"Setiap perjalan akan menemukan titik pemberhentian dan disitulah kita menemukan : RUMAH"
꧂
Jarum jam menunjukan pukul 3 sore hari, Matahari semakin turun di sudut cakrawala.
Saka dan anggota lainya baru sampai di basecamp pendakian. Anak - anak di sekitar basecamp langsung berlarin menyambut kedatangan Saka."Heii.., kak Saka datang" Teriak salah satu anak yang sedang bermain di plataran rumah dan menyampaikannya kesemua anak lainya.
Sakapun melambaikan tangan, isyarat dari teriakan bocah tersebut.
Dalam relung terdalam,Saka rindu suasana perdesaan, rindu dengan udara segar, apalagi kehangatan warga perdesaan tersebut, Saka telah jatuh hati pada tempat ini.Ini Sekian kalinya ia datang didesa ini,tahun lalu Saka dan teman teman anggota teras baca, sering sekali menggelar acara didesa ini, Bermain dengan anak anak penduduk dan Belajar bersama. Sudah menjadi kesan dalam untuk saka.
"Kak Sakka apa kabar? kak Saka bawa buku untuk kami tidak kak? " Tanya dari bocah yang begitu Akrab dengan Saka, dia bernama Reihan bocah laki laki yang tangguh.
"Halloo.. Semuanya apa kabar? Nihh tak bawain hadiah buat kawan kawan " Saka sambil mengambil sebuah kardus yang berisi beberapa buku di bak pick-up.
Saka sudah mempersiapkan semua itu, sebelum hari,ia telah mengumpulkan buku dari anggota teras bacanya.
"Wahh banyak banget kak" Ujar reihan sembari menerima kotak tersebut,anak anak lainnya langsung pada berkerumun memilih buku yang di sukainya.
Atusias membaca pada anak anak telah ia dirikan bersama teman temannya. Tak luput ia dan anggota lainnya bersumbangsih membangun sebuah perpustakan kecil kecilan di dekat basecamp.
Di tengah kerumunan anak anak,terlihat laki laki berparu baya yang dari tadi telah menanti kedatangan Saka.
"Hallo.. Nak Sakka,kabar baik?"
Sakka mendongak dan terbelalak, Langsung pelukan hangat dan cium tangan bak seorang anak kepada ayahnya.
"Pak Dewo.. Kabar baik Pak, bapak sendiri gimana kabarnya pak, maaf Pak baru sekarang saya kesini lagi"
"Alhamdulillah nak,sehat semua,toh kaki bapak sudah sembuh nak, beberapa tahun ini bapak sudah kembali meladang." Kaki pak Dewo patah tergelincir di saat memadamkan api bersama Saka dan anggota basecamp digunung merbabu kala itu.
"Ayok nak, mampir dulu kerumah bapak,ibuk pasti kangen dengan mu"
"Enjihh pak, nanti saya kesana pak".
Belum sempat berlama lama dengan pak Dewo dan membantu anggota lainnya untuk menurunkan barang bawaan. Terdengar terikan segerombolan bocah yang sudah siap menantang Saka.
" Kak Sakka, mari kak main bola bersama kami.." Sakkapun langsung berpamitan dengan Pak dewo langsung berlari bersama anak anak.
"Lihat tuhh. Sakka kalau dah begini kita ndak bisa menggangu waktunya.dia kayaknya sudah rindu banget sama desa ini." Ucar abdul kepada Dudi.
"Dahh kita turunkan ini semua dan kita gabung dengan mereka, aku sudah gatel dul sudah lama tidak menendang bola.” Dengan cepat Abdul dan Dudi menurunkan barang bawaannya.
Hari semakin temaram, senja mulai bermega menguning keemasan. Keseruan mereka telah mengalahkan bising kota, bising orang orang perkantoran dan mall mall di kota sana.
Kehangatan dan ketenangan seperti apa yang tidak di dapatkan di desa.Sakapun berhenti di tengah permainan, beristirahat sejenak sambil mengamati teman teman anggotanya bermain dengan anak anak warga lokal.
Ia rebahkan badan di rerumputan dan melihat buku bersampul merah di sampingnya, lalu ia mengambilnya dan membenarkan posisi nya.
Mebuka halaman yang kosong.
Lalu ia sempatkan menulis di setiap momentum yang terjadi.Bagi ia menulis adalah bagian dari mengabadikan diri. Kebanyakan orang memilih untuk foto selfie untuk mengabadikan diri. Tapi tidak dengan Saka.
"Mereka ( anak - anak / adik - adik kita) adalah bayang - bayang akan bagaimana nasib negri ini kelak.
Mereka harus belajar menyeimbangkan dan membiasakan diri untuk mampu bertahan hidup di luar fasilitas yang biasa mereka 'Tuhan'kan.
Dari kesenian dan alam, anak anak akan 'digurui' oleh pengalaman - pengalaman, bahwa menikmati proses adalah hal utama di balik segala pencapaian. ”
Lelaki jingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
LELAKI JINGGA
Teen FictionCerita ini mengisahkan seorang lelaki berdarah Jawa,ia sangat gemar berpetualang dan menulis setiap momentum yang ia temui di perjalan. Hingga Semesta menuntunnya menemukan cinta yang baru untuk perjalan terakhirnya.