10. Ke-gap

3.3K 349 29
                                    

HALLO GAISSSSSS....

Masih ada yang nungguin nih cerita kah?

BUAHAHAHAH kalau ada maapin yak baru bisa lanjut sekarang.

Btw met HARI RAYA IDUL FITRI YAK. MON MAAP LAHIR DAN BATIN!!!!

Ngoghey gausah banyak bacot. Langsung aja, HAPPY READING!!!

***

Vale keluar dari outlate roti sambil menenteng paper bag berukuran lumayan besar. Pandangan beberapa laki-laki bahkan beberapa perempuan juga yang ada di depan outlate pun sontak tertuju kearahnya. Seakan paham situasi, dengan sengaja Vale mengibaskan rambutnya penuh percaya diri. Kecantikan serta style fashionnya yang tinggi memang tidak bisa dilewatkan begitu saja.

Pintu mobil terbuka. Hakken yang menyandarkan tubuhnya sambil menutup mata di kursi kemudi sontak langsung menegakkan tubuh.

"Sudah selesai, nona?"

"Yup. Yuk berangkat."

Dengan sigap, Hakken segera menjalankan mobil.

Sementara di kursi belakang. Vale memainkan ponselnya, berniat untuk menelfon Jordan.

Terdengar pada dering keempat, telfon diangkat.

"Halo sayang. How are you?"

"Hai sayang. I'm good. Kenapa kamu telfon aku?"

"Kok kenapa sih? Emang gak boleh ya? Kamu lagi sibuk? Padahal aku kangen banget karena udah dua Minggu kita gak ketemu"

"Enggak... Bukannya gitu. Sama kok aku juga kangen kamu. Emang kamu masih lama ya di Aussie?"

"Enggak sih. Palingan dua hari lagi aku sama Papi pulang ke Indo. Lagian grandma juga udah mulai sembuh kok."

Hakken melirik Vale lewat kaca spion dalam mobil.

"Emm sayang. Udah dulu ya telfonnya, ini aku mau beberes apartemen, soalnya tadi anak-anak pada kesini. Rusuh banget."

"Ouh okey, btw maaf ya aku gak bisa ikut ngerayain birthday kamu. Aku cuma bisa ucapin happy birthday dari telfon. Pokoknya wish you all the best, honey. And... I love you."

"Love you too sayang."

Terdengar Jordan buru-buru membalas lalu mematikan sambungan telfonnya. Membuat Vale sedikit mengernyit. Tapi senyumanya lalu terbit mengingat ia akan memberikan kejutan untuk sang kekasih tercinta.

Sebenarnya Vale berbohong kalau dia belum pulang dari Aussie. Sudah sejak lima hari yang lalu dia kembali ke Indonesia. Ia dan Papinya, plus bersama bodyguard jadi-jadiannya itu, ke Aussie sebenarnya hanya untuk pergi liburan beberapa hari sekalian menjenguk sang nenek yang sudah lama merengek rindu kepada Vale.

Dan saat ini, mobil yang dikendarai Hakken sedang melaju menuju apartemen Jordan.

"Lo jangan ngintilin gue. Mending lo keliling kemana dulu gitu kek, soalnya gue bakal agak lama,"

Hakken ingin menyanggah tapi langsung Vale sahut.

"Tenang aja, gue gak bakal ngelewatin batas, suwer... Pegang janji gue."

Hakken menatap bingung acungan jari kelingking Vale. Berdecak, dengan sedikit kesusahan karena sebelah tangannya memegang paper bag berisi roti tart, Vale meraih salah satu tangan Hakken dan langsung mengaitkan kelingking mereka.

"Tapi saya tidak mau meninggalkan nona Vale. Lebih baik saya menunggu di lobi saja."

Vale mendengus. "Terserah lo deh, yang penting Lo jangan ngintilin gue sampek unitnya Jordan, oke?"

Dan Hakken pun mengangguk nurut.

***

Sandi unit apartemen Jordan telah Vale hapal luar kepala, karena dulu sebelum ia berubah menjadi anak rumahan yang kemana saja selalu diikuti oleh sang bodyguard, Vale sering sekali main kesini.

Dengan perlahan Vale membuka pintu. Satu kata yang terlihat pertama kali oleh Vale adalah ruangan unit apartemen Jordan sangat kacau, sepertinya Jordan belum selesai membersihkannya.

Vale masuk dan hendak menutup pintu kembali, reflek ia langsung dibuat mengernyit ketika melihat rak disamping pintu terdapat sepasang heels berwarna merah.

Belum selesai keheranannya akan sepatu heels merah yang entah milik siapa ini, Vale tambah dibuat bertanya tanya dengan suara pekikan seorang cewek yang terdengar dari dalam kamar Jordan.

"Awh... pelan pelan dong baby."

"Lama banget gak ngerasain kamu. Argh."

Tanpa terasa genggaman Vale pada tali paper bag yang dibawanya semakin mengerat. Sialan! Itu suara Jordan. Sedang apa pacarnya didalam bersama seorang cewek yang entah siapa itu. Perasaan Vale semakin tidak karuan, dia mulai overthingking.

Tak lama suara desahan yang saling bersahutan terdengar. Dengan raut muka keruh, Vale membuka paksa pintu kamar Jordan hingga terlihatlah pemandangan yang membuat Vale seketika ingin muntah dan marah.

Disana, diatas ranjang terlihat tanpa sehelai pun pakaian, Jordan dan seorang cewek yang tadinya tengah melakukan aktivitas dewasa terperanjat seketika melihat kehadiran Vale tanpa terduga.

Dan coba tebak siapa cewek yang sedang melakukan adegan panas itu dengan pacarnya?

Angel. Sialan!

"Val... Vale? Kamu..." mata Jordan melihat panik sekeliling ranjangnya. "Enggak sayang. Ini gak seperti yang kamu pikirkan. Aku bisa jelasin." Jordan hendak bangkit.

Tapi perasaan Vale yang sudah tidak karuan merasa malas mendengar penjelasan basi dari pacarnya yang ternyata brengsek itu. Apalagi di atas ranjang tampak rivalnya yang malah sedang tersenyum miring dengan masih memamerkan badan telanjangnya tanpa tau malu.

Dengan geram Vale mengeluarkan isi paper bag dan langsung melemparkan kue tart ke arah Jordan hingga tepat mengenai wajah cowok itu.

"Ngomong tuh ke kue, sialan!"

Dan sebelum pergi keluar dari kamar Jordan, tak lupa Vale melemparkan botol snow spray yang tadi juga dibelinya ke arah Angel hingga mengenai jidat cewek itu.

"Arghhhh!! Sialan lo cewek Dajjal!" teriak Angel tidak terima sambil mengusap jidatnya yang nyut nyutan akibat hantaman maut dari Vale.

Hendak mengejar tapi jidatnya terasa nyeri dan Angel sadar kalau dia sedang telanjang. Tapi beda lagi dengan Jordan, dengan wajah dan sebagian tubuh atasnya yang penuh krim, Jordan bangkit dari ranjang meraih celana pendek, memakainya lalu mengejar Vale.

"Sayang tunggu! Aku bisa jelasin semuanya!"

Tapi terlambat, Vale sudah menghilang bersama lift yang turun kebawah.

BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang