa menahan suara tangisnya. Di bawanya Jaemin ke dalam dekapan. Renjun melakukan hal yang sama. Mereka saling memeluk mencurahkan rasa.

"Kami tidak akan meninggalkanmu lagi. Mari melewatinya bersama-sama."

Renjun dan Jaemin tertawa mendengar suara sengau Haechan, mereka tidak jadi terharu tetapi malah merasa lucu. Haechan itu cengeng sekali.

"Hei kalian tidak lupa denganku 'kan? jangan tinggalkan aku di sini sendirian..."

"Seungmin-ah.... kami akan mengajakmu menderita bersama." Renjun membuka lengannya, membawa Seungmin berada diantara ketiganya.

The Rainy Night [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang