1.Pertemuan tak terduga

11 2 2
                                    

Banyak pasang mata tertuju ke arah gadis yang sedang berbicara di depan. Seorang pria mematung di tempatnya. Beberapa bulan ia merindukan gadis yang bahkan belum sempat ia ajak berkenalan. Gadis itu kini disini menjadi seorang motivator sebagai penulis dengan karya terbaik.

"Oke ada yang mau bertanya? bagaimana saya bisa menjadi seorang penulis dengan karya terbaik?,"Tanya gadis di depan itu dengan  senyumnya yang mengembang.

Seorang pria mengangkat tangannya. Hal itu sontak membuat Fahri yang mematung di tempatnya, mengalihkan pandangannya. Dafi. Temannya yang telah mengacungkan tangannya.

"Baik saya ingin bertanya. Bagaimana anda bisa menulis dengan begitu baik, sementara anda belum menyelesaikan pendidikan anda dan anda juga sedang bekerja? bagaimana cara untuk membagi waktu?"Dafi tak mengalihkan pandangannya dari Meidira, gadis di atas panggung itu membuatnya takjub.

Fahri memperhatikan mimik wajah Dafi yang terlihat kagum akan pencapaian Meidira. Gadis sejak enam bulan lalu membuat Fahri tak tidur dengan tenang karena slalu terpikir Meidira. Dan hari ini dia di pertemukan dengan gadis itu.

"Saya menulis di sela saya butuh semangat. Dan setiap hari saat saya lelah, saya membutuhkan semangat itu. Menulis bukan hal yang rumit bagi saya. Bahkan menulis ajaibnya bisa menyembuhkan patah hati saya. Jadi saya tidak membagi bahkan membatasi waktu saya untuk menulis semuanya saya lakukan ketika saya ingin melakukan." Jawaban Meidira sukses membuat ruangan itu riuh dengan suara tepuk tangan.

"Cukup? apa ada hal ingin ditanyakan lagi?,"Tanya Meidira kepada seluruh manusia yang hadir di ruangan itu. Senyap. Tak ada yang menyahuti.

"Saya rasa sudah cukup, semoga berdirinya saya disini bermanfaat dan tidak membuang percuma waktu kalian. Semangat menulis! menulis bisa menjadi healing paling baik setelah berbincang dengan tuhan. Kalian boleh ikuti akun media sosial saya disini."

Layar komputer menampilkan deretan nama akun milik Meidira.

"Kalo begitu, saya ucapkan maaf dan terimakasih untuk hadirin semua. maaf atas kesalahan yg mutlak sebagai kesalahan saya. dan terimakasih atas segala bentuk perhatian. Jangan lupa di follow ya! siapa tau ada pertanyaan yang belum kalian tanyakan kalian bisa berbalas pesan di akun media sosial saya. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu"

"Waalaikumussalam."

***

Dua hari yang lalu Fahri dibuat gundah setelah bertemu dengan Meidira. Gadis itu tak berubah, masih dengan pipinya yang merah merona. Dan matanya yang teduh. Fahri bahkan dibuat gila oleh senyuman Meidira yang terus bergelantung di otaknya.

"Dira benar - benar membuat aku tak enak tidur," Ucap Fahri kepada dirinya sendiri.

"Aku harus pergi ke toko buku, mencari buku yang ditulis Dira dan membacanya,"Putus Fahri.

Ia segera mandi, lalu bersiap - siap memakai kemeja dan celana hitam, ah ia bercermin ia jauh lebih tampan tanpa pecinya ia kemudian tersenyum.

Fahri keluar dari kamarnya, lalu menemui uminya untuk berpamitan. Fahri menghampiri uminya yang sedang menonton televisi.

"Umi,"Panggil Fahri halus.

Umi memicingkan matanya. "Mau kemana kamu?,"Tanya umi Kulsum, umi Fahri.

Fahri menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Fahri mau pergi ke toko buku umi, lebih tepatnya ke Gramedia. Mau beli buku, biar wawasan Fahri nambah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hadiah dari tuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang