🎑
"Jadi mau lanjut di mana, Dir?"
Perempuan yang ditanya itu mengangkat kepalanya, kemudian menghembuskan napasnya kasar. "Di mana pun asal ga ada Jehian." Selalu kalimat itu yang keluar dari mulutnya setiap ia ditanya kemana akan melanjutkan sekolahnya setelah lulus SMP.
Karena Andira muak melihat laki-laki bernama Jehian itu. Karena Andira tidak ingin berada dalam satu lingkungan yang sama dengan Jehian lagi. Dan Karena Andira sangat membenci Jehian.
"Lo bener-bener sebenci itu sama Jehian, Dir?"
"Hm, sebenci itu," balas Andira.
Jehian. Bagaimana Andira tidak membenci laki-laki itu, kalau karena Jehian, Andira kehilangan kasih sayang mamanya, Andira kehilangan kebebasannya. Karena Jehian, Andira harus belajar 16 jam sehari, Andira bahkan dibenci oleh teman kelasnya sendiri karena sikap gadis itu yang terlalu ambisius dan kompetitif. Karena Jeihan, Andira tidak bisa merasakan indahnya masa-masa sekolah.
Andira masih ingat jelas, bagaimana mamanya memarahinya habis-habisan saat ia hanya mendapat rangking dua umum di semester satu kemarin. Andira masih ingat jelas, bagaimana mamanya memandangnya penuh amarah saat ia masih bertahan pada rangking duanya di semester dua.
Andira masih ingat jelas, bagaimana ia dipaksa mengikuti berbagai les privat sepulang sekolah agar ia bisa merebut posisi si rangking satu, Jehian. Andira pun masih sangat ingat, bagaimana ia dikurung dalam rumah besarnya selama dua minggu penuh bersama buku-buku pelajaran yang membuat gadis itu mual bahkan sampai mimisan.
"Hanya merebut posisi anak itu saja kamu ga bisa. Apa sih yang kamu bisa, Dir?"
Sesungguhnya, Andira tidak pernah mengerti akan obsesi mamanya yang ingin melihatnya selalu menjadi yang pertama. Andira tidak pernah mengerti kenapa mamanya tidak pernah bisa merasa puas atas nilainya yang mendekati sempurna itu. Padahal, meski hanya rangking dua, Andira sangat pantas dan berhak mendapat pujian dari mamanya sendiri.
"Gue masih ga ngerti lho, Dir. Masa cuma persoalan rangking, lo jadi sebenci itu sama Jehian. Padahal dia ga salah apa-apa lho sama lo."
Andira mengulas senyum tipisnya. Meski Meta satu-satunya yang masih sudi berbicara dengannya di antara semua teman kelasnya yang lain, pada dasarnya, Meta pun sama. Sama-sama menganggap dirinya sangat berlebihan.
Tidak apa. Mereka hanya tidak tahu. Bahwa Andira hanya ingin kembali merasakan kasih sayang mamanya, dielus kepalanya sebelum tidur juga dihadiahi pelukan hangat saat ia sedang sedih. Andira hanya ingin mamanya yang dulu kembali, yang selalu menatapnya dengan sorot hangat penuh kasih, bukan tatapan sinis dan tajam seperti yang selalu Andira dapatkan selama tiga tahun belakangan. Hanya itu.
Dan... untuk mendapatkan semua itu, Andira harus menjadi nomor satu.
🎑
Senin, 25 April 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Ambang Karam
Teen Fiction"Lo pengen jadi orang tua yang gimana, Dir?" Perempuan yang ditanya itu mengulas senyum tipis, lalu, berdehem singkat sebelum mulai bersuara. "Gue pengen banget jadi orangtua yang setiap hari ga segan buat meluk dan bilang sayang ke anak-anak gue, g...