18. Mengusik

2.4K 244 13
                                    

HALO Gays:v ada yang kangen akuh? Atau kangen Hakken?

YAYYY FINALLY AKHIRNYA UPDATE🥳 ada yang seneng gak cerita BODYGUARD update? Cung!☝️

Muehehe. Yang masih setia mantengin nih cerita sampai episode ini aku ucapin muakasih banyak, luv luv:3

Aku juga mau ngasih tau, meskipun aku jarang update, tapi setelah update-an ini aku kayaknya bakal Hiatus sementara kira-kira sekitar dua bulanan sampai selesai lebaran (kira-kira).

So buat readers cerita BODYGUARD yang setia jangan meninggalkan daku begitu saja, karena ini cerita masih lanjut cuma lagi Hiatus aja, hiks:'')

Oke deh gitu aja cuap-cuap dari aku. Jangan lupa ninggalin VOTE dan juga KOMENTAR sebagai suport dan antuasias kalian terhadap cerita BODYGUARD. Thank you!

HAPPY READING!!!

***

Malam ini Vale dan Hakken sedang duduk bersantai menonton televisi di ruang tengah. Sementara tak jauh dari tempat mereka, Bram tengah membaca koran di ruang tamu. Seminggu yang lalu Bram pulang dari Singapura, pria itu cukup tenang menyelesaikan urusan bisnisnya karena sama sekali tidak ada laporan meresahkan dari Hakken akan kelakuan Vale selama Bram tidak bisa memantau dari dekat.

Cup!

"Nona jangan keras-keras," protes Hakken dengan suara berbisik.

Vale terkekeh. Merasa tertantang untuk menjahili Hakken, Vale mengecup bibir Hakken sekali lagi lebih keras hingga mengeluarkan suara yang lumayan nyaring.

Hakken melotot. "Nona Vale!" tidak sadar jika suaranya meninggi.

"Ada apa, Hakken, Vale?" tanya Bram menoleh ke arah ruang tengah.

"Maaf Om, Vale sedikit usil dengan saya."

"Vale ..." peringat Bram lalu menggelengkan kepalanya.

Vale tertawa. Setelah sang Papi kembali fokus akan kegiatannya, Vale mulai menggoda Hakken dengan menggesekkan kakinya dari betis hingga ke paha Hakken.

Hakken melirik Vale, tapi ia mencoba untuk tidak bereaksi apa-apa dan tetap fokus pada tayangan tv di depannya. Namun lama-lama godaan Vale semakin diluar nalar, Hakken mengerang pelan saat Vale menjilat leher belakangnya.

"Nona..."

"Hm?"

"Tolong jangan seperti itu." Hakken sedikit menggelinjang saat Vale malah menggodanya lebih jauh.

Vale menyukainya. Sudah beberapa hari ini, entah tepatnya sejak kapan ia mulai bisa menghilangkan perasaan denial akan ketertarikannya dengan Hakken. Vale merasa lebih bebas dan leluasa. Pun dengan Hakken, ia mulai faham akan perasaannya sendiri. Tapi kalau di goda-goda begini oleh Vale, Hakken masih merasa risih-bukan risih tidak suka, akan tetapi risih karena Vale tidak tau tempat!

"Terus gue harus gimana?" Vale menaikkan sebelah alisnya menggoda.

"Ini di ruang tengah."

"Maksudnya Lo ngode buat pindah ke kamar?"

Hakken kontan menggeleng.

Vale tersenyum miring. "Oke, kalo itu kemauan Lo, ayok!" Vale mematikan televisi lalu menarik Hakken untuk naik ke lantai dua dimana kamarnya berada.

"Papi, Vale sama Hakken mau ke atas dulu ya, siap-siap mau tidur."

Bram mengangguk meskipun ia sedikit heran karena tidak biasanya putrinya itu akan tidur awal di jam yang masih menunjukkan pukul 8 begini. Tapi Bram tidak terlalu mempermasalahkan, malah merasa lebih baik jika mereka berdua tidur lebih awal seperti ini karena besok sekolah. Bram tersenyum senang, efek ia mempekerjakan Hakken sebagai bodyguard putrinya ternyata sangat ampuh membuat Vale sedikit demi sedikit lebih terkontrol.

BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang