(Bel pulang sekolah berbunyi). Risa dan teman-teman sekelas bergegas membereskan buku-buku di meja dan dimasukkannya ke dalam tas. Sebelum pulang atau melakukan aktivitas organisasi lainnya, Risa dan teman-temannya selalu pergi ke masjid terlebih dahulu untuk melakukan sholat ashar dan melepas penat sebentar.
Risa dan teman-temannya saling bertanya tentang kegiatan apa yang akan dilakukan masing-masing setelah pulang sekolah sambil memakai sepatu di teras masjid.
"Abis ini kalian mau langsung pulang atau kemana?", tanya Risa
"Aku mau nyiapin berkas pendaftaran ekstrakurikuler sih, Ris. Kamu ?", tanya Lala
"Aku ada janji mau ketemu sama Pak Kadir"
Mereka berpisah untuk melakukan urusannya masing-masing. Risa menuju ruang guru untuk menemui Pak Kadir. Pak Kadir dikenal dengan sifatnya yang bijaksana dan pola pikir yang cukup identik dibanding dengan guru-guru lainnya. Pak Kadir selalu menerapkan metode-metode yang cukup unik dalam setiap pelajarannya. Bahkan murid-muridnya pun segan terhadap beliau. Risa merasa sangat terhormat saat Pak Kadir menemuinya dan memintanya bergabung dalam kelasnya.
Di kursi berwarna coklat dekat pintu kelas XI MIPA 2 ia duduk sendiri sembari menunggu murid lain datang. Dua murid perempuan datang menghampirinya untuk menyapa. Sepertinya mereka juga punya keperluan yang sama dengan Risa.
"Halo, Risa ya? anak kelas X MIPA 4?", tanya kakak kelas itu
"Halo, Kak. Iya saya Risa, Kakak namanya siapa?", tanya Risa sambil mengulurkan tangannya untuk berkenalan
"Aku Laras dan ini Indah, kami dari kelas ini. Yuk masuk aja dek", jawab kak Laras dengan ramah dan mengajak Risa untuk masuk ke dalam.
Risa masih merasa sangat canggung dan bingung mau ngomong apa. Kak Laras cukup pandai membuka obrolan, mereka membahas apapun yang bisa dibahas. Saking asiknya mereka tidak sadar ternyata masih ada murid lain di kelas itu yang tertidur. Seketika tawa pecah dari mereka, sangat keras wkwkwkwk.
"Rylll, pulang udah pagi!!!", Kak Laras mencoba membangunkannya dengan nada tertawa.
Namanya Deryl Prayoga. Rupanya yang cukup menawan bahkan saat setelah bangun tidur cukup membuat Risa terpesona. Mata Risa tidak terlepas satu detik pun dari Deryl. Risa memang tidak pandai menyembunyikan perasaannya. Hingga Kak Indah pun menyadarinya dan meledek Risa tanpa henti.
"Cieee Risa kenapa, matanya sampai mau copot tuh ahaha"
"Hah, emang aku kenapa kak?"
"Suka ya, Ris?"
"Hah maksudnya?"
"Merah tuh lo pipinya, Risa Risa...."
Deryl pun malu karena ada murid lain yang mengetahui perilakunya itu, karena sebelumnya hanya teman-teman sekelasnya yang tahu. Tapi kali ini, Risa. Deryl segera membereskan barang-barangnya kemudian berpamitan dengan Kak Laras, Kak Indah, dan Risa.
"Aku pulang dulu ya" Deryl, sambil tos satu persatu ke Kak Laras, Kak Indah, dan Risa.
Masih saja pandangan Risa belum terlepas dari Deryl sampai bayangannya menghilang. Sepertinya Risa memang benar-benar suka. Tapi Risa sadar diri, ia merasa tidak pantas untuk bisa dekat dengan Deryl bahkan untuk sekadar menjadi teman. Kulit hitam selalu membuatnya minder untuk dekat dengan laki-laki apalagi untuk sekelas Deryl yang tampan, putih, mancung maksimal ulala.
"Belum punya pacar kok Ris" celetuk Kak Laras tiba-tiba
"Ih kak, engga. Aku ga ada maksud sampai kesana" jawab Risa seolah mengelak
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. A
Teen FictionKetika rangkaian kata berkelut di kepala, dan mulut tidak tau cara kerjanya