02

601 83 0
                                    

"Chenle, jung chenle bangun" haechan yang berada di samping kasur chenle mulai menepuk bahu calon tunangannya itu.

Pemuda manis yang sedang haechan bangunkan hanya menggeliat membuat haechan terkekeh. "Seo chenle bangun, hyung akan mengajakmu ke taman" pemuda yang sedang bergelung dengan selimutnya itu sontak duduk dengan tegap.

"Pelan pelan sayang" peringat haechan sambil mengelus surai lembut chenle. "Aku sudah bangun Hyung! Aku akan segera bersiap" celetuknya semangat membuat haechan tersenyum.

Pemuda manis dengan suara lumba lumba itu segera berdiri menuju kamar mandi. "Hyung tunggu dibawah bersama bubu" pekik haechan sebelum keluar dari kamar chenle.

"Bubu" panggil haechan sembari mendekati taeyong, ibu chenle. "Sarapan?" tawar taeyong dan dibalas gelengan oleh haechan.

"Tidak bubu, haechan mau ajak chenle ke taman apa boleh?" tanya haechan balik. "Tentu saja, jangan terlalu lama ya chanie, chenle akan menghadiri Festival sungchan" ucap taeyong.

"Iya bubu, nanti echan bawa chenle ke tempat festival sungchan" jawab haechan. Keduanya terus berbincang dengan hangat, haechan memang selalu jadi bagian dari keluarga Jung.

"Ngapain pagi pagi udah ada disini?" seseorang menginterupsi membuat haechan menoleh. "Mau ajak adek lo jalan" jawab haechan santai. "Jangan lama lama, jangan sampe lecet, jangan dibikin nangis" peringat pemuda di depan haechan.

"Gue ga sejahat lo" jawab haechan masih tetap santai. "Whatever, intinya jangan sampe adek gue luka" ucap mark, mantan kekasih haechan.

"Santai" jawab haechan tidak ingin memperpanjang bacotan mereka. "Hyung!" haechan menoleh kemudian tersenyum dengan manis.

"Sudah siap?" tanyanya dan dijawab dengan anggukan semangat. "Bubu, echan pergi dulu" ucap haechan kemudian segera bangkit dan menggandeng chenle. "Dadah bubu, makeu Hyung" pamit chenle sebelum menghilang bersama haechan.

Keduanya berjalan dengan santai menuju taman terdekat. Saat mark sedang sibuk dulu, chenle selalu mengajaknya kemari. "Hyung" panggil chenle pelan sembari menarik pelan lengan haechan.

Pemuda tan itu menoleh dan terkekeh melihat chenle yang sedang menatapnya dengan binar penuh harap. "Ice cream vanila dengan saus coklat dan oreo? segera pangeran" ucap haechan kemudian menarik chenle menuju sebuah kedai es krim langganan keduanya.

Duduk di samping jendela sembari berbincang dengan hangat. Kejadian ini bukan pertama kalinya bagi keduanya, tapi sering saat mark sedang sibuk dulu.

"Lele, kamu terima aja kan perjodohan kita?" tanya haechan takut takut. Sebenarnya haechan terpikir ucapan jaemin beberapa waktu lalu. "Iya hyung, chenle terima kok, pilihan bubu dan daddy selalu yang terbaik" ucap chenle dengan senyum cerah.

Haechan terkekeh kemudian mengusap surai lembut chenle. Pemuda tan itu hobi sekali, karena rambut fluffy chenle yang menggoda tangannya untuk mengelus.

"Hyung" panggil chenle ragu ragu membuat haechan tersenyum dengan lembut. "Hm?" jawaban singkat yang membuat chenle salah tingkah. "Apa---- apa hyung benar benar mau di jodohkan dengan lele?" tanya pemuda manis itu.

Haechan terkekeh kemudian menepuk kursi di sebelahnya. "Kemari" panggil haechan dan dituruti oleh chenle. Pemuda tan itu memeluk chenle dengan erat segera setelah chenle duduk.

"Kenapa tidak? Kamu lebih baik" ucap haechan dalam pelukan hangatnya. Chenle hanya mengangguk dengan wajah yang memerah. Tak lama, tepuk tangan terdengar dari penjuru kedai.

Keduanya menatap bingung, lalu salah seorang pengunjung angkat bicara. "Akhirnya kalian berbaikan, aku sedikit khawatir melihat kalian sepertinya saling merajuk tadi" haechan terkekeh kemudian kembali mengelus surai chenle.

"Terimakasih atas perhatiannya noona, pacarku ini galak sekali kau tau" jawab haechan dengan rengekan di akhir. "Hyung!! Mana ada noona, Hyung yang menyebalkan" bela chenle membuat pelanggan lain terkekeh melihat keduanya.

"Iya sayang, maaf ya" ucap haechan kemudian memeluk chenle dengan erat. "Manisnya percintaan anak muda" celetuk ahjumma pemilik kedai es krim.

"Ahjumma aku undang di pertunangan ku dengannya mau kan?" ucap haechan tiba tiba. "Omo! Kalian akan bertunangan?" ucap pemilik kedai itu terkejut.

"Nee ahjumma, aku takut pemuda manisku diambil oleh yang lain, lagipula kedai ahjumma adalah saksi bisu jalan percintaan ku dengannya" jawab haechan lugas. Chenle memerah dalam pelukan haechan dan sesekali menggerutu.

"Hyung aku malu" rengek chenle membuat haechan tertawa. "Baiklah ahjumma, sepertinya calon tunangan ku malu" ucap haechan kemudian menggiring chenle keluar dari kedai es krim diiringi kekehan pengunjung.

"Festival sungchan?" ucap haechan berusaha membuat rasa malu chenle menguap. "Ung, chenle tidak ingin melewatkan festival sungchan Hyung" jawab chenle.

Keduanya kembali ke rumah keluarga Jung untuk mengambil mobil haechan. "Sayang" panggil haechan tiba tiba saat keduanya dilanda keheningan saat di dalam mobil.

"Ada apa hyung?" tanya chenle. "Kita langsung menikah saja bagaimana?" celetuk haechan. Chenle terdiam, memikirkan sesuatu untuk dijadikan alasan. "Bukankah bubu bilang lebih menyenangkan berpacaran setelah menikah?" ucap haechan lagi.

"Chenle.... Ikut kemauan bubu dan daddy saja hyung" jawab chenle. "Jung chenle, kau tau kan? sekali milikku, maka akan tetap milikku" ucap haechan dengan aura posesif yang menguar. "Iya hyung" jawab chenle dengan senyum kecilnya.

Chenle selalu mengidamkan ini, seseorang yang mengklaim dirinya dengan yakin dan penuh tekad. Seseorang yang akan menjaga dan memperlakukannya layaknya ratu. Seseorang dengan perlakuan terbaik. Dan haechan adalah jawabannya.

"Anak pintar" ucap haechan sambil meraih tangan chenle untuk di genggam. Seo posesif haechan sudah terlihat dan akan terus terlihat untuk selalu menetapkan bahwa Jung chenle adalah miliknya seorang.

cutie fams (hyuckle) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang