Chapter 3

336 69 1
                                    

Dua tahun kemudian.

Langkahnya yang tegas dan seksi itu membuat hampir semua pria yang dilewatinya melemparkan sekedar lirikan pada kaki jenjang dan pinggulnya. Berlenggok sambil menyeret koper seperti itu, siapa yang tidak tergoda?

“Kau membuat mata semua pria keluar dari tempatnya, Sakura.”

Sang Pemilik nama melirik wanita muda di sebelahnya sebelum menyeringai.

“Memang apa yang aku lakukan? Bukan salahku kan?”

Yamanaka Ino, gadis yang menegurnya hanya berdecak.

“Terserah kaulah,” acuhnya sebelum kembali memasang wajah berbinarnya. “Akhirnya aku ke Jepang! Aku sudah bosan hidup dengan Si Perjaka Tua Kakashi yang galak itu!”

Sakura terkekeh mendengarnya sebelum kembali fokus melangkahkan kakinya menuju pintu keluar bandara itu. ingatannya kembali mengembara pada sosok Kakashi, mentornya dan Ino yang mengajarinya segala teknik bertarung. Ia memang sudah terlatih, namun Tsunade sepertinya ingin mengajarkan sesuatu padanya.
Melatih pengendalian emosinya.
Yah, tentu saja. Mengingat kesalahan masa lalunya, itu memang layak ia lalui. Dan kini ia sudah bisa melihat hasilnya. Ia memang masih menyimpan dendam di hatinya. Tapi tidak terlihat di luar. Kepribadiannya kini berbanding seratus delapan puluh derajat dari saat ia masih menjadi pasukan pengaman Perdana Menteri. Tsunade-sama pasti akan kaget melihat perubahannya.

Tiba-tiba lamunannya buyar oleh kegaduhan yang terjadi tak jauh dari mereka. Belum sempat otaknya memproses apa yang terjadi, tubuhnya terhuyung ke samping dengan sebuah tangan melingkar di lehernya. Ia merasa dinginnya moncong Revolever dipelipisnya. Dari sudut matanya, ia bisa melihat Ino juga mengalami nasib yang sama.

Kacamata hitamnya menyamarkan lirikannya yang sedang menjelajah untuk mempelajari keadaan di sekitarnya. Ada empat orang pria dengan dua diantara mereka sedang membekapnya dan Ino. Satu tembakan ke udara membuat orang-orang di tempat itu menjerit panik dan langsung menundukkan badan mereka.

"Berhenti di tempat kalian!"

Orang yang membekapnya berteriak pada segerombolan orang bersenjata di depan mereka. Sepertinya adalah pihak kepolisian. Sakura melihat sang pemimpin yang mengancungkan senjatanya ke arah mereka.

"Siapkan pesawat untuk kami, atau dua wanita ini akan berakhir menjadi mayat di hadapan kalian!"

Oh, jadi mereka sedang di sandera? Sakura mendengus antara geli dan jengkel. Mengganggu saja.

"Kapten, apa yang harus kita lakukan?!"

Sakura kembali menatap sang pemimpin polisi yang memasang wajah datarnya namun terlihat bahwa ia sedang berpikir keras.

"Kapten?!"

Dasar lambat. Sakura menggerutu dalam hati. Masa hanya masalah seperti saja tak bisa diatasi dengan cepat.

"Diamlah! Aku sedang–"

Buagh!

Terlalu lama.

Sakura yang sudah terlalu tak sabar, dengan cepat menyikut lelaki dibelakangnya, mencekal tangannya yang menggenggam Revolver kemudian memelintirnya. Tubuhnya berputar cepat seiring dengan gerakannya memelintir lalu merebut senjata di tangan pria itu sebelum kemudian menendang rahangnya dengan kuat.

Stilleto lima belas senti dan rok pendek setengah paha tak menghalangi gerakannya. Ia bahkan tak mempedulikan raut terkejut dari sang pimpinan polisi. Dengan cepat, ia menembak tangan dua pria lainnya lainnya yang mencoba menembaknya. Teriakan kesakitan mengiringi tumbangnya tubuh mereka dengan lengan yang berdarah. Sakura mengembalikan fokusnya pada pria yang menyekap Ino.

Bad GuysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang