[02] SISI LAIN QUEEN BEE

4 1 0
                                    

"Kalian semua mengetahui kehidupan seseorang hanya dengan satu sisi saja, tanpa mengetahui sisi lain dari seseorang tersebut".

Queen Bee,-

***

Sepi. Itulah yang ia rasakan setiap harinya dirumah yang besar ini. Hanya ada beberapa maid yang berjalan kesana kemari membersihkan setiap sudut rumah besar ini.

Ia hanya bisa menghela nafas berat sambil terus menuruni tangga dengan langkah beratnya.

"Eh non udah mau berangkat non? Mau sarapan dulu?" tanya bi Sum ART yang sudah bekerja sejak ia lahir bahkan bi Sum 'lah yang merawatnya selama ini.

"Iya bi" jawabnya pelan dan berjalan menuju ruang makan.

Kosong. Selalu saja seperti ini, kapan kursi meja makan ini akan terisi oleh pemiliknya. Sedari kecil ia selalu bertanya kepada bi Sum, kapan kursi meja makan ini akan diisi oleh pemiliknya lagi. Dan bi Sum selalu menjawab "Akan ada saatnya non, non harus bersabar ya".

Sabar? Huftt ia selalu sabar dan menunggu saat itu tiba. Tapi sudah bertahun-tahun ia tunggu, tak pernah datang saat yang ditunggu itu.

"Ingin sarapan dengan apa non?" ucapan bi sum membuat ia tersadar dari lamunannya.

"Bi-- kapan ya mereka duduk lagi disana?" gumamnya dengan kepala tertunduk.

Bi Sum yang melihat nona'nya mulai murung'pun berjalan mendekat dan mengelus kepala belakang sang nona yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri. "Nona harus bersabar, mereka pasti pulang" ucapnya menguatkan.

"Tapi kapan bi? Sudah bertahun-tahun Ica nunggu mereka pulang, apa mereka ngga kangen sama Ica? Apa Ica buat kesalahan ya, sampai mereka ngga peduli sama Ica kaya gini?" lirihnya dengan air mata di pelupuk matanya.

Bi Sum hanya bisa mengusap kepala dan punggung sang Nona berusaha menguatkan. Ia turut prihatin dan ikut sedih dengan kehidupan yang nona'nya jalani ini. Tapi mau bagaimana lagi, ia hanya seorang ART yang tidak bisa bertindak apa-apa.

"Apa Ica mati aja ya bi, supaya mereka peduli sama Ica?"

"Ngga non jangan bicara kaya gitu, percaya sama bibi. Mereka pasti akan pulang dan peduli dengan non".

"Tapi ica lelah bi, Ica juga ingin seperti remaja diluaran sana yang selalu dimanja dan disayang. Dipeluk'pun Ica belum pernah hiks" lirihnya dengan tangis.

Grepp

"Kan ada bibi non yang selalu ada untuk non, kapanpun non membutuhkan bibi, insyhaallah bibi akan selalu ada untuk non." Ucapan bi Sum membuat sang nona mendonggakkan wajahnya dan memeluk bi Sum. "Makasih bi, Ica sayang bi Sum!".

Ia sangat tahu bagaimana kehidupan nona'nya sedari kecil, Ica atau Clarissa kecil yang seharusnya dijaga, dibimbing dan disayang oleh kedua orang tuanya malah di biarkan hidup ditemani oleh ART dan supir saja tanpa orang tua.

Ica kecil yang ketika pulang sekolah selalu melihat teman temannya yang pulang dijemput oleh ibu atau ayah mereka dan tertawa bersama, sedangkan ia hanya dijemput oleh Pak Bowo supir pribadi sekaligus suami Bi Sum.

Terkadang, ia iri dengan mereka. Ia juga ingin merasakan hangatnya sebuah keluarga. Ia ingin tahu rasanya dipeluk oleh mamah dan papahnya. Ia ingin rasanya memiliki keluarga yang hangat.

Pernah suatu ketika saat mamah dan papahnya pulang ke rumah, membuat Ica kecil berjingkrak senang. Tetapi sesaat kemudian, ia kembali murung. Karena mereka pulang hanya untuk  mengambil beberapa berkas yang tertinggal, setelah itu mereka pergi kembali.

I'm A Queen Bee [CLARISSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang