• Sosok Pahlawan

68 13 7
                                    

Meski baru berusia 5 tahun, [Name] jelas tahu bahwa perbuatan ayahnya saat ini merupakan kesalahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski baru berusia 5 tahun, [Name] jelas tahu bahwa perbuatan ayahnya saat ini merupakan kesalahan. Sedari tadi [Name] meronta, memohon, dan berteriak mencoba mendapati rasa belas kasih walau setitik. Sayangnya, segala usaha yang ia kerahkan tidak dihiraukan. Daksanya seakan terkena dera secara terus-menerus, nafasnya jejal akan rasa sakit dan tubuhnya seakan ditikam ribuan belati beracun. Sungguh selaksa rasa sakit yang ayahnya sendiri torehkan padanya.

"Diamlah bocah." Tangan ayahnya menekan bibir anak perempuannya sendiri guna meredamkan teriakan yang keluar. Dengan air mata terus bercucuran tatkala dirinya sadrah terhadap rasa sakit di sekujur tubuh miliknya.

Mencoba memberikan tatapan yang bisa menggerakkan atma sang ayah, [Name] masih menanamkan pada otaknya bahwa ayahnya merupakan pahlawannya.

Sang ayah secara tiba-tiba tersebut menghentikan aksi bejatnya, sesaat [Name] mengira ayahnya itu sudah menyadari kesalahannya. Tetapi harapannya langsung terpatahkan kala ayahnya berujar, "Jika kau mengadukan hal ini, aku tidak akan segan membunuh kaa-san mu." Pria itu mencekik leher [Name].

"Otou-san ... mengapa kau memperlakukanku seperti ini? Apakah kau tidak menyayangiku?" tanyanya. Teruntuk [Name] yang masih berusia 5 tahun, ia selalu mendengar cerita dari teman-teman betapa kerennya sosok ayah bagi mereka. Hingga [Name] yang belum pernah bertemu ayahnya sendiri mendambakan pria tersebut sebagai sosok pahlawannya. Tentu saja kalbu anak perempuan itu sangat terluka saat ayahnya sendiri melakukan pelecehan padanya saat pertama kali mereka bertemu.

Bukan sebuah dekapan ataupun sebuah kecupan dari sang ayah. [Name] justru menerima kekejian darinya.

Sang ayah menatap anaknya kemudian menyeringai. "Ini adalah kesalahanmu sendiri terlahir sebagai perempuan, derajatmu sangat rendah!"

Tangan [Name] mencoba melepaskan cekikan pada lehernya. "Otou-san ... ini menyakitkan," keluhnya. Ia sudah mulai kehabisan nafas.

"Tch, jangan mengeluh! Kau beruntung karena tidak akan ada lelaki yang mau menikahimu yang sudah rusak. Mereka tidak akan memperlakukanmu seperti budak. Kau harus bersyukur memiliki ayah yang masih peduli padamu, bocah sialan."

Setelah berkata demikian, pria tersebut meninggal anaknya dalam keadaan tidak wajar. [Name] segera memakai pakaiannya, membawa tubuhnya pergi menjauh dari rumah kala mengetahui sang ayah sudah meninggalkan rumah. Langkahnya yang lunglai membuat tubuhnya terjatuh, segera ia merangkak perlahan dengan lengan sebagai tumpuan sebab kedua kaki sudah tak kuat dengan siksaan. Dirinya meringkuk, menangis sesegukan bermain berharap akan ada Sujana yang datang menolongnya.

[Name] masih mengingat betul kala Ryuunosuke menemukannya yang saat itu tengah meringkuk ketakutan. Dimata [Name], Ryuunosuke adalah pahlawan keren sebab menyelamatkannya dari sosok ayah yang awalnya ia kira sebagai pahlawannya.

Saat itu dirinya dibawa menuju kediaman Tanaka. Atas bantuan kedua orang tua Ryuunosuke, ibunya berhasil melaporkan tindakan ayahnya atas dasar pelecehan pada anak di bawah umur serta kekerasan dalam rumah tangga.

[Name] menghembuskan nafas panjangnya. "kenangan yang buruk dari ayah yang buruk," gumamnya. [Name] semakin memegang erat gagang payungnya.

Ia mengakui, dirinya bukanlah sesosok nirmala hingga akan ada lelaki yang mau menerima kekurangannya. Menurut [Name], sebutan candala lebih sesuai dengannya sebab ia sudah dirusak oleh orang yang ia kira pahlawannya.

Matanya sesekali memperhatikan sekitaran. [Name] memutuskan untuk mengistirahatkan kakinya yang jarang digunakan untuk berjalan jauh.

"Onii-chan! Ayo bermain voli!" Seorang anak laki-laki tampak menghampiri lelaki yang ia sebut sebagai kakaknya. Lelaki itu tersenyum lalu mengangguk.

'Voli, kah?'

[Name] jadi teringat kenangan tentang dirinya dan anggota klub voli kala menduduki tingkat menengah atas di Karasuno. [Name] terkekeh mengingat Ryuunosuke dan teman-temannya sangat antusias saat akan mengajarinya bermain voli.

Ryuunosuke menghembuskan nafas panjang melihat teman perempuannya yang lagi-lagi bermalas-malasan. "Kau selalu terlihat tidak bersemangat!" omel Ryuunosuke. [Name] menggedikan bahunya, tak peduli.

"Contohlah aku dan Noya! Kami berdua selalu penuh semangat." Ryuunosuke dan Yuu saling melakukan first bump.

"Dan jangan lupakan Hinata serta Kageyama! Mereka adalah 2 kouhai ku yang penuh semangat. Masa muda yang cerah hahahaha!" lanjut Ryuunosuke bangga

[Name] melirik kearah Shoyou dan Tobio. Kedua kouhai nya itu lagi-lagi membuat keributan. Gadis itu merutuki dirinya yang selalu dikelilingi manusia energik. "Kau sudah mengetahuinya, Ryuu. Aku tidak suka menghabiskan energiku dengan cuma-cuma."

Ryuunosuke menggeleng. "Kau tidak akan menghabiskannya secara cuma-cuma. Aku akan melatih mu bermain voli."

[Name] menggeryitkan dahi. "Ku tolak. Lebih baik kau gunakan waktumu untuk berlatih dengan yang lainnya."

"Kau lupa? Hari ini Ukai-sensei membebaskan latihannya." Daichi mengingatkan.

Yuu menarik lengan [Name]. "Ayolah [Name]-chan! Aku akan mengajarimu teknik andalanku!"

Shoyou menambahkan. "Aku akan mengajari teknik whus lalu blam kepadamu, senpai!"

Tobio memukul kepala Shoyou. "Boke ka? Aku yang akan mengajari [Name]-senpai teknik itu. Kau terlalu bodoh untuk mengajar!"

[Name] beranjak dari posisi baringnya di sudut gym. Sudah menjadi kebiasaan baginya untuk bersantai di sudut gym kala Ryuunosuke latihan voli. Sempat diajak Kiyoko untuk menjadi manajer tetapi langsung gadis itu tolak sebab dirinya tidak suka menyusahkan diri sendiri.

Gadis itu memilih untuk mengalah, tak tega melihat tatapan menyilaukan dari anggota klub voli. Sepertinya mereka sangat menginginkan menjadi guru voli dadakan bagi [Name].

"Ajari aku, sensei."

Kakinya kembali melangkah. Tubuhnya memang dilindungi payung. Tetapi bukan karena air hujan melainkan agar tubuhnya terlindungi dari panas matahari musim panas yang sangat menyengat daksa.

"Ya ... mereka yang sangat bersinar memang tidak akan sesuai denganku. Terutama kamu, Ryuu."

°°°
To be continued

Promise | Tanaka Ryuunosuke x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang