Chapter 2

351 74 6
                                    

Sakura membuka matanya pelan. Seberkas cahaya putih membuat pandangannya tidak jelas. Ada dimanakan dia sekarang? Apa ia sudah berada di neraka?

“Sakura, apa yang kau rasakan? Kau bisa mendengarku?”

Sakura menatap sosok cantik berjubah serba hitam di depannya. Siapa dia? Apa dia malaikat kematian?

“Kau masih hidup, Sakura.”

Seolah mengerti isi pikirannya, suara itu menembus gendang telinganya an membangkitkan kesadarannya seketika. Ia  masih hidup?

“Apa yang terjadi padaku?”

Sakura berkata lirih dan disambut dengan senyuman oleh Sang Wanita.

“Aku menyelamatkanmu. Kau koma selama seminggu.”

Sakura menatap kosong padanya. Ia kenal siapa wanita itu. Sosok yang menjadi jawaban tentang keberadaannya sekarang. Jadi benar ia masih hidup? Ia tidak mengharapkannya. Untuk apa? Untuk menjadi seonggok sampah negaranya dan hidup seperti zombie?

“Untuk tujuan apa kau menyelamatkanku?”

Wanita itu tertawa mendengar pertanyaan yang sebenarnya tak pantas diucapkan bagi seseorang yang baru saja bangun dari komanya.

“Ternyata benar yang kudengar tentangmu. Kau sangat cerdas.”

Sakura tidak menjawab. Pujian dari mulut wanita itu sudah tidak ada artinya lagi baginya. Masanya di atas angin sudah berlalu. Sudah tidak ada tempat lagi untuknya.

“Sangat disayangkan kecerdasanmu bisa dimanfaatkan orang lain. Aku tidak tahu kau begitu ceroboh?”

Sakura masih diam dengan pandangan kosongnya. Ia masih belum menangkap maksud dan tujuan wanita ini menyelamatkannya. Jadi ia tidak mau membuang-buang waktunya untuk berdebat. Sang Wanita yang melihat kediamannya sontak menghilangkan senyum lebarnya berganti dengan senyum simpul penuh simpati. Dan Sakura tidak suka itu. Ia benci dikasihani.

“Aku ingin menawarkan sebuah kerjasama–”

“Jika itu yang kau inginkan, aku menolak. Kau bisa membunuhku kalau kau mau.”

Wanita pirang itu tersenyum miring. Gadis yang benar-benar menarik. Sangat memegang pendiriannya. Ia bisa menjadi pihak yang sangat setia setelah belajar dari semua kesalahan yang pernah ia lakukan.

“Kalau aku mengatakan ayahmu dijatuhi hukuman mati karena menanggung kesalahanmu, apa kau akan berubah pikiran?”

Sakura benar-benar syok mendengar kalimat yang baru saja masuk gendang telinganya itu. ia menoleh cepat menatap manik madu di hadapannya itu dengan pandangan tidak percaya.

“Apa maksudmu?!”

Wanita itu menghilangkan senyumannya dan menatap Sakura serius.

“Uchiha Fugaku. Setelah insiden pembunuhan perdana menteri, ia bermaksud membunuhmu untuk menghilangkan bukti keterlibatannya dan melimpahkan semua kesalahan pada ayahmu.”

Bola mata Sakura melebar sempurna. Tubuhnya lemas seketika. Seakan separuh nyawanya telah diambil paksa. Ia menatap nanar tanpa pengharapan pada wanita di hadapannya, berharap apa yang baru saja ia dengar hanya bualan semata. Tapi nihil. Tak ada kebohongan di manik madu itu. sebutir cairan bening mengambang di sudut matanya dan jatuh perlahan.

“Ayahmu dieksekusi dan wafat kemarin.”

Dan pecahlah tangisan Sakura. Dengan segenap kekuatan yang dimiliki, ia menjerit menumpahkan semua emosinya. Ini salahnya. Harusnya ia yang mati, bukan ayahnya. Bukan malaikat hidupnya. kebencian mengakar kuat di hatinya. Hanya satu nama yang terngiang-ngiang di benaknya seiring tangisnya yang makin hebat.

Itachi.

Ia bersumpah akan membunuh laki-laki itu, apapun caranya. Berapapun harga yang harus dipertaruhkan, bahkan jika ia harus menyerahkan nyawanya. Ia ingin melihat laki-laki itu mati di tangannya.

Wanita di depannya hanya menatapnya penuh rasa bersalah. Ia sudah menduga reaksi Sakura jika mendengar berita ini. ia sudah banyak mendengar cerita cinta gadis ini dan putra sulung Uchiha Fugaku. Ia merasa ada yang aneh dan akhirnya menyelidikinya diam-diam motif laki-laki itu. Dan terbukti.
Itachi hanya memanfaatkan Sakura.

Tapi ia membiarkannya, tidak berniat ikut campur. Karena ia punya tujuan sendiri. Tujuan yang berhubungan dengan Sakura. Semenjak pertama kali bertemu dengan gadis itu, ia tahu kalau Sakura sangat berpotensi. Sayang wanita muda itu berada dipihak lawan politiknya, Namikaze Minato. Dan saat inilah. Ketika Sakura telah terbuang oleh dua kubu lawan politiknya, saat itulah ia memungut gadis itu. Dan bermaksud memakainya untuk melawan Uchiha Fugaku, satu-satunya lawan politiknya kini.

Jahat?

Itulah politik.

Setidaknya ia masih memiliki hati untuk tidak membiarkan Sakura mati dan bersimpatik pada kematian ayahnya. Ia tulus bersedih dan merasa bersalah karena tidak dapat berbuat banyak untuk menyelamatkannya. Untuk nyawa seseorang, ia tidak pernah kehilangan hatinya.

Beberapa saat terbawa pikiran, Sang Wanita kembali menatap iba pada Sakura yang kini mulai tenang. Ia dengan sabar menunggu gadis itu dalam keadaan yang stabil untuk diajak bicara. Bagaimanapun emosi bisa melumpuhkan logika. ia tidak mau rencananya gagal.

“Kerjasama seperti apa yang kau rencanakan?”

Wanita pirang itu tersenyum simpul. Seperti memuji ketegaran Sakura yang dapat menstabilkan emosi dengan cepat.

“Sebelum aku menjawab, aku ingin tahu dulu, apa yang kau inginkan setelah mendengar semua ini?”

Sakura mengusap airmatanya pelan dan mendongak menatap wajah cantik di depannya dengan raut yang sarat aka kemarahan.

“Aku ingin nyawa dua laki-laki itu. Itachi dan ayahnya.”

Wanita pirang itu menatapnya dalam, masih dengan senyum simpulnya.

“Aku tidak berniat membunuh mereka. tapi jika itu yang kau inginkan, baiklah.”

Sakura tidak menjawab. Hanya tetap menatap wajah wanita itu dengan sorot kerasnya.

“Aku hanya ingin menggulingkan Uchiha Fugaku dari jabatan sementara perdana menteri dan menggagalkan pengangkatannya. Bagaimanapun ia tidak berhak menduduki kursi itu dengan cara liciknya.”

“Aku akan mendukungmu selama itu menguntungkanku. Hanya dengan satu syarat.”

“Jangan pernah bawa namaku dan partaiku jika kau gagal nantinya. Apa kau setuju?”

“Baiklah.”

Wanita pirang itu sedikit tercekat mendengar jawaban tegas dari Sakura yang sepertinya tidak ragu dengan keputusannya. Bahkan ia ragu Sakura memikirkan untung ruginya lebih dahulu. Sepertinya dendam sudah menguasai hatinya. Gadis yang malang. Seulas senyum kembali terbit di wajahnya.

“Kau tahu, sangat disayangkan jika nyawamu terbuang sia-sia jika rencanamu gagal? Kita bisa memikirkan cara lain jika kau mau?
Aku tidak peduli walau harus mempertaruhkan nyawaku.”

Wanita itu tahu kemutlakan dalam kalimat Sakura. Sepertinya memang sudah tidak bisa dirubah lagi. Karenanya ia hanya dapat menghela napas pasrah.

“Baiklah, kalau itu yang kau inginkan.”

Sakura kembali dalam diamnya dan memandang kosong sosok di hadapannya itu.

“Aku Senju Tsunade.”

“Aku tahu.”

Tsuande terkekeh sebentar sebelum kembali menatap Sakura dengan raut serius.

“Senang bisa bekerjasama denganmu, Sakura.”

****

Nanti mungkin chapter-chapter
5 Awal revisi, awal- awal masih normal, males..
.
Kudus, 13 Januari  2022

Bad GuysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang