tujuh

270 32 14
                                    

Hari itu, cuaca di kota seoul cukup dingin. Beberapa orang mengenakan sweater untuk menghangatkan tubuh, meski di malam ini, myeongdong cukup penuh dengan orang yang lalu lalang. Iya, myeongdong yang terkenal dengan makanan pinggir jalan, juga bermacam jenis hal yang dapat dibeli memang selalu memiliki daya tarik tersendiri. Begitupun bagi seorang selebriti seperti seyoung, ia bahkan selalu ingin mengunjungi myeongdong setidaknya sekali setiap musim.

Gadis dengan sepatu kets putih itu sesekali berjinjit sambil mengedarkan pandangan, membuat seseorang diujung sana terkekeh karena tubuh seyoung terlihat begitu mungil dimatanya. Lalu ia melangkahkan kaki menghampiri seyoung yang sepertinya sudah menunggu lama. Juga, karena ia ingin lekas menemui gadis itu. Entah, sejak kemarin setelah seyoung mengiriminya pesan untuk bertemu, pikiran junho tak pernah tenang. Bahkan setelah ia melakukan siaran langsung di vlive kemarin malam, ia berniat menemui seyoung malam itu juga. Tapi, manager hyung mencegahnya.

Begitu matanya menangkap seseorang yang dicari, seyoung melompat riang. Senang karena ahirnya ia tak akan menunggu lagi.

"oppa!" seyoung melambaikan tangan kearah seseorang Diseberang sana. Suara itu sontak membuat laki laki dengan jeans, kaos, dan dilapisi kemeja kotak menoleh kearah gadis si empunya suara. Tidak, ia bukannya tidak tahu seyoung ada disana, hanya saja ia ingin berpura pura seolah tak dapat menemukan gadis itu. Sudut bibirnya terangkat membentuk lekukan senyum. Entah, ahir ahir ini pikirannya tertuju pada gadis mungil itu.

"kamu dari mana saja? Aku sudah lama menunggumu!"
Gadis itu merajuk, bibirnya memberitahu bahwa ia kesal. Namun sorot matanya tak bisa membohongi siapapun. Binar bahagia itu terlihat jelas ketika ia ahirnya menjumpai junho.

"mianhae" ucap junho dengan garis mata nya yang melengkung. Meski wajahnya tertutup masker, tapi seyoung tahu bahwa lelaki itu tersenyum padanya. Kemudian, ia merasa ada sebuah dorongan dari dalam dirinya hingga Satu tangan kekar lelaki itu terulur menggapai jemari mungil milik seyoung. Entah, ia hanya ingin melakukannya.

"mau pergi kemana kita?" junho bertanya seolah tak ada yang terjadi.

Sementara gadis disampingnya melebarkan mata karena genggaman junho yang tiba-tiba. Ada rasa terkejut, bingung dan senang bercampur dalam dada. Ini bukan kali pertama junho menggenggam tangannya. Jadi harusnya ia bisa bersikap biasa saja. Namun di situasi seperti ini, saat dirinya sedang begitu mengagumi laki laki itu, rasanya sulit untuk mengatakan bahwa ini adalah hal biasa.

tak mendapat jawaban, junho mencubit pipi seyoung. Membuat gadis itu mengaduh kesakitan.

"mwoya? kenapa melamun?" junho menatap manik mata gadis disampingnya.

"ani, tapi kenapa kau tiba tiba memegang tanganku?" seyoung kebingungan.

"ingin saja" timpal junho spontan sembari mengeratkan tautan jemari keduanya.

Mendengar jawaban pria itu, pipi seyoung memanas. Ia yakin jika wajahnya sekarang mulai memerah. Ia bersyukur karena sekarang ia memakai masker, karena jika tidak, sudah pasti ia akan merasa konyol setengah mati.

"ck! Jadi menggandeng tangan adalah kebiasaan mu ternyata" seyoung geleng-geleng kepala.

Tidak, sebenarnya itu hanya usahanya menutupi kebenaran bahwa ia senang. Karena ini adalah kali pertama baginya.

                      💕💕💕💕💕

Sekarang, myeongdong sudah pukul setengah sembilan malam. Namun itu tak menghalangi orang-orang untuk menikmati ramainya jalanan myeongdong. Bagaimanapun, bagi sebagian penduduk seoul, myeongdong adalah salah satu pusat utama daya tarik kota seoul.

BEHIND the RED ( lee junho - lee seyoung) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang