Prolog

12 0 0
                                    

Untuk sesaat, aku selalu merindukan pelukan mama meski tak tahu bagaimana rasanya.

"Jangan sentuh itu, mama sengaja buatkan untuk Valen. Kamu masak sendiri sana!"

"Yah, kan ini banyak ma. Aku mau icip dikit aja ya, hehe."

Prang!

Karena masih panas, mangkok sup yang dipegang Zenith terjatuh dan pecah membuat Zenith mematung di tempatnya.

"Bisa gak sih kamu jangan buat masalah sehari aja? Dari dulu sukanya nyusahin orang. Sadar diri!" bentak Yara seraya berdiri dari duduknya.

"Maaf ma. Zenith bakal beresin dan buatin Valen sup yang baru," ucap Zenith merasa bersalah.

"Benalu." Yara menatap sinis kemudian berlalu begitu saja.

•••

Plak!

Yara menaikkan telunjuknya ke wajah Zenith dan menatapnya tajam. Mata Yara memerah, sebelum perempuan itu menitikkan air mata.

"Aku salah apa sampai mama sebenci ini sama aku?" tanya Zenith tertahan.

Yara terdiam sejenak. Hening suasana selama beberapa saat.

"Kamu itu anak hina yang lahir dari rahim seorang pendosa!"

•••

"Mama gak mau liat aku lagi kan? Aku janji, besok dan seterusnya aku gak bakal nampakin wajah lagi."

"Maaf selama ini udah bikin susah."

"Maaf udah bikin hidup mama hancur."

"Maaf udah jadi benalu di kehidupan mama."

"Makasih udah berbaik hati mau nampung anak haram nan hina ini."

"Semoga mama bahagia selalu tanpa Zenith."

"Jadwal penerbangan gua dimajuin jadi besok pagi," titah Zenith

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadwal penerbangan gua dimajuin jadi besok pagi," titah Zenith. "Lo bisa anter–"

"Jadi cuma mau ngasih tau itu?" tanya Eja memotong ucapan Zenith. "Sorry, tapi gua gak bisa. Besok gua harus sekolah."

"Hm, yaudah."

"Itu aja kan? Kalo gitu gua pulang."

"Eja!"

Saat Eja berdiri dari duduknya, Zenith menahan lengannya. Lelaki itu melirik kemudian melepaskan tangan Zenith darinya.

"Ini pertemuan terakhir kita. Gua gak bakal balik ke sini dan gak bisa ketemu lo lagi selamanya. Makasih Ja, lo udah mengubah hidup gua."

Eja mengepalkan jari-jarinya kuat. Ada rasa tak rela yang mati-matian ia sembunyikan di dalam sana. Ketika ia ingin mengungkapkannya, egonya mengalahkannya.

"Gua gak peduli."

•••

Pagi harinya, Eja tidak berangkat ke sekolah. Ia memilih untuk berdiam diri di kamarnya. Pertemuannya dengan Zenith semalam benar-benar mengacaukannya. Akhirnya Eja memutuskan untuk menonton TV.

Breaking News

"Berita duka baru saja melanda mancanegara. Sebuah kecelakaan pesawat baru saja terjadi pagi ini. Pesawat Foxair 256-AH yang lepas landas pada pukul 09.00 pagi tadi dinyatakan hilang kontak saat melintas di perbatasan .... "

Seketika Eja langsung beku di tempatnya saat menonton berita itu. Ia cepat-cepat membuka room chatnya dengan Zenith di ponselnya.

Zenith

Eja, jadwal gua jam 09.00 pesawat Foxair 256-AH.

Sengaja kasih tau kalau aja lo mau dateng.

"Sial! Sial! Sial!"

Ia melirik jam yang menunjukkan pukul 09.30 kemudian langsung bangkit dan menyambar jaket kulitnya. Eja mengendarai motornya dengan kecepatan penuh hingga di pertigaan sebuah truk besar melintas tak kalah lajunya dan ...

Braakkk!!

"Maafin gua. Gua cinta sama lo. Zenith jangan pergi .... "

Note:
'Semua tokoh dan alur cerita ini hanya fiktif alias murni pemikiran author serta tidak ada di kenyataan dan tidak terinspirasi dari kisah siapapun.'

~Terima Kasih~

30.000 FT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang