Mentari pagi bersinar, keluarga Jung kali ini sedang sarapan sebelum memulai hari yang melelahkan lagi. "Pagi" sebuah suara menginterupsi mereka. Seorang pemuda berkulit tan dengan senyum secerah mentari pagi masuk. "Duduk Chan" ucap Jaehyun mempersilahkan calon menantunya. "Iya dad" jawab Haechan menurut kemudian duduk di sebelah Chenle. Pemuda itu tentu tidak diam melihat betapa gemasnya calon tunangannya saat makan.
Mencolek lengan Chenle, menoel noel tangannya, meniup anak rambut Chenle dan masih banyak lagi. Chenle yang diganggu pun akhirnya risih dan menatap Haechan tajam. Bukannya takut atau menghentikan aksinya, Haechan memekik gemas kemudian memeluk Chenle erat dan menggigit pipi bakpao Chenle. "BUBU TOLONG LELE > ~ <" pekiknya kala Haechan tak kunjung melepaskan pelukannya. Yang melihat hanya terkekeh gemas melihat tingkah keduanya.
Tak ada niat untuk menghentikan aksi Haechan dan membiarkan Chenle memukul Haechan dengan brutal. Setelah beberapa saat, Chenle akhirnya bebas dari pelukan maut Haechan dan kembali makan. Chenle dengan cemberut meletakan piring kotornya di wastafel dan segera berlalu. Merajuk rupanya. Haechan mencebik kemudian segera menyusul pemuda manis itu. Ternyata putra bungsu Jung Jaehyun itu sedang berusaha naik ke sepeda motornya.
Tertawa dengan pelan, Haechan mendekati Chenle dan membantunya naik. "Terus Hyung gimana?" Tanya Haechan saat sadar dirinya tak bisa naik. Chenle hanya melotot lucu kemudian mendengus acuh. Haechan meringis melihat Chenle yang sedang merajuk. Bersusah payah untuk naik ke atas motornya, akhirnya keduanya pun segera berangkat. Keduanya sampai di sekolah, Haechan segera memberi tahu Chenle untuk menunggunya saat istirahat dan jam pulang.
Tak lupa membubuhkan kecupan manis di keningnya yang mana membuat Chenle memerah padam. Pemuda manis itu segera berlalu dengan sedikit berlari. Haechan terkekeh di tempat melihat tingkah manis Chenle. "Jangan senyum terus, kering noh gigi Lo" ucap Jaemin yang baru datang dan segera menggeplak bahu Haechan. "Biasa bucin" jawab Renjun yang ikut menimbrung. "Bacot, perlu kaca kayanya kalian" ucap Haechan kesal kemudian berlalu menuju kelasnya.
Bel pelajaran berbunyi, Haechan menatap malas pada guru yang sedang mengajar di depan. "Pak! Adu panco sama saya, kalau saya menang kita istirahat duluan, kalau saya kalah pr 15 lembar buku tulis" ucap Haechan. "Oke" jawab guru itu dengan smirk yang tercetak jelas di wajahnya. Siswa dan siswi lain hanya menatap dan mulai membereskan meja mereka bersiap untuk istirahat lebih awal. Mengingat Haechan adalah pentolan sekolah dan ketua dari ZE.
Haechan meregangkan otot tubuhnya, bersiap untuk adu panco demi istirahat lebih awal. Meja sudah diatur sedemikian rupa oleh teman temannya. Pemuda Tan itu tersenyum remeh kemudian mulai menjulurkan tangannya. "Ayo pak" tantangnya dan langsung disambut oleh sang guru. Tangan keduanya sudah bertaut dan kini mencoba saling mendorong. Kekuatan Haechan tak main main, namun kebodohannya saat ini adalah lupa bahwa dia belum sarapan dan cukup lemas. Tangan sang guru sudah hampir menyentuh meja tetapi Haechan sangat lemas.
Yangyang berkeringat dingin memikirkan cara agar Haechan menang dan segera istirahat. "CHAN! CHENLE BILANG I LOVE YOU" teriaknya lantang membuat Haechan terlonjak kaget dan tanpa sengaja menekan (menghantamkan) tangan gurunya ke meja. "SERIUS?" tanya Haechan sumringah, bukannya jawaban yang ia terima namun sorakan heboh yang terdengar. "ASIK ISTIRAHAT" Pekik teman teman Haechan membuat pemuda itu mendengus malas.
Bel istirahat masih setengah jam lagi, namu kelas Haechan sudah lebih dulu istirahat. Ya tentu saja karena taruhan yang Haechan buat di tengah kebosanannya. Sekarang pemuda Tan itu tengah melamun di kantin sambil menunggu jam istirahat. Satu persatu murid mulai keluar dari kelasnya menuju kantin dan menatap Haechan heran. Biasanya pemuda itu akan bersama anggota ZE dan berbincang-bincang. Namun kini pemuda itu tengah sendirian.
Saat sedang asik melamun, seorang siswi menepuk pundak Haechan cukup keras. "Apaan anjing" pekik Haechan kesal saat fantasi liarnya mengenai Chenle terganggu. Sial, padahal tadi dia sudah hampir bisa membayangkan tubuh mulus Chenle. "Hehehe" siswi itu Jeon Somi, teman sekelas Chenle. "Mana Chenle?" Tanya Haechan padanya namun tak kunjung dijawab. "Woy!" Teriak Haechan tepat di depan wajah Somi membuat perempuan itu berjengit kaget. Anggota ZE mulai berdatangan, memperhatikan keributan yang dibuat oleh Haechan.
Tanpa aba aba, Somi mencium pipi Haechan membuat pemuda itu spontan mendorongnya hingga jatuh tersungkur dan segera menggeram marah. Mengusap kasar pipinya yang selesai dicium Somi dan segera beranjak pergi menuju kelas Chenle. Sementara Somi bangun dengan susah payah dan menepuk nepuk bagian belakang roknya. "Bayaran gue harus tinggi, duh pantat mulus gue" gerutunya kesal. "siapa yang nyuruh Lo?" Tanya Felix salah satu anggota ZE. "Diem, jangan ngamuk dulu, ikut gue" ucap Somi sambil berlari menuju ke arah Haechan pergi.
Semua anggota ZE mengikuti Somi dari belakang. Kini Haechan sudah sampai di kelas Chenle, mendobrak pintu itu dan mengedarkan pandangannya mencari Chenle. Segera setelah menemukan pemuda manisnya, Haechan segera mendekat dan memeluk Chenle erat. Membenamkan wajahnya di ceruk leher Chenle dan mulai menangis. Chenle yang bingung mencoba membuat Haechan duduk di kursi dan memeluk perutnya. "Hyung kenapa?" Tanya Chenle dengan tatapan bingung sambil menangkap wajah memerah Haechan.
"Kenapa Hyung?" Tanya Chenle sambil menahan tawanya melihat wajah gemas Haechan. Sedangkan yang ditanya mencebikan bibirnya dan mengeratkan pelukan pada pinggang Chenle. Hidung dan pipinya memerah juga air mata yang sudah siap tumpah. "hiks.. tadi, tadi hiks..." Ucap Haechan terbata bata membuat senyum Chenle terbit. "tadi kenapa Hyung?" Tanyanya lagi. Tangis Haechan tumpah, merengek dan menangis pada Chenle yang gemas padanya. "Hiks...tadi Somi cup disini" adunya sambil menunjuk pipinya dengan tangisan yang makin menjadi.
"Ga sukaaa, mau Chenle yang cup disini" ucapnya lagi dengan air mata yang terus turun. Suara tawa meledak dari arah pintu kelas. Disana Somi juga anggota ZE tengah menonton si pentolan sekolah tengah mengadu dan menangis. "Hiks... Sayang, marahin Somi" ucapnya merengek membuat Chenle gemas setengah mati. Chenle menoleh dan memberi jempolnya pada Somi dan memperlihatkan ponselnya yang sudah ada tanda bukti transfer.
Somi memekik girang dan melayangkan flying kiss yang mana itu terlihat oleh Haechan. "Hiks... HUWAAAA" tangis Haechan makin kencang kala melihat Chenle tersenyum pada Somi. "Loh? Hyung kenapa" tanya Chenle panik kala suara tangis Haechan makin keras. "Hiks... SOMI JAUH JAUH HUWAAA" Somi kelabakan dan segera menjauh, yang penting uang nya sudah masuk. Akhirnya Somi bisa mendapat uang jajan lagi.
"Somi udah jauh, kenapa Hyung?" Tanya Chenle lagi membuat Haechan mencebik dan melotot marah. "Jangan! Hiks... Ga boleh senyum senyum ke Somi!! Ga suka! Ga boleh! HUWAAAA" Chenle tertawa dan segera memeluk Haechan dengan erat. "Ya Tuhan, tahan kami biar ga nikung Jung Chenle" ucap Felix dan diangguki oleh anggota ZE yang lain. "Iya ga senyum lagi, terus sekarang mau ngapain? Masih mau nangis?" Tanya Chenle mencoba meredakan tangis Haechan.
"Kiss Hyung dulu!! Cepet" pekik Haechan sambil menunjuk pipinya. 'cup' tangis Haechan mereda kala bibir Chenle mendarat dengan lembut di pipinya. "udah?" Tanya Chenle dengan sabar dan diangguki oleh Haechan. "Yaudah ayo ke kantin" ajak Chenle pada Haechan. "Ngga mau, nanti ketemu Somi, disini" rengek Haechan dan ditanggapi dengan helaan nafas Chenle. Mata Haechan kembali berkaca kaca. "Hiks... Lele ga suka?" Tanyanya siap menangis kembali. Doakan Chenle untuk tidak mentertawakan atau menggigit Haechan karena sepanjang hari itu dihiasi oleh Haechan yang merengek dan manja padanya. "Pentolan sekolah apanya, orang kaya bocil gini" celetuk Chenle yang mana membuat Haechan kembali menangis. Poor Chenle.
KAMU SEDANG MEMBACA
cutie fams (hyuckle)
FanfictionHanya perjalanan juga keseharian chenle yang berubah karena adanya perjodohan dengan mantan sang kakak.