ALUNA BULAN NAFISA

1 1 0
                                    

"Ajari aku bagaimana caranya menerima keadaan, tanpa membenci kehidupan"

***

Senin, 12 februari 2024
06.10

Aluna terduduk dan menenggelamkan kepalanya diantara tangan-tangannya.

Hening, sepi, dingin itulah yang Aluna rasakan sekarang. Jujur saja Aluna sangat menyukai suasana seperti ini, karena disaat seperti inilah ia bisa menenangkan pikirannya.

Aluna sengaja berangkat ke sekolah pagi sekali, untuk menenangkan pikirannya yang kacau karena masalah semalam.

Aluna meraba pipi kirinya yang masih terasa nyeri karena tamparan dari firman,papanya. Aluna mendongak, matanya menatap kosong papan tulis di depannya. Ia berfikir, kenapa selalu ia yang dimarahi, ditampar, bahkan ditendang oleh orangtuanya walaupun ia hanya melakukan masalah kecil. Berbeda dengan Alin, meskipun ia melakukan masalah, ia hanya ditegur, selalu dibela dan disayang- sayang.

Hal itu membuat hati Aluna hancur, dadanya sesak, kadang ia berfikir "Aku ini anak papa dan mama bukan sih?"

"Pagi Aluna!" Terdengar suara seseorang yang memanggilnya, dan memecah keheningan pagi di kelas 11-A.

Aluna yang melamun sontak kaget dan menoleh ke sumber suara " E-ehh Hana"

"Lho kenapa pagi-pagi udah bengong? Dan itu pipi kiri lho kenapa merah?!" Hana mengangkat kepala Aluna dan melihat ada memar memerah di pipi kirinya.

Aluna melepaskan kepalanya dari tangan Hana dan menggeleng " Udah biasa" Aluna hanya menjawab pelan dan kembali menunduk.

"Si Alin ngadu apa lagi sama om firman? Coba sini cerita sama gw! Nanti gw kasih pelajaran tu anak". Hana mendecak kesal.

"Gak kok, ini gak ada hubungannya sama Alin" Aluna hanya menghela nafasnya dan menatap sahabatnya itu.

"Teruss? Kenapa om firman mukul lho?" Hana yang berdiri kini duduk disamping Aluna dan menatapnya lekat.

Melihat hana yang menatapnya lekat, Aluna mulai menceritakan kenapa papa nya memukulnya "Ini salah gw sih Han, gara-gara gw pulang malam kemaren pas nganter lho ke rumah sakit."

"Maafin gw luna! Gara-gara gw, lho di marahin dan dipukul ayah lho, maafin gw Luna!" Hana memeluk Aluna dan terisak " maaf Luna, gw merasa bersalah banget sama lho!"

Aluna melepas pelukan Hana dan menatapnya sendu " Udah dong Han jangan nangis, ini bukan salah lho kok! Ini salah gw gak sadar waktu".

"Tapi Lun g-" Perkataan Hana terpotong ketika Aluna memotong perkataan nya "Udah gak ada tapi-tapian! Mending ke kantin sarapan yuk, gw belum sarapan soalnya".

Tanpa bisa berkata apapun lagi Aluna langsung menariknya keluar kelas dan berjalan menyusuri lorong sekolah menuju ke kantin yang berada di bagian belakang sekolah.

Hana hanya bisa pasrah dengan perlakuan temannya itu dan saat perjalanan menuju kantin mereka tidak berbicara sekata pun hanya terdengar langkah kaki dan deruan nafas mereka berdua di lorong sekolah yang masih sepi itu.

Tak butuh waktu lama mereka akhirnya sampai di kantin dan memilih tempat duduk kemudian memesan makanan.

"Han, lho mau pesen apa?" Hana yang bengong itu sedikit tersentak dengan pertanyaan Aluna " hah.. eh.. roti aja kayanya, soalnya gw masih kenyang".

Hi! ALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang