Part 1

163K 6.4K 420
                                    

Baru hari pertama ia mengajar di kampus itu, Granat Azeriyo sudah menjadi buah bibir para mahasiswi di Universitas Elit salah satu kota tersebut, terutama para gadis-gadis yang menempuh pendidikan di sana.

Parasnya yang rupawan membuat laki-laki ini banyak digandrungi oleh kaum hawa yang ingin sekali memiliki dirinya. Namun sayangnya Granat Azeriyo tidak tertarik kepada mereka.

Umurnya yang masih terbilang cukup muda yaitu 27 tahun sudah meraih pencapaian akademik dan prestasi yang sangat tinggi membuat dirinya di perkerjakan sebagai dosen di Universitas itu. Bahkan Granat menjadi salah satu dosen termuda di kampus tersebut.

Tepat pada pukul 10:00 pagi, Granat Azeriyo sudah sangat sibuk di dalam ruangannya untuk mempersiapkan diri. Karena sebentar lagi dia akan mengajar di salah satu ruangan. Pria itu sangat bersemangat dalam melakukan pekerjaannya.

“Bismillah ... Semoga hari pertama saya bekerja dilancarkan oleh, Tuhan,” ucapnya seraya memejamkan mata.

Dosen muda itu segera keluar dari ruangannya menuju tempat ia mengajar. Sepanjang perjalanan menuju ruangan kampus, Granat diperhatikan oleh semua mahasiswi yang ada di sana.

“Pagi, pak.”

“Pagi, pak. Ganteng banget.”

Senyuma Granat terukir jelas, apalagi ketika mendengar pujian dari beberapa gadis-gadis itu.

“Pagi, pak.”

“Manis banget deh.”

Seketika saja para mahasiswa laki-laki yang menempuh pendidikan di kampus itu bersikap seperti perempuan. Di mana mereka menggosipkan dosen muda tersebut karena merasa tersaingi dengan ketampanan dari seorang Granat Azeriyo.

Keramahan dan memiliki ciri khas senyuman yang sangat manis membuat gadis-gadis di kampus tersebut semakin mabuk kepayang. Bahkan para mahasiswa laki-laki menjadi iri kepada Granat Azeriyo karena para wanita terlalu mengagungkan dirinya.

[] [] []

Sesampainya di dalam ruangan, seorang gadis sudah menarik perhatian Granat Azeriyo. Bulu mata yang begitu lentik membuat Granat enggan berpaling dan terus saja menatap wanita itu.

Tiba-tiba saja raut wajah Granat Azeriyo menjadi datar saat mahasiswi semester 7 tersebut menatapnya dengan tatapan sinis. Granat pun mengernyitkan dahinya sambil terus menatap Ayriszya Salsabila
hingga ia duduk di kursi yang sudah tersedia.

“Kamu.” Granat menunjuk kearah Ayriszya.

“Saya, pak.”

“Kamu pindah ke depan,” perintah Granat yang menyuruh gadis itu untuk berpindah tempat duduk tepat di hadapannya.

“Tapi pak, saya pengennya duduk di sini,” ucap Ayriszya.

“Kamu tidak dengar apa yang saya katakan?” tanyanya. “Pindah sekarang,” perintah Granat lagi.

“Saya gak mau, pak,” tolak Ayriszya dengan suara lembutnya.

Ayriszya lebih nyaman duduk di belakang dibandingkan didepan. Apalagi dia bisa berdekatan dengan kedua sahabatnya, yaitu Kayra dan Chika. Jadi otomatis sangat mudah untuk mengobrol dengan kedua wanita itu disaat dosen sedang menjelaskan didepan sana.

Istriku Seorang MahasiswiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang