Mustafa

13 1 0
                                    

Dialah sang mahaputra.

Sang putra sulung Sultan Suleiman I, putra mahkota,

yang digadang-gadang akan menjadi penerus takhta Dinasti Utsmani. Kekaisaran agung yang berdiri berlandaskan kasih, semangat dakwah, dan keadilan tanpa batas.

Mustafa berkaca pada pantulan yang persis dengan dirinya,

"Siapa dirimu?", tanyanya. Tidak ada jawaban. Hanya hening.

Seberkas sinar mentari menyinar ruangan sunyi itu. Cat biru cerah dengan sebaris aksen keramik pada tiap sisinya. Keraguan makin terasa, walau hatinya masih, dan akan selalu menyimpan rasa cinta dan hormat yang teramat dalam pada ayahandanya.

Yahya berkata, "Tuanku, aku mengagumi cinta yang engkau miliki pada Yang Mulia. Tapi musuh-musuhmu telah membutakan Yang Mulia dari kesungguhan iman Tuanku.

Sekiranya, cobalah untuk pikirkan lagi, jika Tuanku pergi, apakah Yang Mulia masih akan mengenali Tuanku sebagai putranya?"

Mustafa tersenyum getir. "Aku tahu, Yahya", ucapnya sambil mengenakan jubahnya. Selanjutnya, ia menyampirkan pedangnya dan mengenakan penutup kepala kekaisaran. "Demi Zat yang nyawaku ada di tangan-Nya, hingga akhir hayatku, aku selalu dan akan selalu setia pada ayahanda. Aku telah menempuh berbagai cara untuk meyakinkan Yang Mulia, menghindarinya dari marabahaya, memuliakan namanya di tanah yang aku pimpin. Aku bersyukur pada dukungan masyarakat terhadapku, namun ada batasan yang tidak boleh mereka lewati, yaitu melangkahi ayahandaku atas takhtanya. Dan mereka (rakyatku) telah melewati batas itu."

Hening. Baik Yahya maupun Mustafa tak tahu lagi apa yang harus dibicarakan.

Seorang pelayan masuk dan membawa kabar dari perkemahan Yang Mulia agar Mustafa segera menemuinya. Mustafa mengangguk, dan menyuruh pelayan itu pergi. Tinggal Mustafa dan Yahya lagi.

Yahya tak sanggup membayangkan apa yang mungkin akan terjadi pada Tuannya. Dia adalah hamba yang setia pada Sultan Suleiman, namun kejadian akhir-akhir ini telah membuatnya ragu untuk membiarkan Tuannya Mustafa menemui ayahandanya. Tapi, apa yang bisa dia lakukan?

Sang Ayah yang dibutakan oleh nafsu, dan sang putra yang dibutakan oleh cinta. Kebutaan yang sama-sama membahayakan.

"Jika aku tak kembali lagi, Yahya...", ucap Mustafa. "Aku membebaskanmu. Kau adalah manusia yang bebas, tak lagi seorang budak. Kau adalah sahabatku, penasihatku, teman perjalananku. Semoga hidupmu dipenuhi kebahagiaan,"

Demikianlah, Mustafa pergi menghadap ayahandanya, untuk tak pernah kembali.

----------------------------------------------------------------

Kemurnian cinta dan rasa penghormatan pada orang tua adalah hal yang wajar terjadi pada seorang anak. Tentu, ini dipengaruhi pula pada pola asuh dan kondisi tempatnya bertumbuh. Orang tua yang mendidik dengan penuh kasih akan menghasilkan anak yang lembut dan penuh penghargaan, sedangkan yang diasuh dengan kekerasan akan menyimpan bara api dalam hatinya.

Namun, tidak semuanya semudah itu. Ada faktor lain yang juga berpengaruh besar pada kedua pihak, orang tua dan anak, yaitu masyarakat. Yang hadir sepanjang hidup mereka. Bisikan malaikat atau iblis sama kuatnya. Ketika diri kalah pada hasutan, maka tak peduli sebesar apapun ketulusan yang diberikan, sekuat apapun upaya yang dilakukan, seberat apapun beban yang ditanggung, akhirnya dia akan hancur.

Ketulusan yang dikalahkan oleh keangkuhan.


Aku doakan yang terbaik untuk semua pembacaku.

Alkisah - Essay Dumps for ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang